Rahmat mondar-mandir kesana-kemari, wajahnya cemas, Mahfudz mengajaknya duduk Rahmat akhirnya duduk walau pandangannya keruang oprasi. Reza keluar dari ruangan pasien, Mahfudz memanggilnya.
"Dokter Reza." Pak Mahfudz sangat menghormati kedua menantunya.
Mereka duduk mengampit Pak Mahfud. Entah apa tujuan pria beruban itu.
Apakah akan di sidang kedua menantunya? Ternyata mereka hanya saling berbicara.
"Mas Rahmat kamu yang lebih dulu mengenalku, terima kasih sudah mau mencintai keponakan saya. Dan Dokter terima kasih juga kamu mau menggantikan posisi Fadil. Kedua putriku ini adalah teman sedarah beda karakter, Aida gadis yang pendiam di acuhkan seperti apa dia tegar dan Riana dia sangat tegas, dia berani berbicara dan menegur maafkan ya Dokter dan dia sering bersikap nyeleneh. Keadaan begini membuat saya cemas, apa aku boleh meminta sesuatu kepada kalian?"
"Apa Pak?" tanya keduanya kompak.