Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 10 - Aroma Kopi Di Pagi Hari

Chapter 10 - Aroma Kopi Di Pagi Hari

Aisyah masih membeku namun baru tersadar ketika usapan lembut jari tangan Axel di bibirnya.

"Manis," katanya sambil tersenyum, dia tahu Aisyah terkejut dengan Apa yang dia lakukan.

"Kau marah…?" Tanyanya lembut. Aisyah hanya menggelengkan kepalanya. 

Axel menarik lengan tangan Aisyah yang membuat Aisyah berdiri, Axel memeluk pinggang Aisyah yang membuat Aisyah menempel dengan Axel.

"Aku suka seperti ini," Axel menempelkan kepalanya di tubuh Aisyah  sambil memeluknya.

"Sayang…" panggil Axel menengadakah kepalanya memandang Aisyah yang masih memandangnya karena bingung tidak tahu harus melakukan apa kecuali memegang pundak Axel.

"Aku ingin kamu jadi kekasihku, aku harap kamu menerimanya," belum rasa terkejut hilang karena  dicium Axel kali ini Axel malah memintanya untuk menjadi kekasihnya.

"Aku gak suka di prank Abang," kali ini Aisyah mulai merajuk.

"Siapa yang nge prank kamu  abang serius?" Katanya dengan tatapan serius.

"Tadi apa? Setelah nyuri ciuman pertama aku sekarang Abang minta aku jadi pacar Abang, terus bentar lagi Abang ngerjain aku apa lagi?" Kata Aisyah sambil mengerucutkan bibirnya.

"Hahahaha itu bukan ciuman tapi nyicip doang." tiba-tiba Axel mengangkat tubuh Aisyah dan menggendongnya, otomatis Aisyah melingkarkan kakinya dipinggang dan tangannya ke leher Axel karena takut terjatuh.

"Abang! Pekiknya terkejut.

"Hahaha, maaf sayang. Aku suka membuat berteriak, kau sangat Seksi," katanya kali ini dia menciumi wajah Aisyah karena gemas tentu saja Aisyah kesal karena itu membuatnya geli dan bulu kuduknya berdiri.

"Kamu bilang aku sudah mencuri ciuman pertamamu, baiklah kalau begitu akan akan merampok  ciuman pertamamu," Axel berkata sambil membawa Aisyah duduk di sofa dan menahan pinggangnya agar dia tidak turun dari pangkuannya.

"Merampok bagai...?" Belum selesai Aisyah berkata bibir terasa hangat dan ada benda kenyal menempel di bibirnya.

Aisyah hanya bisa membelakan matanya jantungnya berdebar sangat kencang, isapan dirasakan di bibirnya sementara Axel memejamkan matanya menikmati bibirnya. Aisyah pasrah akhirnya dia hanya menikmati yang Axel lakukan padanya dengan lembut. Aisyah akhirnya  berusaha menghentikan ciuman Axel, ketika nafasnya mulai terasa habis dari paru-paru.

Dengan terengah-engah Aisyah menarik nafasnya panjang, dia melihat Axel tersenyum melihat dirinya  terengah-engah.

"Abang mau bunuh aku, aku hampir mati akehabisan nafas," Aisyah memukul dada Axel kesal.

"Maaf sayang abis bibir kamu manis banget," kata Axel mengusap lembut bibir Aisyah yang nyaris bengkak dengan jari tangannya.

"Udah ah aku mau tidur," Aisyah hendak turun dari pangkuan Axel namun ditahan oleh Axel.

"Jawab dulu pertanyaan aku," kata Axel sambil menahan tubuh Aisyah.

"Memangnya Abang  tidak cukup mendapatkan jawaban, dengan aku membiarkan dirimu mengambil ciuman pertamaku," jawaban Aisyah membuat Axel tersenyum.

"Terima kasih sayang." Axel bermaksud menciumnya kembali namun ditahan oleh tangan Aisyah dengan mendekap bibir Axel.

"Jatahmu cuma sehari sekali boleh menciumku, kecuali aku yang mulai duluan," kata Aisyah yang membuat Axel tertawa terbahak-bahak.

"Kamu tahu, kamu benar-benar menggemaskan dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menciummu," Axel menahan kedua tangan Aisyah dengan tangan kirinya lalu menarik tengkuknya dengan tangannya yang kanan  dan kembali melumat bibir Aisyah, dan kali ini Aisyah pasrah dia menikmati permainan Axel, melihat Aisyah menikmatinya, Axel melepas tangannya dan melingkarkan tangannya di tubuh Aisyah. Sementara Aisyah melingkarkan tangannya dileher Axel.

"Manis," Axel menghentikan kecupnya seolah memberikan Aisyah untuk menarik nafasnya.

"Kamu boleh membuatkan kopi untuk semua orang, tapi mulai sekarang cuma aku yang boleh menyesap kopi dari bibirmu," katanya, lalu kembali menikmati bibir mungil yang sekarang sudah membengkak karena ulahnya.

*

Aisyah memandang langit-langit kamar, yang merupakan salah satu kamar yang ada diapartemen Axel dan bersebelahan dengan kamar Axel.

Semalam Aisyah tertidur dipangkuan Axel, ketika Axel menerima telepon dari koleganya yang berada di luar negeri dan sepertinya dia memindahkan Aisyah kedalam kamar yang ada disebelah kamar Axel.

Dia tersenyum sendiri kemudian meraba bibirnya sendiri, masih terasa ketika Axel dengan tidak ada puasnya melahap bibirnya.

Aisyah yang mulai tersadar merasa malu sendiri dia menutup wajahnya dengan bantal lalu tertawa sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Ciuman pertama untuk dirinya yang tidak bisa dia lupakan.

"Eh jam berapa ini?" Asiyah bergegas bangun dari tempat tidur lalu masuk kekamar mandi.

*

Wangi aroma kopi tercium oleh Axel membuat dia terbangun dari tidurnya. Dia tersenyum kemudian bergegas kekamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigi, seperti baru jatuh cinta untuk pertama kali, Axel tersenyum-senyum sendiri.

Tapi dia menyadari jatuh cinta dengan Aisyah berbeda, ada getaran rasa yang berbeda, bahkan dia yang biasanya tidak peduli jika kekasihnya ada dimana. Berbeda dengan  Aisyah dia super protektif bahkan cenderung posesif, dia tidak bisa membayangkan jika Aisyah tersenyum kepada para pelanggan cafe dan itu membuat Axel harus menutup mata agar rasa cemburunya tidak menjadi hal konyol dan membuat Aisyah malah menjadi Ilfill.

"Pagi sayang," Axel berdiri dibelakang Aisyah yang sedang membuat roti bakar untuknya lalu memeluk pinggang Aisyah.

"Pagi, kamu mau isi apa?" Tanyanya masih sibuk dengan kegiatannya.

"Diisi kamu aja, boleh gak?" Aisyah sengaja malah menyikut perut Axel.

"Ow, kalau sampai kena adikku kamu arus tanggung  jawab," sambil  mengecup pipi Aisyah.

"Yang salah kan  Abang sendiri, kenapa harus ada disitu," kata Aisyah sambil menyelesaikan pekerjaannya membuat kopi dan roti panggang untuk sarapan mereka.

"Abang duduk sana, aku mau taruh ini dimeja makan," perintah Aisyah pada Axel.

"Tapi cium dulu," pinta Axel sambil menaruh dagunya di pundak Aisyah.

Aisyah menengok ke arah Axel lalu mengecupnya.

"Sekarang duduklah," perintah Aisyah. Tanpa disuruh dua kali Axel mengikuti apa yang diperintah.

Aisyah.

"Ini kopi Abang." Aisyah meletakan di depan Axel yang sedang duduk di kursi makan.

"Terima kasih cantik," katanya sambil memandang Aisyah yang kembali ke pantry untuk mengambil roti bakar dan kopi latte untuk dirinya.

Mereka menghabiskan waktu sarapan sambil bersenda  gurau.

"Aku lari pagi dulu ya sayang, laptopnya ada di ruang kerjaku kau tinggal prin saja kalau mau print aku sudah aktifkan mesin printernya." Kata Axel begitu melihat Aisyah di ruang tengah.

"Baiklah aku juga mau edit dulu takut ada yang salah pengetikan," jawab Aisyah. Axel lalu keluar menuju taman yang masih berada di lingkungan Apartemennya.

Aisyah mulai Asyik dengan pekerjaan dia menyusun skripsinya per bab, mengatur setiap halaman hingga tersusun rapi.

Sementara itu, seperti biasa di waktu senggang Axel Akan menyempatkan diri untuk berolahraga atau pergi ke gym namun dia lebih sering olahraga di taman yang tidak jauh apartemen dimana dia tinggal.

"Axel," seseorang memanggilnya membuat Axel menghentikan jogging paginya dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Hai," sapa perempuan yang memanggilnya,  Axel menatapnya sebentar.

"Hai," katanya sambil melanjutkan lari paginya, dia merasa ridak memgenalnya dan menjawab sapaannya karena dia tidak mau dianggap tidak sopan, apalagi perempuan itu yang menyapanya dulu.

"Axel," perempuan itu menarik tangan Axel yang membuat dia menghentikan langkahnya.

"Ada apa Nona, apakah saya mengenal Anda?" Tanya Axel sambil melepaskan pegangan tangan perempuan itu dengan sopan.