Ponsel Azka berdering, telepon dari Adiba.
"Mbak sudah ada di Korea. Tapi ... Azka! Apa kamu juga yang mengirim mas Akmal ke sini?" tanya Adiba, dengan sedikit kesal.
"Yang mengirim Allah, berarti Mbak berjodoh, jika itu kebahagiaan mbak, Gooo," jawab Azka senang dan santai.
"Katanya Mbak ingin jalan-jalan, di jalan cinta, di bawah bergugurannya bunga sakura. Lagiankan tidak pernah ada perceraian, duh ... so swet banget tuh ..." Azka meledek Adiba.
"Aku melihat dan segera kabur, aku yakin salah lihat."
"Parasaan Mbak level berapa? Bingung berapa? Bahagia berapa?" balik tanya Azka.
"Entahlah, aku masih berfikir. Lagian mungkin aku salah lihat," jawab Adiba.
"Iya ini keputusan yang sangat zoom, jadi mbak harus rilex mbak ku ..." jelas Azka.
Telpon terputus. Azka melamun dan memandang langit cerah.
"Aku mencintai malam di mana terlihat terang bulan purnama, ya Allah ini
benar-benar magic," kata Azka menatap langit luas, ponsel Azka berdering.