Chereads / Cella untuk Cello / Chapter 2 - Cella Untuk Cello 01

Chapter 2 - Cella Untuk Cello 01

"Mama, papa" cari gadis imut itu bersama sang kakak. "sstt kecilin suaranya dek, kita kagetin mama papa aja gimana?" tanya sang kakak. "Hah?serius nanti mama kaget dong kak"ucapnya dengan lucu. "gapapa sayang hihi kagetin papa juga, biar ga buat adek terus"ucap Rio dengan cekikan.

"Kak, lihat itu ada darah dari arah dapur!!"adunya pada sang kakak. "mana? jangan ngada ngada deh dek"balas sangkakak.

"it- u, tunjuknya. "Mama papaaaaaaaa.... mama papa,kenapa mukanya berdarah kak"tanya gadis imut itu pada sang kakak.

DEG

Rio yang sejak tadi berdiri tibatiba saja kakinya lemas dan tak bisa diangkat, apa ini? kenapa? apa yang terjadi? kenapa aku tidak ada disini saat tadi?

"huaaaaaaa, hikss hiksss, kenapa mama kak? kenapa? ayo kita kerumah sakit!!" ucapnya dengan lugu. "Ayo, kita angkat mama" ajaknya pada adik nya itu

"Memangnya kakak bisa? kan kakak kurus"ucap gadis kecil itu dengan mata yang di erjapkan. "panggil paman lusi dek"suruh sang kakak yang memang otak nya sangat blank saat ini.

******

setibanya dirumah sakit sang dokterpun mendatangi keluarga, namun tidak ada orang dewasa disini. Jadi pada siapa dia akan memberitahukan bahwa dua pasien tadi sudah pergi meninggalkan anak anak mereka.

"Bagaimana dokter? Apa yang terjadi? kenapa dengan orang tua saya? "tanya anak laki laki itu pada sang dokter. Sungguh saat ini sang dokter sangat sedih melihat dua bocah ini, bagaimana mungkin mereka ditinggalkan dalam keadaan seperti ini, sungguh menyedihkan. "kamu anak nya ya?"tanya dokter itu dengan hati hati."iya dokter, ini kakak ku,kami anak mama dan papa"bukan,bukan Rio yang menjawab tetapi gadis kecil itu yang menjawab.

"Ooo jadi kamu adiknya, cantik banget"puji sang dokter, bosan dengan basa basi sang kakak langsung menghentikan percakapan mereka. "Katakan dok, apa yang terjadi?"tanyanya dengan tegas.

"Orangtua mu ditembak pada siang tadi dan mereka sudah tidak ada, banyaknya darah yang keluar dari kepala sehingga tidak bisa membantu orangtuamu lagi, tetap semangat ya nak, tabah dalam menghadapi hidup. Masi ada adikmu yang harus kamu jaga" jawab sang dokter dengan tegas.

"Jadi, orangtuaku sudah tidak ada? "tanya nya sedih. "iya nak, sabar ya"balas sang dokter. "hey gadis kecil, tetap sabar ya. Kamu cantik, kalo udah besar jadi anak om ya? "tanya dokter itu dengan becandaannya.

"Cella, mama sama papa sudah engga ada, Cella jangan nangis ya? Cella kan anak baik, harus menurut sama kakak ya sayang?"ujar Rio pada Cella yang belum mengerti apa artinya meninggalkan.

"Emang mama sama papa kemana? Kok engga ada,cella ga ngerti deh"kata gadis kecil itu sambil memegang kepala nya.

"nanti kalau cella sudah besar, cella pasti mengerti,ayo kita pulang, mama sama papa harus diantar" ungkap sang kakak sambil memegang tangan gadis kecil itu.

Setelah pemakaman selesai, mereka pun pulang kerumah masing masing. Hingga dirumah tersisa hanya Rio, Cella dan juga bibi pengasuh mereka. Rio mendekati Cella kemudian memegang bahu kecil adik nya "Cella, mama sama papa sudah tidak ada, artinya sudah pergi kesurga duduk disamping Bapa,jadi sekarang kamu tinggal sama kakak, juga bibi ya? mengerti kan?"ujar sang kakak kepada adik kecilnya. "um, baik kak"katanya dengan polos, sungguh saat ini dia masih bingung kenapa orang orang datang kerumahnya lalu menangis, tapi supaya kakaknya tidak berbicara terus terusan mending di iyakan saja, batinnya.

"Den Rio, bibi tidak apa apa disini, tidak usah digaji lagi,bibi akan menjaga kalian seperti anak bibi. Ya memang bukan rahasia lagi,kalau dulu saat bibi inun kesusahan sang ayah lah yang membantu, oleh karna itu jika keluarga kecil ini tidak ada yang menjaga maka bi inun akan siap menjadi orangtua mereka.

Keesokan paginya, Cella dan sang kakak sudah bisa bersekolah ditempat biasa dia sekolah, ya bisa dibilang mereka adalah keluarga yang terpandang, tetapi ketidaksombongan itulah yang paling disukai tetangga terhadap keluarga itu. Mereka tidak pernah membedakan mana si kaya mana si miskin. Mungkin hal itulah yang membuat beberapa orang iri terhadap orangtua mereka. "Den bangun den, kita harus kesekolah"ajak bibi inun. "Bi, huaaaaaa"pecahlah sudah tangis Rio yang ditahan sejak kemarin. Yah, mungkin kemarin dia tidak meraung raung seperti orang terdekat keluarganya, dia cukup diam dan tenang.Namun siapa sangka disaat seperti itu sebenarnya dia sangat terpuruk, dia bingung ingin mengadu kesiapa, dia bingung apakah dia berhak memaki sang pencipta? Tidak bisa dibiarkan akhirnya dia melepaskan semua rasa sakit hatinya pada bibinya, yang membantu ibunya merawatnya waktu kecil. "Bi, aku sangat sedih. Aku masih kecil,umurku baru 14 tahun, dan aku baru kelas 2 SMP, dan aku rasa aku tidak sanggup melewati ini, aku tidak bisa melihat Cella yang masih kecil, dia pasti sangat sedih, dia pasti menangis juga seperti ku. Dia pasti merindukan mama, dia pasti kesepian tidak ada yang memeluk hikss..hiksss bii, kenapa hidup harus seperti ini? "tanya Rio setelah mengeluarkan semua unek unek nya. "Den, setiap manusia pasti akan berpisah. Setiap ada pertemuan maka ada perpisahan, tidak tau seperti apa caranya ada yang meninggal, ada yang pergi secara diam diam. Itu semua kehendaknya. Kamu juga tau kan di kitab kita ada tertulis "Hidup adalah Kristus, dan mati adalah Keuntungan."Jadi kamu jangan sedih lagi, karna mama sama papa pasti sudah bahagia disana, mengerti?"tanya bibi itu dengan matanya yang sudah berkaca kaca. Rio pun menganggukan kepalanya dua kali, kemudian memeluk bibi inun dengan erat,setelah itu dia mengecup punggung tangan si bibi"Trimakasih bi atas kebaikanmu pada kami, kau sekarang ibuku"ucapnya dengan tulus.Kemudian mereka saling memeluk, menguatkan masing masing, dan berdoa kepada Tuhannya bahwa mereka tidak akan selamanya bersedih. "Yasudah kalau begitu, ayo mandi. Bibi juga mau kekamar non Cella, udah bangun ga ya dia?"tanya bibi itu pada Rio, "um, gatau deh bi, hehe soalnya biasanya Cella bangun kalau sudah dicium papa dulu"ucapnya lirih. Sang bibi pun yang melihat guratan sedih langsung mengalihkan pembicaraan mereka "yaudah, bibi kesana dulu ya. Ingat kamu harus kuat, jangan sedih terus. Oke? "ucap bibi itu dengan semangat.

Setelah keluar dari kamaar Rio, sang bibi pun pergi kekamar Cella, namun saat mendapati kamar gadis kecil itu dia tidak ada disana. Dan yang paling mengagetkan adalah bocah 5 tahun itu keluar dari kamar mandi kemudian memakaikan rompi sekolah TK nya, sungguh saat itu juga sang bibi ingin menangis ketika mendengar alasan mengapa gadis kecil itu sangat semangat mandi. "Soalnya aku mau ketemu mama bi, mama biasanya udah masak jam segini"seperti itulah balasannya. Tak bisa dipungkiri, ternyata sang kakak mendengarkan percakapan mereka. Karna Rio sudah tidak tahan,berlari lah dia dan dipeluknyalah adiknya itu.Kemudian dibisikkannyalah kata katanya agar cella mengerti,bahwa orang tua mereka sudah tiada. "Cella, mama sama papa sudah disurga,Cella tau kan surga dimana?"tanya sang kakak.