Nadia benar-benar kesal dengan Burhan sekuriti mata keranjang, jika melihat perempuan Seksi matanya akan membesar. Axel pernah memarahinya karena membolehkan seorang perempuan dengan pakaian kurang bahan yang tidak dia kenal masuk ke dalam ruangannya,
"Pak Jon Tolong panggil orang yang membawakan kopi ini keatas dan kau ikut dengan Pak Jon kembali ke bawah, dan jangan naik kesini kalau tidak diperintah," katanya dengan wajah yang tidak suka pada security tersebut.
Jon yang disuruh menemui pengantar kopi langsung turun kebawah dengan sekuriti yang tadi naik membawa kopi ke atas.
"Seharusnya kau bertanya dulu jangan main naik saja, jadinya kau diomeli kan oleh Bu Nadia," kata Jon pada sekuriti tersebut.
"Gak apa-apa aku dimarahi, yang penting bisa melihat wajah seksinya." Jon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karena kebodohan temannya itu.
Setelah sampai ke bawah Jon menghampiri Aisyah yang sedang menunggu di kursi sofa lobi kantor Axel.
"Nona yang membawa pesanan kopi Tuan Axel?" Tanya Jon dengan Ramah.
"Iya Pak betul," jawabnya sambil berdiri.
"Kalau begitu kamu ikut saya Non," kata Jon yang diikuti Aisyah dibelakangnya.
Sementara itu jon menyusul Aisyah kebawah, Nadia masuk ke dalam ruangan rapat Axel, dia Lalu meletakkan minuman di belakang meja yang berada di belakang Bosnya itu lalu mendekati bosnya.
"Pesanan Anda sudah datang Tuan, tapinya Burhan sekuriti sok tahu itu malah menyuruh perempuan tersebut untuk menunggu di bawah. Tapi Jon sudah aku suruh untuk menyusulnya dan membawa ke sini tapi karena aku takut minumannya keburu dingin, makanya aku bawa ke dalam ruangan anda Tuan," kata Nadia sambil menunjuk ke arah kopi yang tadi dibawa oleh Aisyah.
"Baiklah kalau begitu, tapi aku tetap mau perempuan itu menunggu di ruanganku setelah aku selesai rapat aku akan menemuinya," katanya sambil menyuruhnya Nadia untuk memberikan kopi pada peserta yang menghadiri rapat tersebut.
"Silakan dicicipi kopinya aku sangat menyukai kopi ini," kata Axel kepada rekan bisnisnya.
"Wah selera Anda luar biasa, kopi ini memang sangat nikmat. Maaf aku bukan sedang mencari muka tapi memang benar-benar sangat nikmat," kata pria gemuk yang berada di samping Axel
"Yah Bahkan aku yang tidak begitu suka kopi hitam pun ,merasa kopi ini sangat nikmat. Wah sepertinya aku harus mencoba mendatangi tempat ini Tuan," katanya pada Axel. Axel hanya tersenyum kepada para mitranya tersebut. Setelah selesai menghadiri acara rapat mereka lalu bersalaman dan berjanji untuk membahas kelanjutannya kembali setelah proposal persetujuan mereka ditandatangani.
Sementara itu Nadia yang baru saja keluar dari ruang meeting melihat Aisyah sudah berdiri dekat meja kerjanya.
"Hai kamu pasti si pembuat kopi itu bukan?" Tanya Nadia dengan ramah. Aisyah tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Bos ku masih meeting, tapi sebentar lagi juga selesai. jadi dia memintamu untuk menunggu di ruangannya. Mari aku antar," katanya, kemudian Nadia mengajak Aisyah untuk masuk ke dalam ruangan Axel.
Seperti terpana dan terhipnotis, Aisyah melihat tata ruang kerja Axel yang sangat tertata rapi, dengan ornamen kayu yang dipernis coklat dan sangat cantik minimalis namun tetap terlihat elegan.
"Silahkan duduk nona boleh aku tahu siapa namamu?" Tanya Nadia lagi, sambil tidak melepas senyum di bibirnya. perempuan beranak dua ini memang sangat cantik dan cekatan selain itu dia juga sangat ramah. Oleh karena itu Max mempertahankannya sebagai sekretarisnya. Selain attitude yang sangat baik tentunya.
"Aku Aisyah, Nyonya boleh memanggilku Ais," kata Aisyah sambil tersenyum pada Nadia
"Jangan panggil aku Nyonya panggil saja aku ibu. Namamu sangat cantik secantik orangnya," kata Nadia memuji Aisyah.
"Terima kasih banyak Bu, untuk pujiannya. Ibu juga cantik," kata Aisyah membalas pujian Nadia sambil tersenyum.
"Ya sudah kalau begitu. Silahkan duduk Aisyah, nanti Tuan Axel akan datang ke ruangannya," katanya, Lalu Nadia meninggalkan Aisyah di dalam ruangan Axel sendirian.
Setelah 10 menit menunggu Tak lama pintu ruangan Axel terbuka. Seorang pria tinggi dengan rahang yang tegas hidung mancung dan mata yang tajam melihat kearah Aisyah tanpa ada senyum, dia langsung duduk di bangku kerjanya. Tentu saja hal itu membuat Aisyah bingung karena dia tidak tahu harus melakukan apa.
Tak kunjung berbicara akhirnya Aisyah memberanikan diri bertanya kepada Axel yang malah Asyik Mengerjakan pekerjaannya.
"Maaf tuan boleh aku bertanya?" Axel menghentikan pekerjaannya,
"Silahkan." Dia Kembali meneruskan pekerjaannya.
"Apakah anda yang memesan 10 cangkir kopi di cafe kami tadi?" Tanya Aisyah sambil berdiri menatap Axel.
"Ya Kenapa, Kau takut aku tidak akan membayarnya? Tunggu saja dulu, duduk di situ terlebih dahulu, aku membereskan dulu pekerjaanku," kata Axel kembali menatap laptop di depannya.
"Maaf tuan, kata bos saya anda juga akan membicarakan masalah sewa ruko anda yang kami sewa sebagai tempat cafe kami? Saya bukan ingin mengganggu Anda , tapi Saya juga memiliki pekerjaan yang harus saya selesaikan. Selain itu teman saya di bawah juga menunggu. Jadi kalau tidak ingin membicarakan masalah sewa toko, jika tidak keberatan tolong bayar saja 10 cangkir kopi yang anda pesan tadi, setelah itu saya akan pergi," kata Aisyah lagi
Axel menatap tajam kearah Aisyah, yang membuat Aisyah menundukkan kepalanya. Jujur saja dia tidak berani untuk menatap mata tajam milik Axel. Bukan karena tidak berani, toh dia juga tidak punya salah apa-apa, tapi tatapan Axel seperti menusuk hatinya.
"Sepertinya kau sangat takut sekali pada bosmu? Padahal aku juga sudah mengatakan padanya, kalau aku membutuhkanmu untuk membuatkan kopi di kantor ini, karena Aku ingin tahu apakah racikannya yang memang enak atau memang kualitas kopimu yang berbeda dengan yang kopi yang ada di kantor ini. Karena itu menurutku 2 point yang berbeda Nona," kata Axel sambil menatap kearah Aisyah yang masih tertunduk.
"Maksud Anda bagaimana? Aku tidak mengerti. Tadi bosku hanya bilang aku disuruh mengantarkan kopi pesanan mu yang aku racik sendiri dan itu sudah aku kerjakan. Kopi yang anda pesan memang buatanku Kami menggunakan kopi robusta terbaik di Indonesia, tentu saja kopinya akan sangat nikmat, kemudian dia juga mengatakan kalau anda akan membicarakan masalah harga Sewa tempat dimana saya bekerja," kata Aisyah menjelaskan mengapa dia menunggunya kali ini dia tidak menunduk tapi mulai berani menatap Axel.
"Dia berani sekali, tanpa ada rasa takut menatapku, mata indahnya membuatnya semakin cantik." Axel berkata pada dirinya sendiri didalam hati.
"Aku tahu itu, karena aku juga penggemar kopi. Aku juga memiliki biji kopi terbaik di negeri ini, kalau begitu itu kau akan membuatkan kopi dari kopi yang aku punya," kata Axel, sambil berdiri dari meja kerjanya kemudian keluar menuju ruangan pantry khusus untuk dirinya.
Sementara Aisyah malah masih berdiri di dekat sofa ruang kerja Axel.
"Kenapa kau berdiri disitu, aku bilang kau ikut denganku. Kau tidak Tulikan?" kata Axel dengan suara bassnya namun dengan nada yang sangat dingin yang keluar dari mulut Axel. sebenarnya suara Axel membuat orang yang mendengarnya merasa merasa nyaman, sayangnya wajahnya yang dingin membuat suara itu hilang dari rasa kata nyaman.
Aisyah lalu mengikuti langkah Axel ke pantry yang berada satu lantai dengan ruangan kerjanya.