Ada beberapa patah kata yang selalu terngiang di telingaku, kalimat yang mungkin belum ku mengerti tapi aku berusaha untuk mengerti kalimat yang diucapkan seseorang dahulu adalah jangan terlalu besar untuk berharap karena harapan bisa saja menjadi mengecewakan dan jangan terlalu besar untuk merasa bersalah karena kesalahan bisa berubah jadi kebaikan •••
Angin malam menyapa dunia, memamerkan sejuk alam dengan suara sentuhan dedaunan, langit yang mendung dihias dengan posisi bintang yang abstrak untuk malam ini bulan tidak terlihat. senyum tipis Hondie mengembang saat menatap rumah kecil dipinggir kali, dia mengenakan jaket dan membawa selimut yang tidak terpakai untuk gadis kecil itu, karena Hondie tahu dibulan Desember ini hujan selalu turun jadi bisa dibayangkan kalau rasa dingin selalu menusuk tulang sumsum apalagi disaat subuh datang.
Hondie sudah menating rantang tingkat tiga yang sudah berisi makanan, dia melangkah pelan-pelan menuju rumah itu. Hondie mendekati rumah itu dan mengucapkan salam, rumah itu sepi tidak ada yang menjawab salamnya Hondie kembali mengucapkan salam tapi yang didapatnya hanya suara jangkrik, kemana sebenarnya gadis kecil itu? karena rumah itu hanya menggunakan pintu kain atau lebih tepatnya korden, Hondie memberanikan diri untuk menjenguk kan kepalanya ternyata didalam sana tidak ada gadis kecil itu hanya terdapat sang ibu yang tidur dengan selimut tipis.
Hondie mencari sosok gadis kecil dipinggir kali, siapa tahu dia ada disana tidak sampai 15 menit akhirnya Hondie menemukan gadis kecil itu dan yang benar saja gadis itu bersandar di batang pohon jambu biji memeluk lutut dengan arah pandangan matanya melihat aliran air kali yang jernih.
"Disini dingin, kenapa gak masuk kedalam rumah?" tanya Hondie secara tiba-tiba, gadis kecil itu sedikit kaget tapi pada akhirnya dia tersenyum saat melihat siapa yang datang.
"kak Hondie? kenapa datang malam-malam begini?" tanya gadis itu sambil bangun dari tempat duduknya, menepuk-nepuk celana belakangnya.
"Haha hanya melihat suasana malam, Oya siapa nama mu?" ucap Hondie berbohong, dia mendekati gadis kecil yang baru saja dikenalnya siang tadi, Hondie berdiri disebelah gadis kecil yang sedang jongkok melihat aliran air kali.
"Ah iya, aku lupa memperkenalkan diri. Aku Alena" ucap gadis kecil itu sambil tersenyum, Hondie mengangguk sambil tersenyum. Wajah Alena yang pucat terbenam gelap malam, Hondie juga melihat Alena melipat kedua tangannya kedinginan. Alena mengajak Hondie kerumahnya karena selain rasa dingin yang semakin membungkus nyamuk juga ikut menggigit kulit.
Hondie tidak masuk kedalam rumah Alena, karena rumah itu hanya cukup untuk dua orang tapi kalau diperhitungkan sebenarnya rumah ini muat tiga orang kalau saja sang ibu bangun dari rebahannya tapi tidak mungkin, karena ibu Alena sakit. Hondie menating rantang itu dia baru teringat tentang rantang itu setelah melihat-lihat keadaan rumah Alena.
"kamu pasti belum makan malam kan? Kaka bawain kamu sama ibu kamu makan malam nih" ucap Hondie sambil menarik kedua sudut bibirnya, Alena langsung menerima uluran tangan Hondie yang memegang rantang berwarna merah muda itu. Alena membangunkan ibunya setelah sang ibu bangun dan menatap Hondie sedikit lama, sejujurnya Hondie merasa tidak nyaman dengan itu tapi pikirannya tetap positif. Ibu Alena melihat kearah Alena seakan bertanya siapa orang yang berada di hadapannya.
"Dia teman ku, yang Alena ceritakan tadi sore Bu" jelas Alena sambil mengambil sendok makan dan bersedia menyuapi ibunya, Alena menyadarkan ibunya yang terlihat kesakitan dan lemah.
"Nama mu siapa nak?" tanya ibu Alena dengan suara yang pelan setelah satu suapan nasi sudah ditelannya, Hondie tidak langsung menjawab tapi melainkan menelan air liur beberapa kali mencoba memahami apa yang diucapkan ibunya Alena bukannya Hondie tidak paham bahasa Indonesia tapi suara yang pelan dan gemuruh air kali membuat suara ibunya Alena nyaris tidak terdengar. Tapi Hondie berusaha keras untuk mendapatkan apa yang ditanya kan ibunya Alena.
"Nama kamu siapa nak?" tanya ibu Alena untuk kedua kalinya nah, baru yang ini Hondie mendengar jelas karena suara Ibu Alena sudah sedikit nyaring, Hondie tidak banyak drama dia langsung menjawab pertanyaan itu.
"Namaku Hondie Bu" ucap Hondie tanpa gugup,. ibunya Alena tidak langsung mengajukan pertanyaan tapi menelan suapan dari Alena setelah itu barulah ibunya Alena mengajukan pertanyaan nya.
"Bagaimana kamu bisa kenal dan berteman dengan Alena?" tanya ibu Alena dengan suara yang pelan, Hondie berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan itu, apalagi perkenalan mereka siang tadi tidak seperti perkenalan pada umumnya, Hondie tidak mungkin menceritakan pertemuan itu karena kesalahannya menabrak Alena dan Hondie juga takut kalau sang ibu marah terhadapnya.
"ceritanya panjang Bu dan pastinya menyenangkan" ucap Alena sambil tersenyum, Alena berbohong pikir Hondie. setelah sang ibu selesai makan malam barulah Alena makan sisa dari ibunya lalu Hondie membatin dalam hati "Lain kali aku membawa makan malam berlebih" setelah Alena selesai makan malam dia mencuci rantang itu dan memberikannya kepada Hondie.
🎐🎐🎐
Mereka berdua duduk di bawah pohon jambu biji membiarkan angin malam menyapa keduanya, sementara sang ibu sudah tidur pulas di dalam rumah. Hondie juga memberikan selimutnya, Alena sesekali melihat ke atas langit melihat bintang-bintang.
"sekarang sudah jam sembilan, kamu jangan jangan diluar nanti masuk angin, Kaka pulang dulu ya"ucap Hondie sambil berdiri dari duduknya menepuk celananya lalu merapatkan jaketnya.
"Makasih makan malamnya ka, hati-hati di jalan ya kak" ucap Alena perhatian, Hondie hanya tersenyum sambil mengangguk. Hondie melangkah menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari rumah kecil Alena, Hondie menghentikan langkahnya saat teringat sesuatu dia langsung berbalik melihat kearah Alena yang masih berdiri menatapnya di dekat rumah.
"Alena! kamu tahu SMA 1 Binuang kan? Tunggu aku di depan gerbang sekitar jam dua siang nanti!" teriak pelan Hondie memberitahu Alena dan Alena sendiri langsung mengangguk lalu dengan senyum lebar Hondie pergi dari tempat itu kembali ke rumahnya.[]
🎐🎐🎐
Kring...kring... kring...suara jam weker berdering, tangan Hondie dengan sembarangan mematikannya dia membuka matanya melihat kearah jam yang ada ditangannya. Dia mengambil napasnya dalam-dalam lalu membuka korden jendela kamar melihat cuaca hari ini yang cerah, Hinode juga datang dengan membawa sinar harapan, karena kehadiran matahari adalah harapan semua makhluk dimuka bumi ini. Hondie bergegas pergi ke kamar mandi membersihkan dirinya, karena 20 menit lagi sarapan akan dimula.
Tidak berlangsung lama acara mandi pagi Hondie sekarang pun sudah menggunakan seragam sekolahnya dia menyisir rambutnya dengan sangat rapi setelah selesai dia langsung mengambil tasnya yang sudah lengkap dengan daftar pelajaran hari ini, meja makan sudah lengkap dengan penghuni rumah. Hondie mengambil roti selai kacang lalu meminum susunya beberapa tegukan dan tanpa mengucapkan satu kata patah pun dia meninggal kan ruang dapur, Hondie bergegas berjalan kearah mobil dia masuk, menyalakan mesin dan berlalu tanpa mengatakan "Aku berangkat"
🎐🎐🎐
suasana jalan raya belum terlalu ramai hanya ada beberapa pengendara dan pengguna trotoar jalan, Hondie menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sedang dia juga melihat-lihat sisi jalanan siapa tahu disana ada Alena. Hondie menjalankan mobilnya sedikit cepat menuju perbelokan setelah itu lurus menuju sekolah, niatnya batal mencari Alena karena dia sendiri saja belum tahu Alena kerja apa dan dimana tempatnya. Dia memelankan mobilnya saat berada diparkiran setelah itu dia mengenakan tasnya dan pergi ke kelas.
Baru saja pukul 07:12 tapi suasana sekolah sudah ramai, Hondie melangkah santai di koridor Hondie terkenal dengan sebutan cowok sombong tapi ganteng karena sikap nya yang sedikit tidak peduli dan jarang menyapa orang-orang yang dikenal nya, jadi sangat jarang kalau dia bercanda dengan temannya ya keseharian Hondie hanya sendiri, mendengarkan musik dan duduk tenang didalam kelas. Bukannya Hondie tidak punya teman tapi dia lebih betah didalam kelas. menyendiri.
"Hondie tunggu!" suara seseorang dari belakang, Hondie tidak menoleh apalagi berhenti untuk menunggu orang yang memanggilnya, karena Hondie sangat kenal dengan suara itu, suara teman dekatnya yang di anggurin Hondie. Tapi walaupun Hondie seperti itu tapi anak yang memanggilnya ini tetap setia berteman dengan dirinya. ya teman jarang komunikasi bagi orang yang memanggil Hondie.
"Hondie, kamu udah kerjain tugas Bahasa Inggris?" tanya anak ini sambil melangkah besar-besar di samping Hondie, Hondie berhenti melangkah melototi anak yang berada di sampingnya.
"Serius ada tugas? kok kamu gak kasih tahu?" tanya beruntun Hondie sambil melepaskan tangannya di bahu kiri anak ini.
"Kamu aja gak baca chat ku, gimana mau tahu" ucap anak ini sambil mempercepat langkahnya meninggalkan Hondie sendiri di belakang.
"Syahdu tunggu! kasih aku contekan sini!" teriak Hondie sambil berlari mendekati Syahdu dan yang dikejar malah berlari tertawa-tawa senang menuju kelas.
Benar, teman dari SMP itu namanya Syahdu, syahdu mempunyai perawakan tubuh yang sedang dengan wajah cantik di polesi bedak tipis, ditambah dengan bibir merah muda yang alami, rambutnya yang hitam panjang terurai indah bergelombang mengikuti tubuh Syahdu yang berlari. Syahdu juga sering berkunjung ke rumah Hondie, sekedar belajar bersama. mereka seperti sepasang kekasih tapi sebenarnya tidak, ya Hondie juga meanggap Syahdu hanya teman jadi tidak lebih. Syahdu sangat berbeda dengan Hondie, jelas berbeda kalau Syahdu sedikit mengeganak dan suka mengganggu orang sedangkan Hondie lebih dewasa dan sedikit pendiam.