Gracia merasa sangat terpukul saat mendengarkan kabar putrinya yang dikabarkan oleh Davit. Hatinya seperti tergores ribuan belati. Tersayat-sayat sampai tak bisa lagi diperbaiki. Lukanya mungkin tidak bisa mengering. Mulutnya meraung, menangis tiada henti. Sakit, sangat sakit sekali. Mungkin saat ditumpahkan kepada siapapun, semua orang akan merasakan hal yang sama seperti apa yang Gracia rasakan.
Putri yang sejak dulu ia kandung, lahirkan, bahkan ia rawat sampai dua puluh empat tahun lamanya, kini malah menderita tanpa henti. Rasanya baru kemarin Gracia memberikan nama yang baik untuk Evelyn dan berharap jika nama tersebut bisa menjadi feedback baik pula untuk kehidupan Evelyn. Namun ia salah, saat ini malah putri tunggalnya sedang diguncang masalah yang hebat. Saat ini putrinya yang selalu ceria malah menderita tanpa seulas senyuman yang menggoda.