Chereads / With U / Chapter 1 - Pertemuan

With U

EleuaJacynd4
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pertemuan

Apakah kalian pernah bertemu dengan orang yang tak disangka?

Dan ternyata orang itu sampai sekarang terus menerus bersama dengan diri kita?

Padahal seluk-beluk orang tersebut pun tak tahu darimana.

Aku pun sekarang merasakannya. Seorang Jimin Altair, anak yang terlahir di kampung dan menuju kota agar mendapat pundi-pundi uang. Untuk membantu perekonomian keluarga. Tapi, di kota ini aku malah bertemu dengan seseorang yang sangat misterius. Orang itu sangat baik kepadaku. Bahkan, aku dipersilahkan untuk tinggal dirumahnya sampai uangku cukup memadai untuk pindah ke rumahku nanti.

Sejujurnya, aku agak takut dengan orang ini. Karena, awal pertemuanku dengannya sangatlah cukup menyeramkan.

Pada saat itu, aku melewati gang sempit. Dan sebenarnya dari jauh pun sudah tercium bau-bau minuman keras. Aku memberanikan diri dan terus berjalan ke dalam gang itu. Karena cuma ini satu-satunya jalan yang terdekat kearah gedung tempat pekerjaanku.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara  racauan orang yang sepertinya sedang mabuk.

Dan, benar saja dugaanku. Ada orang yang sangat banyak berkumpul disana dan tentunya banyak botol-botol minuman keras disana. Aku terus berjalan, dan berusaha tak menghiraukan keberadaan mereka. Walaupun ada saja yang mengganggu diriku.

Ketika aku hampir sampai di ujung gang tersebut. Tanganku ditarik.

Dan, aku pun tak tahu siapa yang menarik tanganku.

Aku berusaha berontak. Namun, kekuatannya lebih besar dariku. Ia mendorong tubuhku ke tembok. Lalu, meracau tidak jelas sambil berbicara.

"Mana uangku?."

"Kemarilah, manis."

Aku terus berontak.

Dan, akhirnya ada orang yang melintas disini.

Orang itu kulitnya sangat putih, dengan rambut yang agak acak-acakan. Ia berlari menuju kearahku.

Oh, Dewi Fortuna. Aku sangat berterima kasih kepadamu.

Orang itu terus meninju wajah orang yang jahat kepadaku. Dan, pada akhirnya orang yang jahat kepadaku itupun pingsan. Atau, bahkan mati?

Ku lihat pukulannya sangat keras sekali. Sampai lebam-lebam di wajah orang tersebut berwarna ungu ke biru-biruan.

"T-terimakasih, sudah menolongku."

"Ya, sama-sama."

"Lo tinggal disini?."

"Iya, aku tinggal disekitaran sini. Aku ngontrak di salah satu rumah disana." Aku menunjuk rumah yang bercat putih

"Mending Lo gak usah lewat sini lagi. Disini bahaya, banyak orang yang gak punya akal waras." Tegasnya sembari sedikit merapatkan kedua alisnya

"Ah, iya."

"Sekali lagi, makasih ya. Udah nolongin aku."

"Santai aja kali."

"Nama mu sopo?."

"Aduh, keceplosan terus. Aku lupa kalo udah di kota."

"Gue?."

"Kenalin, yoongi. Yoongi Mahesa." Ia menjulurkan tangannya

"Aku, Jimin Altair."

"Oke. Kalo kata gue mendingan Lo istirahat dulu. Lo itu shock berat."

"Tapi, aku ada jam ditempat kerjaku." Aku nunduk dan ngusap air mataku yang tadi sempat jatuh

"Hp Lo sini."

"Biar gue yang ngomong ke atasan Lo."

"Ini." Aku ngasih hp ku dengan agak sedikit gemetar

"Nama atasan Lo siapa?." Tanyanya kepadaku

"Hoseok. Namanya, Hoseok."

"Nih, udah tersambung. Gue ngomong ke dia dulu dah." Aku mengacungkan jempol kearahnya

"Halo."

jimin. Lo kemana aja? Gak biasanya Lo dateng telat. Anak-anak yang Lo ajarin pada nungguin nih

"Maaf, ini bukan Jimin. Tapi ini gue, Yoongi."

"Gue cuma pengen ngomong kalo Jimin lagi dalam keadaan gak baik-baik aja. Jadi, gue harap Lo ngijinin Jimin buat gak masuk hari ini."

Ah, begitu ya. Baiklah bilang ke dia, istirahat yang baik sampai pulih. Pokoknya, gue gak mau dia sampe sakit lagi deh. Jagain ya ponggi.

"Siapa, ponggi?."

"Nama gue, Yoongi. Bukan, ponggi."

Ya, terserah gue dong. Mau nyebutnya apa, huh. Yaudah deh, gue mau ngurusin anak dance dulu. Jagain Jimin, kalo sampe dia kenapa-napa gue bakal pukul Lo.

"Bahkan Lo gak kenal gue siapa."

"Ya, gue bakal jaga dia."

Ia memberikan handphone ku. Dan, ia langsung menarik tanganku. Aku diajak olehnya entah pergi kemana.

Dan, ternyata aku diajak ke sebuah kedai kopi.

Ia memesankan cappucino untukku.

2 buah. Sangat banyak, aku gak enak menolaknya. Jadi, aku ambil saja.

Ketika jalan pulang pun, ia terus-menerus menanyakan dimana rumahku.

Aku pun memutuskan untuk mengajaknya ke rumahku.

"Ini rumahku."

"Maaf ya kalau tempatnya kecil."

"Gak masalah. Perbulannya berapa?." Ia bertanya kepadaku sambil melihat sekeliling

"1 juta, kak."

"Mahal."

"Kalo semisal gue ajak Lo buat tinggal sama gue. Lo mau gak?." Tanyanya lagi

"Kenapa nyuruh aku tinggal di rumahmu?."

"Keluargamu gimana?." Aku agak kaget pas denger dia ngomong begitu

"Gue yatim. Dan, ibu gue pergi gitu aja. Gak tau kemana, gue juga gak bakal nyari."

"Maaf. Aku gak tau."

"Maaf, kak."

"Iya. Terus jawaban Lo, gimana?."

"Oke. Aku mau. Terus nanti aku bayar berapa, kak?."

"Lo daritadi manggil kak terus ke gue. Emang umur Lo berapa?."

"21." Singkatku

"Oh, tuaan gue. Kalo gue, 23. Tapi mendingan Lo gak perlu panggil gitu dah."

"Kalo panggil Gi, boleh gak?." Tanyaku

"Terserah. Panggil sesuka Lo aja."

"Oke, Gi." Aku tersenyum kearahnya

"Beresin barang-barang Lo, sore ini langsung pindah. Gue gak tega liat Lo tinggal di rumah sekecil ini dengan harga yang cukup mahal. Dan, Lo juga harus ngirim duit ke kampung kan." Jelasnya

"Iya, Gi." Aku langsung membereskan semua barang-barang ku dengan rapih

___

Oh, Tuhan. Terimakasih sudah mengirimkan orang baik kepadaku. Aku gak tau lagi kalau gak ada yang menolongku ketika berada di gang itu. Mungkin aku gak akan pulang ke rumah.