Peralatan rumah sakit sudah tertancap, jarum infus sudah tertusuk di punggung tangan, obat pun mulai masuk menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Suhu tubuhnya sangat panas dan karena bajunya basah, harap diganti bajunya," titah dokter kepada suster.
*****
Setelah beberapa saat Dokter keluar dari ruangan Adiba.
"Saya keluarganya dokter, sebenarnya apa yang terjadi sampai dia bisa seperti ini?" tanya kakak ipar Adiba.
"Kemungkinan besar. Pikirannya terganggu dan stres, tadi kan istri Anda mengatakan bahwa calon suaminya meninggal. Sehingga mungkin dia tenggelam ke bawah alam sadar. Jiwanya sendiri yang membuat dia seperti itu. Dia sendiri yang membuat dia dalam bahaya. Kegelisahannya tidak dapat dipecahkan hingga dia tanpa sadar banyak pikiran tapi Insyaallah dengan infus bisa membantu. Dia sendiri, seperti tidak ada rasa semangat untuk hidup."
"Berarti ini masalah mentalnya dok?" tanya wanita beranak satu itu.
"Ketika kesadaran seseorang mengalami penurunan, kemampuannya untuk merespons akan berkurang, sehingga ia akan sulit mengenali dirinya sendiri, orang lain, tempat, dan waktu.
Penurunan kesadaran berbeda dengan pingsan. Pingsan hanya berlangsung sementara dan orang yang mengalaminya akan sadar penuh setelahnya, sedangkan penurunan kesadaran dapat terjadi dalam waktu lebih lama, bahkan bisa sampai bertahun-tahun bisa juga. Delirium adalah penurunan kesadaran yang disebabkan oleh gangguan fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba. Penderita delirium dapat mengalami gangguan dalam berpikir, berperilaku, dan memperhatikan kondisi di sekitarnya. Delirium juga dapat menyebabkan gangguan emosi, seperti cemas, depresi, dan paranoid. Jika dirasakan semakin parah dan sulit diatasi, tekanan batin perlu ditangani dengan konseling dan psikoterapi. Jenis psikoterapi yang bisa dilakukan oleh psikiater atau psikolog untuk menangani tekanan batin meliputi cognitive behavior therapy (CBT), problem-solving therapy (PST), dan interpersonal therapy (IPT).
Tekanan batin juga sebaiknya segera diperiksakan ke psikiater atau psikolog apabila disertai ide atau percobaan bunuh diri, halusinasi, serta gangguan cemas atau panik yang sulit diatasi."
Mendapat informasi dari dokter wanita itu Fahim segera menelepon seseorang.
Dengan perasaan yang sangat cemas laki-laki itu mondar-mandir Sambil mencoba menelpon seseorang.
Tuttt.
"Halo. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam aku perlu bicara."
"Oh, bukannya sibuk dengan resepsi pernikahan Adiba, Mas?" tanya laki-laki dari dalam telepon.
"Aku mau konsultasi masalah mental. Ridwan kecelakaan dan meninggal dunia sebelum hari pernikahan. Jadi sekarang ini keadaan Adiba seperti Qais Almajnun. Dia benar-benar tidak sadar bagaikan orang hidup tanpa nyawa. Sedangkan kami sebentar lagi akan pergi haji. Apa aku bisa minta tolong kepadamu, Akmal." Permintaan Fahim begitu mengejutkan bagi Akmal.
'Aku bisa sukses seperti ini, bisa menjadi dokter, karena pelantara dari Mas Fahim. Tidak mungkin aku menolak. Bagaimana pun keluarga Adiba sudah membantuku selama ini. Abahnya kakaknya. Tapi kan, sebentar lagi aku juga akan menikah. Sedang Adiba bukan muhrim ku sama sekali, lalu ... bagaimana cara merawatnya dan menjaganya.'
"Aku akan melihat keadaan Adiba terlebih dahulu Mas. Semoga khusnul khotimah, ya Allah ... tidak ada yang menduga sama sekali jika akan terjadi hal seperti ini. Semoga para keluarga diberi ketabahan. Terlebih Umi dan Abi," ujar Akmal yang menganggap kedua orang tua Adiba kedua orang tuanya juga.
"Terima kasih ya Ak, aku tunggu."
"IngsyaAllah besok aku sudah di Jakarta Mas," ujar Akmal.
"Alhamdulillah, ya sudah. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumasalam," ujar Akmal lalu menutup telepon.
*****
Wanita paruh baya mendekat ke tubuh putrinya yang berbaring, terbujur lemah. Ayat-ayat Alquran selalu dibisikan walaupun membaca dengan penuh tangisan. Umi tidak henti-hentinya mendampingi sang putri yang sedang tersesatan jiwanya.
*****
Belum ada kabar membaik sama sekali. Wanita paruh baya itu tetap berada di samping putrinya dan menggenggam erat tangannya. Malam yang seharusnya menjadi malam pengantin, kini menjadi malam kesedihan.
Berusaha tegar dengan apa yang terjadi sambil terus memutar tasbih.
"Astaghfirullahala'dzim ... Adiba Azzahra. Umi melahirkanmu dengan penuh cinta. Umi mencintaimu, selalu menyayangimu dalam setiap hembusan napas Umi. Kamu adalah belahan jiwa Umi. Kamu adalah tumpah darah Umi. Jangan menyiksa diri seperti ini. Heh ... Allah ... Jangan membuat Allah marah karena keputusasaan mu. Janji janji Allah itu pasti. Kebahagiaan pasti akan datang menjemputmu. Umi sebentar lagi akan pergi haji dengan Abi dan keluarga besar. Allah itu Maha Mengetahui apa yang nantinya terbaik untukmu. Ridwan milik Allah. Kita semua milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Sayang ... putri Umi yang sholehah ...."
Wanita paruh baya itu, tidak kuasa lagi menahan air matanya. Kemudian beliau memutuskan untuk membaca Alquran di samping putrinya. Sang suami datang dan ikut mengaji di samping putrinya.
"Bagaimana pun keadaan Putri kita, kita harus menunaikan ibadah di Mekah Al Mukaromah. Kita tidak tahu pelantara bagaimana yang nantinya akan Allah datangkan agar hati putri kita kembali. Agar kehidupannya kembali bercahaya dengan iman yang sangat kuat. Ini tadi Fahim sudah menghubungi Akmal. Semoga Akmal bisa menjaganya. Akmal adalah pemuda yang tidak menerima pasien wanita. Karena Fahim membujuk akhirnya dia bersedia memeriksa keadaan Adiba besok."
"Bagaimana kalau Adiba tidak sembuh dalam waktu 3 hari. Apa kita bisa mempercayakan kepada Akmal? Walaupun kita sudah menganggap Akmal anak kita sendiri, tetapi ... dia memiliki calon istri. Bahkan, kita sendiri yang melamarkan gadis itu untuk Akmal. Umi merasa tidak enak dengan keluarga gadis itu Abi ... Ya Allah. Semoga tidak ada kesalahpahaman ya Allah ...." ujar istrinya sambil mendekap mushaf.
"Apa Umi setuju jika keduanya dinikahkan secara siri?" Pertanyaan dari sang suami membuat wanita itu terkejut.
"Abi ...."
"Niatnya menjaga dalam bersentuhan kulit. Abi sendiri belum tahu rencana Allah nantinya bagaimana, Umi ... Seumpama Akmal harus dan terpaksa menikahi Adiba secara siri, untuk menjauhkan segala fitnah, untuk bisa merawatnya, maka Abi akan merestuinya. Pernikahan siri ... ya memang harus rahasia. Adiba nanti akan menjadi pasiennya. Sedangkan pernikahan Akmal dengan gadis itu, masih kurang lima bulan lagi. Sedang kita sudah pulang dari haji, walaupun nanti keadaan Adiba masih sama kita kan sudah bisa merawatnya dan Akmal bisa menikahi calon istrinya. Akmal juga bisa menceraikan Adiba. Aku sangat yakin, Akmal tidak akan macam-macam. Dia pemuda yang teguh akan pendiriannya. Jadi ... Abi harap Umi akan menerima pernikahan siri antara keduanya. Saat ini siapa yang bisa kita percaya. Selain Akmal, yang sudah seperti anak kita sendiri."
Mendengar penuturan dari sang suami, wanita itu terlihat ragu.
"Umi tahu sendiri Akmal adalah pria yang sholeh. Bagaimana kalau Adiba tahu tentang pernikahan siri, nantinya. Atau misal dia bangun ketika kita belum pulang. Bagaimana kalau dia marah ketika dia tahu dia sudah dinikahkan dengan laki-laki yang tidak dicintainya?"
"Kita pasrahkan saja semua kepada Allah. Yang penting ikhtiar kita adalah menjaga putri kita."
"Umi setuju, harapan Umi malah ... Akmal akan menjadi jodoh pengganti dari Allah untuk Adiba. Aamiin."
"Aamiin Ya Allah ...." Abi menggenggam tangan Adiba. 'Ridwan datang juga dalam dunia Adiba, hibur dia dalam keadaannya yang tidak sadar.'
Bersambung.