Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 9 - Selama Ada Kamu

Chapter 9 - Selama Ada Kamu

"Kita ke supermarket dulu atau ke toko buku dulu?" Tanya Axel pada Aisyah ketika mereka sudah sampai didalam Mall

"Ke Toko buku dulu deh kalau ke supermarket kan santai," kata Aisyah yang disetujui oleh Axel.

"Abang beli kertas banyak amat sampai lima Rim?" Aisyah heran dengan belanja Axel padahal dia yang dengan membeli kertas tapi yang tampak sibuk berbelanja malahan Axel.

"Gak apa-apa buat stok juga," katanya santai, Aisyah hanya mengekor Axel.

"Kekassir yuk Yang," Ajak Ax pada Aisyah.

Setelah menghitung semuanya Axel membayar yang dia beli.

"Kok abang yang bayar itu kan aku yang mau pakai?" Katanya di depan Kasir, Axel tersenyum lalu mengacak-acak rambut Aisyah.

"Ayo," Axel menenteng kertas yang lumayan berat sementara tinta printer dibawa oleh Aisyah.

"Anggap hadiah dariku karena kamu sudah mau sidang. Kita ke mobil dulu tafih ini, baru kita ke swalayan ya," katanya yang di anggukan kepalanya oleh Aisyah 

"Wah lumayan berat juga ini," kata Axel begitu mereka menaruh barang belanja ke dalam bagasi mobil Axel.

"Pegal gak Bang, nanti Aisyah pijitin deh," katanya sambil memegang lengan Axel yang tadi membawa kertas sebanyak 5 rim, kemudian menutup kembali bagasi mobilnya.

"Memangnya kamu bisa mijit?" Tanya Axel mengambil lengan Aisyah dari lengannya lalu menggenggam tangannya.

"Bisa, dulu abah sering aku pijitin katanya pijitan aku enak," kata Aisyah polos.

"Siapa itu abah?" Axel memandang curiga.

"Abah itu kakekku di kampung, kalau pulang dari ladang di suka pegal-pegal makanya Aisyah yang pijitin," kata Aisyah sambil menerawang mengingat Kakek tercintanya.

"Oooh nanti boleh gak Abang kenalan?" Tanya Axel yang membuat Aisyah menghentikan langkahnya dan Axel menatapnya.

"Abah udah gak ada," katanya sedih.

"Ohhh maaf aku kan gak tau, udah jangan sedih kan sekarang kamu udah punya Abang," kata  Axel yang membuat Aisyah tersenyum.

"Iya abang yang baik tapi juga ngeselin," kata Aisyah kembali bergelayut manja di lengan Axel. Axel hanya tertawa mendengar celotehan Aisyah entah mengapa hatinya selalu senang bila bersama Aisyah. Kata Nadya jika dia sedang pusing dengan kerjaan Axel hanya butuh Aisyah untuk mengembalikan moodnya lagi.

"Banyak amat belanjaannya Bang padahal hanya buat dua hari," Aisyah melihat isi troli yang sudah penuh.

"Gak apa-apa kalau cape juga kamu bakal makan banyak, " kata Axel asal.

"Memangnya  cape ngapain, abang gak nyuruh aku untuk bersih-bersih apartemen kan?" Tanya Aisyah benar-benar membuat Axel gemas.

"Hahahaha ngapain aku nyuruh kamu bersih-bersih aku cuma takut capek belajar dan memprint skripsimu. Nanti abang buatkan steak spesial untukmu, mau?" Katanya memeluk Aisyah dengan gemas.

"Memangnya abang bisa masak?" Tanya Aisyah tidak percaya.

"Bisa dong, gini-gini juga jagobbikin steak lho, nama depanku itu adalah Chef," katanya sambil tertawa, tentu saja dia hanya bercanda yang membuat Aisyah memeletkan lidahnya.

"Jangan begitu Yang, nanti abang gigit kamu," katanya tambah gemas yang membuat orang hanya mengeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Axel pada Aisyah.

Axel itu memang bajingan tapi entah mengapa dengan Aisyah dia begitu menyayanginya, perempuan yang tidak pernah berusaha menunjukan pesonanya tapi mampu membuat Axel terpesona.

Awal pertama melihat Aisyah Ketika dia mengunjungi Ben, yang menurut informasi kafe yang dikelolanya sangat ramai pengunjung dan Ben ingin menegosiasikan pelebaran Cafe dengan menyewa ruko sebelahnya. Axel yang kebetulan selesai meeting dengan partner nya dan melewati kafe itu, ketika hendak kembali ke kantornya. Rasa penasarannya membuat dia mampir ke tempat itu, benar saja kafe tersebut sangat ramai dan orang mengantri hanya karena ingin menikmati secangkir kopi racikan Aisyah. Awalnya Axel bukan tertarik pada kopinya, tapi pada wajah cantik si barista serta bentuk tubuhnya yang proporsional membuat Axel terpana. Bahkan ketika Ben memintanya membuatkan kopi hitam, awalnya Axel berfikir tempat itu ramai karena sang barista yang cantik tapi ternyata dugaan Axel benar-benar meleset sangat jauh. kopi yang dibuat oleh Aisyah membuat Axel harus mengakui kehebatan Aisyah sebagai barista dalam meracik kopi. Sejak itu dia memutar otak untuk bisa memiliki Aisyah.

"Abang kok ngelamun," Aisyah menegur Axel yang tidak menyentuh steak yang dipesannya setelah mereka selesai belanja dan Aisyah mengeluh lapar, padahal Axel hampir tidak pernah makan malah karena dia selalu menjaga bentuk tubuhnya.

"Aku lagi ingat sesuatu saja," Kata Axel sambil memotong steaknya lalu memakannya.

"Oya tentang apa?" Tanya Aisyah penasaran. 

"Kau mau tau?" Tanya Axel memggodanya.

"Tidak jadi," kata Aisyah kembali memakan potongan tenderloin yang ia pesan tadi.

"Padahal akan akan menjawabnya," kata Axel tersenyum.

"Serius, pernah aku berbohong padamu?" Tanya Axel menatap Aisyah.

"Tidak, tapi aku tidak tahu apakah itu bohong atau tidak karena itu urusan anda dengan yang Maha Kuasa," kata Aisyah dengan santainya namun menyentik tepat sasaran pada Axel.

"Sayang, kamu tahu mengapa aku sayang padamu?" Tanya Axel pada Aisyah.

"Mungkin karena aku pintar membuatkan kopi, makanya kau sayang padaku," perkataan Aisyah membuat Axel tertawa.

"Awalnya mungkin iya," kata Axel berbohong.

"Tapi aku senang saja jika bersamamu, membuang pikiran stres mengurus perusahaan." Sahut Axel sambil memainkan jari tangan Aisyah.

"Syukur kalau kehadiranku tidak mengganggu abang," Axel tersenyum.

"Pulang yuk sayang, sudah malam kita harus tidur  cepat agar besok kamu bisa bangun pagi." Mereka lalu menuju parkiran kemudian pulang ke Apartemen banyak. Sampai di parkiran Axel meminta Sekuriti membawakan barang belanjaannya yang berat kemudian menaruh di dekat ruang tamu, Axel memberi dua lembar uang warna merah dan mengatakan untuknya membeli kopi dan rokok.

Axel menjatuhkan tubuhnya lalu melempar  jasnya yang tadi dia bawa kesembaranv tempat Aisyah yang melihatnya langsung mengambilnya.

"Mengapa harus dilempar sih Bang kan bisa Abang taruh di sandaran kursi," Aisyah mengomel.

"Iya cantik, maaf, max berdiri lalu memeluk Aisyah dari belakang.

"Buatkan Abang kopi dong Yang," rayu Axel sambil masih memeluk Aisyah.

"Lepasin ih Bang berat, lagian gimana mau bikinin kopi kalau Abang begini," Axel tersenyum lalu melepas  pelukannya.

"Aku mandi duluan yah, apa mau mandi bareng?" Axel mengedipkan matanya sebelah.

"Ihhh genit sana mandi tar dikerubiti lalat, baru tau rasa," kata Aisyah berlari ke arah Pantry karena melihat Axel hendak berbalik dan memeluk Aisyah kembali.

Aisyah menggulung rambut lalu mulai meracik kopi untuk untuk Axel dan kopi latte untuknya.

"Harum banget," Aisyah yang sedang meminum kopi buatannya tersenyum melihat Axel  berjalan ke arah meja makan, ini kopi buat abang?" Tanyanya sambil duduk samping Aisyah.

"Kamu buat apa saya, cappuccino?" Tanya Axel sambil menyesap kopi panasnya.

"Bukan, aku bikin latte?" Jawab Aisyah.

"Seperti enak, boleh aku cicipi?" Tanya Axel sambi pandangannya kewajah Aisyah.

"Mau? Aku buatkan yah?" Aisyah yang hendak berdiri ditahan oleh Axel.

"Aku mau cicipinya dari sini," axel mengecup ujung bibir Aisyah yang membuat Aisyah langsung membeku.