Sekian lama menunggu Aida namun Ibunya mertuanya tidak bisa lebih lama lagi. Beliau pulang. Rahmat masuk mengecup kening Aida lalu berbaring di sofa.
Dan di malam yang dingin saat menggigil menyerang tubuh, membekukan badan menyerikan tulang-tulang. Malam ini sangat sahdu, rasa dingin membuat dua insan ini tak bisa tidur.
Rahmat dan Attar dengan suara berisiknya keduanya mengigil.
"He .., he ..., Ini sangat dingin ..." Keluh Rahmat menggeget gigi, walau sudah memakai selimut tebal ia masih merasa dingin ya mungkin karna hati yang merana.
"Katanya akan turun hujan angin Mas." ujar Attar, tetap santai. Attar duduk melihat kaki Rahmat yang memerah seperti merah jambu.
"A ..." tahan Rahmat.
Attar menarik kaki Rahmat dengan pelan, menumpangkan di pahanya, Rahmat melihat Attar, ia memijat kaki Rahmat, jari-jarinya sangat lihai dengan pelan Attar memijit kaki Rahmat.
"Sudah dik, kamu membuatku canggung." tolak Rahmat, Rahmat berdiri dan membenarkan selimut Aida.