Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 5 - Pantry idaman Aisyah

Chapter 5 - Pantry idaman Aisyah

Aisyah berdiri di depan sebuah apartemen mewah, Kepalanya mendongak kan ke atas  sementara tangannya ditaruh di atas keningnya untuk menghindari panas yang menyengat, hari masih pagi namun matahari sepertinya sudah sangat terang.

"Wah bagus sekali apartemennya dan mewah luarnya. Bagaimana dengan dalamnya ya, apakah juga sama dengan apartemen yang dimiliki bosku? tapi di sini tempatnya jauh lebih mewah dan di pusat kota pula,"  kata Aisyah masih mengagumi gedung dihadapannya.

Aisyah kemudian berjalan ke dalam gedung, di sana ada resepsionis yang berdiri serta security.

"Selamat siang Mbak ada yang bisa saya bantu?" Tanya security itu dengan ramah

"Saya mau ke ke tempatnya Tuan Kris Axel," jawab Aisyah menjelaskan.

"Sudah Buat janji dengannya?" Tanyanya lagi dengan ramah.

"Sudah Pak, bahkan saya sudah diberi kunci akses olehnya untuk langsung masuk ke ruangannya," kata Aisyah sambil memperlihatkan kartu yang dia pegang.

"Oh kalau begitu Mbaknya jalan saja ke sana, nanti ada lift, naik lift yang kanan. Kamarnya Tuan Axel ada di lantai 21,"  kata penjaga keamanan tersebut menjelaskan kepada ada Aisyah.

"Baik Pak kalau begitu, terima kasih banyak untuk bantuannya."  Aisyah berjalan ke arah lift yang ditunjuk oleh petugas security, kemudian menempelkan kartu untuk bisa masuk ke dalam lift. Aisyah lalu memencet nomor lantai yang tadi dikatakan oleh petugas security agar sampai ke lantai yang dituju. Sesampainya di lantai yang dituju, Aisyah mulai mencari kamar Axel, disana hanya ada 4 pintu.

"2102," katanya sambil melihat ke arah pintu.

"Ini pintunya," Aisyah lalu berniat mengetuk namun dibatalkan karena Axel kemarin mengatakan untuk langsung masuk saja.

"Tapi sopan tidak yah?" katanya kembali berpikir.

Akhirnya dengan memberanikan diri, Aisyah menempelkan kartu dan memasukan nomor password yang diberikan oleh Axel kemarin padanya. 

"Wah... besar sekali, 2 kali lipat lebih besar dari apartemennya Kak Ben," katanya. Begitu Aisyah masuk kedalam ruangan Axel tiba-tiba saja lampu tengah menyalah yang membuat Aisyah terkejut. Tidak ada orang, hanya ada kemeja dan jas serta sepatu yang berantakan.

"Apakah lampunya otomatis? Ya Tuhan berantakan sekali," katanya. Reflek Aisyah memunguti barang yang berserakan, karena tidak tahu harus disimpan dimana. Akhirnya Aisyah hanya melipat dan ditumpukan diatas Sofa, bau alkohol dan parfum beraroma maskulin tercium dari kemeja yang dipakai oleh Axel, Aisyah tidak memperdulikannya, dia mengambil ponsel milik Axel yang tergeletak di karpet di bawah kursi, dia letakkan  di atas meja. sedangkan sepatu ditaruh di dekat sofa.

"Baiklah aku akan membuat kopi sekarang, tapi mana Pantry nya?" Aisyah berjalan lebih kedalam tampak ada ruang makan dan pantry yang lumayan besar, melihat pemandangan itu Aisyah tersenyum. Pantry seperti yang dia sering  lihat di majalah-majalah dan juga internet.

"Wah aku pikir aku hanya akan melihat Pantry sebagus ini di majalah, ternyata aku bisa melihat dengan nyata?" Katanya

Aisyah lalu mencari kopi dan keperluan dirinya untuk membuat Kopi, dia kemudian membaca pesan yang kemarin malam dikirim Axel padanya, penjelasan dimana saja Axel meletakan barang-barang dan keperluan untuk membuat kopi.

"Rasanya aneh kalau aku hanya membuatkan kopi saja? Coba aku lihat ada apa saja dilemari ini." Aisyah membuka satu-persatu pintu kabinet dia mendapatkan selai coklat dan roti di dalam sana kemudian dilihat  tanggal Expirednya.

"Ternyata masih baru, Baiklah aku akan membuatkan roti bakar coklat semoga dia suka." Setelah menyiapkan semua Aisyah mulai menyalakan kompor, peralatan modern membuatnya sedikit kesulitan namun dia tidak hilang akan, dia membukakan google untuk mencari tahu semuanya. Setelah kompor menyala dia menaruh teko kecil berisi air yang dia ambil dari dispenser, menurutnya kopi hitam  akan jauh lebih nikmat jika diseduh  dengan air mendidih.

Setelah menggiling kopi Aisyah mulai meracik kopi espresso karena ini lah sebagai dasar membuat minuman kopi. jika espresso nya tidak enak dijamin kopinyapun akan tidak enak.

Sambil bersenandung kecil  Aisyah menyelesaikan pekerjaannya.

Tanpa dia sadari Axel sudah berdiri di belakangnya sambil tersenyum. Axel menarik kursi meja makan, yang membuat Aisyah menengok dan memegang dadanya karena terkejut.

"Selamat pagi tuan," Aisyah  membungkukkan badannya sebentar.

"Pagi, kalau dirumah kau tidak perlu panggil aku tuan," kata Axel dengan wajah bantalnya, hanya menggunakan kaos oblong dan celana boxer kotak-kotak sambil menunggu kopinya yang dibuat Aisyah untuknya jadi dia duduk manis menunggunya.

"Lalu saya harus memanggil apa?" Tanya Aisyah bingung

"Kau boleh memanggilku dengan memanggil  nama," kata Axel sambil minum kopi yang disediakan oleh Aisyah.

"Tapi itu tidak sopan Tuan, anda lebih tua  dari saya, bagaimanapun juga saya harus tetap menghormati Anda," jawaban Aisyah membuat senyum tersungging dipipi Axel.

"Baiklah kalau begitu? Kau boleh memanggilku Abang, Kakak, Mas. Terserah asal jangan kau panggil aku tuan jika sedang di Apartemen," katanya sambil  mengunyah potongan roti yang juga dibuatkan oleh Aisyah.  Dia melihat ke arah roti yang dia makan.

"Ini roti yang kau buat tadi atau kebawa?"  Tanya Axel penasaran.

"Aku menggunakan roti yang ada di sini, aku lihat masih lama tanggal kadaluarsanya masih ada 4 hari lagi setelah aku pastikan masih bisa dimakan, barulah aku mencari isian roti dan aku menemukan isi coklat dan isi kacang. Aku tidak tahu mana kesukaanmu makanya aku buat dua rasa satu,  yaitu isi kacang dan isi coklat,"  kata Aisyah dengan polosnya.

"Oh begitu ya sudah kalau begitu, rotinya enak  nanti lagi aku tidak keberatan kalau kau membuatkan rotinya juga. Tapi tidak usah jika dikantor, disini saja kalau di rumah," katanya sambil menghabiskan roti yang tadi di Tersisa sedikit di tangannya.

"Baiklah Tuan jika rotinya habis ada bisa meminta saya membelikan rotinya sekalian saya jalan kesini." Kata Aisyah kembali tersenyum yang membuat Axel ingin meremasnya karena gemas.

"Tadi kau panggil apa? " tanya Axel pura-pura tuli.

"Ohhh maaf, aku panggil Abang saja, boleh?" Tanya Aisyah meminta izin, Axel tampak tersenyum senang.

"Kau tidak sarapan?" tanya Axel melihat Aisyah masih berdiri.

"Duduk disini, kau bukan pelayan yang berdiri ketika tuannya sedang makan," Aisyah masih ragu karena Axel menyuruhnya duduk disampingnya.

"kenapa, apa karena aku baru cuci muka dan belum mandi jadi kau pikir aku bau?" tanya Axel yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Aisyah.

"kalau begitu duduklah disini," Axel sangat berbeda dengan sikapnya jika berada di kantor, dingin dan tidak bersahabat.

"Dia tidak salah makan?" pikir Aisyah dalam hati.

"kau tidak pernah sarapan memangnya?" tanya Axel melihat Aisyah hanya menggenggam Air putih dalam gelas.

"Saya biasa sarapan dikampus ada tukang bubur Enak disana," kata Aisyah.

"Oya, dikantin?" Tanya Axel penasaran.

"Iya semacam pujasera," jawab Aisyah lagi.

"Bersih," kali ini dijawab anggukan kepala Aisyah.

"Kalau begitu, ayo kita kesana, kau tunggu 15 menit aku akan mandi dulu," Aisyah hanya terbengong dengan perkataan Axel