Setelah selesai dari sarapan bubur ayam, Evelyn serta Davit kembali berjalan kaki. Mereka menikmati dinginnya Kota Kembang dengan sangat santai, sesekali bercanda sebagai bahan kebersamaan mereka berdua. Tak ada lagi pertengkaran yang mereka lakukan, mereka malah saling adu gombal satu sama lain, entah setannya dimulai dari siapa, mereka menikmati gombalan satu sama lain begitu saja.
Tangan Davit terus melingkar di pinggang Evelyn yang ramping, mereka terasa sangat serasi bahkan banyak orang-orang yang bolak-balik mendecak iri kepada mereka. Maklum saja, masih pernikahan muda yang belum bisa dikatakan sudah cukup mengerti apa kata pernikahan. Meskipun usia pernikahan mereka cukup muda, mereka sudah mengerti bagaimana sulitnya mencari kebahagiaan. Mereka mengerti bagaimana sulitnya menetralkan pikiran supaya terasa jauh lebih baik-baik saja saat sedang tertimpa masalah.