Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 4 - Secangkir Kopi Untuk Axel

Chapter 4 - Secangkir Kopi Untuk Axel

Pantry itu tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang, hanya orang-orang tertentu yang boleh memasuki ruangan itu yaitu Nadia dan salah satu cleaning service untuk membersihkan ruangan itu. sedangkan untuk membuat kopi, Axel lebih memilih membuatnya sendiri.

"Itu alatnya, di tempatmu mungkin lebih canggih tapi paling tidak disini tersedia semua Alatnya, ini ada penggilingan kopi dan mesin untuk membuat Espresso nya. Jadi silahkan kau buat aku akan menunggu disini untuk akan mengetahui hasilnya, apakah memang yang kualitas dan enak kopinya atau memang dirimu yang jago meraciknya," kata Excel sambil menyuruh Aisyah untuk masuk ke dalam pantry.

"Silakan kau mulai membuatnya," kata Axel, lalu mengambil kursi yang ada di pojok ruangan pantry untuk dia duduki. Sebetulnya Aisyah merasa sungkan karena dia tidak biasa jika sedang bekerja diperhatikan terang-terangan, apalagi jika sedang membuat kopi seperti ini, namun dia juga tidak mungkin melarang Axel untuk melakukan hal tersebut karena ini adalah tempatnya. Dengan cekatan Aisyah membuat kopi yang diinginkan oleh Axel, Aisyah mengambil biji kopi sesuia takaran lalu menggilingnya dengan ukuran yang pas untuk membuat secangkir Espresso dan kemudian memasak air panas hingga mendidih, kopi akan lebih keluar cita rasanya jika diseduh dengan air panas dengan suhu yang pas tentunya, secangkir kecil espresso sudah siap untuk diracik menjadi cangkir kopi hitam yang nikmat.

"Tuan ini kopinya, silahkan dicicipi. Semoga rasanya tidak jauh berbeda dengan kopi yang aku buat di cafe," kata Aisyah sambil menyerahkan Secangkir Kopi kepada Axel.

Axel mengambilnya kemudian meminumnya.

"Ternyata memang enak dan berbeda dengan buatanku. kau memang benar-benar jago meraciknya kopi menjadi minuman enak," Axel kembali mencicipi kopi buatan Aisyah.

"Mari kita berbicara bisnis," kata Axel sambil menyilangkan kakinya dan menatap Aisyah dengan intens. Aisyah lalu berdiri didepan Axel yang duduk di kursi yang ada di pantry

"Aku berniat menaikan harga sewa tempat dimana kau bekerja," Aisyah mengangkat kepalanya menatap Axel dengan kesal. Axel menyunggingkan senyumnya.

"Aku tidak akan menaikan harga sewanya, tapi aku punya syarat untukmu," katanya sambil menatap netra Aisyah yang sedang memandangnya.

"Apa syaratnya,Selama tidak melanggar norma agama yang saya anut, saya pasti bersedia," kata Aisyah dengan hati berdebar.

"Mulai hari ini aku minta kau buatkan kopi untukku. Setiap pagi dan menjelang petang, Kau boleh menitipkan kepada orang lain untuk mengantarnya tapi dengan catatan, itu harus kopi buatanmu. Karena aku tahu rasanya berbeda jika itu bukan buatanmu, tapi jika kau sedang tidak bekerja aku mau kau membuatnya disini," kata Axel sambil melirik kearah Aisyah yang masih berdiri di depannya.

"Kalau hanya itu syaratnya, baik Tuan aku menerimanya, aku akan membuatkan kopi hitam pagi hari disini jika aku masuk sore dan akan menyuruh orang mengantarkan kopi untukmu disore hari, dan jika aku masuk sore maka pagi hari aku akan menyuruh orang membawakan kopi untukmu kesini dan sore harinya aku akan datang untuk membuatkan kopi untukmu, Begitu bukan Tuan?" Tanya Aisyah, dia merasa syarat dari Axel hanya membuatkan kopi bukan lah hal yang sulit walaupun agak melelahkan tapi itu tidak masalah buatnya jika dia bisa meringankan Bosnya untuk membayar sewa ruko.

"Bagus kalau begitu, tapi bagaimana dengan weekend?" Aisyah terdiam mendengar pertanyaan Axel.

"Apa kau punya pacar," Aisyah menggelengkan kepalanya membuat Axel menyunggingkan senyumnya, dibalik cangkir yang dia gunakan untuk meminum kopi yang masih tersisa.

"Kalau begitu kau bisa datang ke apartemen, kamu cukup mengantar sekali dan disesuaikan dengan jadwal mu," kata Axel meletakan kopi yang sudah tandas ia minum diatas meja Pantry.

"Kalau sabtu saya selalu masuk siang sampai malam, paginya saya harus bimbingan skripsi dan siang saya harus bekerja karena biasanya weekend pelanggan kafe lumayan ramai Tuan, kecuali di apartemen Anda ada alat pembuat kopi," katanya berterus terang.

"Tidak masalah, apartemen tempat aku tinggal juga ada mesin pembuat kopinya." kata Axel kemudian berdiri dari kursinya. Aisyah kembali mengikuti Axel menuju ruangan kerjanya.

"Jadi bagaimana?" Katanya sambil duduk di kursi kebesarannya sementara Aisyah berdiri di hadapannya yang terhalang oleh meja kerjanya.

"Baiklah sabtu saya akan ke tempat anda pagihari jam 8 bagaimana? setelah itu saya baru ke kampus, lalu bagaimana dengan hari minggu, apakah saya harus ke rumah anda juga? karena kalau minggu kafe buka jam 12 siang, kami sengaja buka siang karena biasanya kalau hari minggu atau hari libur tidak terlalu banyak pengunjung yang datang kekafe Kami." kembali Aisyah menjelaskan situasi dan jadwal kerjanya.

"Kamu cukup cerdas dan paham dengan yang aku mau, kalau begitu aku tidak akan menaikkan sewa tempat kau bekerja dan untuk hari minggu atau libur aku yang akan datang sendiri kesana," katanya itu pada Aisyah.

"Terima kasih banyak Tuan, untuk tidak menaikan sewa ruko, dan saya akan dengan senang hati melakukan tugas yang anda berikan selama itu masih berurusan dengan membuat kopi," Kata Aisyah, tampak wajah senang dan lega terpancar dari Aisyah

"Yang pnting buatku, Selama dia tidak menunggak Aku tidak akan menaikkan harga sewa ruko tersebut. Percayalah," kata Axel sambil memandang ke arah Aisyah yang menundukkan kepalanya. namun masih bisa terlihat wajah cantik Aisyah, berambut lumayan panjang yang terikat oleh topi yang dia pakai.

"Cantik," guman Axel, tanpa dia sadari mengeluarkan kata-kata yang didengar oleh Aisyah. Sehingga Aisyah mendongakan kepalanya.

"Apa Tuan?" kata Aisyah karena khawatir dia salah dengar atau ada yang ingin disampaikan oleh Axel padanya.

Axel yang sadar langsung membetulkan duduknya, serta membetulkan dasinya

"Kopi, kopi yang kamu buat sangat cantik walaupun hanya kopi hitam," katanya sambil membuka laci meja kerjanya.

"Ini bayaran kopi yang 10 cup dan sisanya sebagai bayaran kau mau melayaniku dan membuatkan kopi spesial untukku," kata Axel memberikan amplop coklat pada Aisyah, dengan ragu Aisyah menerimanya.

"Kenapa sebanyak ini Tuan?" Aisyah bertanya setelah melihat isinya.

"Kamu tahu jasa service itu lebih mahal dari harga makanan dan minumannya," katanya sambil memanggil Nadia lewat saluran intercom untuk masuk ke dalam ruangannya.

"Ya Pak?" Tanyanya begitu masuk keruangan Axel.

"Berikan kunci akses ke lantai ini agar dia tidak perlu lapor setiap hari, pada petugas resepsionis ataupun security yang berjaga, dan beritahu mereka mulai besok jangan ada yang mencegahnya masuk ke lantai ini dan sebelum dia masuk ke ruanganku, dia harus menemuimu terlebih dahulu." Penjelasan Axel dimengerti Oleh Nadia.

Aisyah pamit pada Axel kemudian dia meninggalkan ruangan kerja Axel diantar Nadia turun ke bawah.

Axel berdiri didepan jendela ruangan nya dilihatnya Aisyah keluar dari halaman kantor dengan dibonceng teman kerjanya namun Axel tersenyum lega ketika melihat Aisyah tidak berpegangan pada Anton.