Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Barista's Love Coffee

rachma_akbari
--
chs / week
--
NOT RATINGS
27.1k
Views
Synopsis
Aisyah seorang barista, memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha kafe. Kemampuannya meracik kopi sangat mumpuni, sampai seorang pengusaha properti tergila-gila pada kopi buatnya dan menjebak Aisyah agar bisa selalu membuatkan kopi untuknya setiap hari. Kris Axel pengusaha properti dan memiliki aset hampir diseluruh kota besar di Indonesia belum lagi beberapa asetnya diluar negeri. jatuh cinta pada kopi buatan Aisyah, barista cantik karyawan sebuah kafe. awalnya suka pada kopi buatan Aisyah, akhirnya malah jatuh cinta pada barista cantik tersebut. Aisyah sudah mencuri hati sang milyuner. Akan kah mereka bisa bertahan dengan cintanya, karena wanita penggila harta sudah menanti untuk bersaing dengannya mencuri hati Axel.
VIEW MORE

Chapter 1 - Pagi Aisyah

Hari masih pagi, Aisyah terbangun dari tidurnya. Semalam di pulang sudah sangat larut malam. karena kafe tempatnya bekerja sangat ramai pengunjung.

Dilihatnya jam di dinding sudah menunjukan pukul delapan pagi, tadi setelah sholat subuh dia memutuskan untuk tidur kembali karena mengantuk.

"Ya Tuhan, aku kesiangan," Pekiknya sambil menggerakkan tangannya Kekiri dan kekanan lalu bergegas menyambar handuk yang tergantung di pintu kamarnya. Kamar kos yang berukuran 3x4 meter, itu memiliki kamar mandi didalam kamar sehingga Aisyah tidak harus mengantri hanya untuk mandi.

"Seharusnya aku bangun jam 7 pagi," Aisyah bergegas untuk mandi jam 10 ini dia harus bertemu dengan dosen pembimbing.

Dengan terburu-buru Aisyah memakai baju dan menyisir rambut serta memoles bibirnya dengan lip gloss agar tidak kering. Aisyah memang tidak menyukai berdandan berlebihan yang penting wangi dan bersih, maka itu akan membuatnya menjadi lebih percaya diri.

Aisyah bergegas memanggil ojek online yang terpasang di aplikasi ponselnya. Jarak dari kampus Ke tempat kos nya lumayan jauh, karena dia lebih memilih untuk mendekati tempat kerjanya, yang sering pulang malam dari pada mendekati kampusnya.

"Kau mau kemana Is ?" Tanya Viny teman satu kos, Ketika melihat Aisyah sudah bersiap-siap dan berdandan rapi.

"Ke kampus. setelah dari kampus aku mau cari buku tentang manajemen ditoko buku," kata Aisyah menjelaskan, kemudian dia duduk dihalaman depan rumah tempat dirinya kos, menunggu tukang ojek onlinenya datang.

"Eh kamu memangnya gak cape yah, pulang jam 12 malam terus tidur sebentar, pagi begini kamu sudah harus pergi ke kampus lagi?" Tanya Viny sambil menatap Aisyah.

"Sebenarnya cape sih, tapi kalau gak begini aku gak bisa sekolah," kata Aisyah tersenyum menatap Viny.

"Kamu gak pengen seperti Siska, punya pacar tajir kalau mau apa-apa tinggal tunjuk," kata Viny karena Aisyah tidak kalah cantik dari pada Siska.

"Nasib orang kan beda-beda Kak, aku sudah bersyukur kok dengan hidup begini, yang penting aku tidak menyusahkan orang lain dan uang yang aku dapatkan juga halal," kata Aisyah tersenyum.

"Kau benar juga sih. Kadang orang juga iri dengan ku, karena aku terlahir dari keluarga berada, padahal mereka tidak tahu bagaimana aku harus melihat ibuku tersakiti karena ayahku yang hobi berselingkuh, padahal uang dan harta yang dia pakai usaha itu milik kakek dari ibuku tapi ayah sering sekali menyakiti ibuku. yang membuatku heran, ibuku malah melindungi ayahku dari amarah kakekku. Sudah ah kok aku malah jadi curhat sih." katanya sambil tersenyum menutupi rasa sedihnya, Aisyah hanya tersenyum mendengarnya.

"Aku jalan dulu yah Kak," kata Aisyah begitu melihat ojek online pesanannya sudah sampai.

"Hati-hati dijalan Is, katanya sambil masuk kedalam rumah kos an.

Aisyah kemudian menaiki motor ojek onlinenya dan berlalu meninggalkan halaman rumah tempat dia tunggal selama ini.

Perjalanan menempuh wajtu 30 menit lamanya dan akhirnya Aisyah sampai juga di kampusnya, kemudian dia berjalan menuju ruangan dosen untuk menemui dosen pembimbingnya.

Setelah hampir satu jam didalam ruangan Dosen membahas skripsinya, akhirnya dia bisa bernafas lega karena kali ini isi sjripsinya tidak banyak yang direvisi malah diperintahkan untuk membuat bab selanjutnya.

Selesai dengan bimbingan skripsinya Aisyah melanjutkan rencananya ketoko buku untuk membeli buku yang dia perlukan untuk menunjang skripsi nya.

"Ais," panggil seseorang ketika dia hendak keluar dari kampus.

"Hai, aku pikir siapa? Sudah sampai mana skripsinya Anya?" Tanya Aisyah begitu mereka berdekatan.

"Bab 3 mudah-mudahan diacc sudah dua kali revisi aku padahal," keluh Anya pada Aisyah

"Sabar yah, semoga kali ini tidak ada revisi lagi " kata Aisyah memberikan semangat.

"Iya Ais terima kasih buat dukungannya ya," katanya tersenyum.

"Kamu sendiri bagaimana sudah masuk bab berapa? jangan-jangan sudah mau beres, kamu kan pintar," kata Anya tersenyum menatap Aisyah.

"Aku baru mau masuk bab 4, ini baru Acc untuk bab 3," kata Aisyah membalas senyum Anya.

"Ya sudah kalau begitu, aku mau menghadap dosen dulu yah," kata Anya, Aisyah melambaikan tangannya pada Anya mereka lalu berpisah.

*

Setelah menempuh waktu 15 menit dengan menggunkan kendaraan ojek online, Aisyah sampai juga di Mall terbesar di kotanya. Mall terlengkap itu ramai didatangi pengunjung, mungkin karena menjelang weekend mereka libur sementara untuk Aisyah week adalah hari yang melelahkan karena pengunjungnya akan lebih ramai dari biasanya.

"Wahh sepertinya sedang ada Sale, pantas saja begitu ramai pengunjung." Tak mau membuang-buang waktu, Aisyah bergegas naik menuju lantai atas, dia khawatir kalau terlalu lama melihat-lihat nanti dia akan terlambat datang ke tempat kerjanya.

Setelah mendapat buku yang diinginkan, Aisyah kembali turun kebawah karena dia harus segera pergi ke tempat kerjanya. Walaupun dia masuk jam 3 sore dan sekarang baru menunjukkan pukul 1 siang, tetap saja dia tidak ingin terlambat sampai ke tempat kerjanya. Walaupun Ben pemilik kafe dan istrinya amat baik padanya, dia tidak ingin mengecewakan mereka.

Untuk Aisyah, bekerja sebagai barista, walaupun bukan cita-cita utamanya, tetap saja harus dijalani dengan kesungguhan hati karena dengan pekerjaan, itu dia justru bisa kuliah dan menikmati hidup seperti sekarang ini. Walaupun penghasilannya tidak berlebih tapi juga tidak kekurangan untuk dirinya sendiri.

sampai didepan sebuah counter Aisyah terdiam melihat keributan dua orang costumers saling berebut.

"Kau yang merebut dari tanganku," kata perempuan tersebut galak.

"aku yang duluan," teriak seorang wanita pada wanita lainnya, disebuahan konter pakaian bermerk yang sedang didiskon.

"Enak saja, aku sudah melihatnya lebih dulu kau yang mengambilnya dari tanganku," katanya balasnya berteriak tidak terima.

"Tidak bisa, aku duluan," teriak perempuan yang satu.

"Tidak bisa, enak saja aku yang duluan," balasnya yang membuat sekuriti malah menjadi pusing.

"Sudah mbak, sudah kalau kalian masih ribut seperti ini kalian akan saya usir dari tempat ini." Kata sekuriti galak itu kesal.

"Kamu tidak tahu siapa saya, saya adalah calon istri pemilik Mall ini Kries Axel, akan saya laporkan kamu pada dia, biar dipecat sekalian," kata perempuan yang di cat warna coklat terang rambutnya.

"Ngaku-ngaku, masa calon pemilik Mall rebutan barang obral," kata perempuan yang tadi berebut barang obralan dengan dirinya walaupun yang mereka rebutkan berasal dari merk ternama.

"Eh suka-suka saya, uang-uang saya," katanya berteriak. Teriakan langsung keluar dari pengunjung lain yang menyorakinya.

"Maaf pak ada apa?" Tanya Aisyah karena kasihan melihat sekuriti yang tampak kebingungan dan kesal.

"Ini mbak mereka berebut barang, tidak ada yang mau mengalah, saya jadi bingung," katanya sementara dua wanita yang berebut barang masih memegang tas yang mereka perebutkan dengan wajah terlihat saling menatap tajam.

"Bawa saja keruangan cctv Pak, kalau mereka tidak mau mengalah disana bisa dilihat siapa yang duluan memegang barang ini." Kata Aisyah memberikan solusi pada mereka.

"Benar juga ya. Sudah kalian ikut saya keruangan cctv kalau begitu , nanti salah satu pramuniaganya ikut saya," kata sekuriti tersebut menyetujui usulan dari Aisyah.

"Ngapain kesana? gak usah, nih buat kamu aja barang obralan ini," katanya lalu keluar dari counter barang branded tersebut dengan kesal dan menggerutu.

"Dasar nenek lampiran," kata perempuan itu kesal, karena sudah menghabiskan tenaga untuk berebut barang dengan perempuan yang akhirnya pergi meninggalkan konter. Sementara itu di ujung blok, seorang pria dengan mata elang menatap kearah keributan yang terjadi pada konter tas tersebut, kemudian pergi sambil menyunggingkan senyum ketika dilihatnya keributan sudah berakhir.