"Bagaimana kisah hingga menjadi lima waktu?" tanya Adiba.
"Aku baca dulu ya Mbak. Syekh Sulaiman Al-Bujairimi menyebutkan hikmah di balik keringanan dan pengurangan waktu shalat dari 50 ke lima waktu shalat dalam sehari semalam pada malam Isra' dan Miraj. Al-Bujairimi mencoba memancing dengan pertanyaan, "Bukankah Allah sudah tahu bahwa kewajiban shalat pada akhirnya berjumlah lima waktu. Lalu untuk apa awalnya diwajibkan 50 kali?"
Artinya, "Jika ada pertanyaan, 'Dalam ilmu Allah yang azali, shalat hanya lima waktu. Lalu apa hikmah membuat waktu shalat pada malam Isra' dan Mi'raj menjadi 50 waktu?" jawabnya, Allah tetap mewajibkannya 50 waktu yang dalam ilmu-Nya azali shalat tetap lima waktu untuk menyatakan kemuliaan Nabi Muhammad SAW melalui penerimaan syafaatnya dalam hal keringanan jumlah shalat dalam sehari semalam." (Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2007 M/1427-1428 H], halaman 381)