"Baiklah, nanti kalau aku sudah sembuh, aku akan melatihmu ...!" seru Mafu dengan kesiapannya, dia juga tidak ingin merepotkan Anko lebih lama, dan dia anggap sikap bersedianya untuk melatihnya itu sebagai balas budi karena Anko telah merawatnya.
Bagi Mafu sendiri apabila dia sudah bilang siap atau bersedia, itu semacam janji dan harus ditepati.
Anko pun senang saat mendengarnya, dan dia lebih bisa dianggap bersyukur bertemu orang ini, selain kuat, penolong, dia baik hati.
Usai menyuapinya, Anko meminta Mafu untuk tidur terlebih dahulu, dia juga menggeret lemari kecil yang di atasnya ada obat dan segelas air agar lebih dekat ke tempat tidurnya.
Anko segera meninggalkan ruangan dan menutupnya dengan hati-hati.
Namun ...
Di sisi lain, saat Anko makan sendirian ... dia masih bertanya-tanya dalam hatinya dengan rasa penasarannya, 'Kira-kira apa yang akan dikatakan Mafu? Dan bagaimana dia datang ke dunia ini? Apakah dia sama sepertiku?'
