Chereads / CINTA ITU GILA / Chapter 31 - PERINTAH CEO

Chapter 31 - PERINTAH CEO

"Oh, jadi begitu. Maaf kalau aku kurang sopan, karena aku kira jika Tuan Nathael mengenal Mayang, maka Tuan tahu kalau dia adalah saudaraku," ucap Dewina tanpa malu kalah.

"Oh, jadi kau saudara angkat Mayang yang lebih disayang orang tuanya itu. Okey, aku mengerti," jawab Nael cuek dan tidak menghiraukan Dewina dengan serius.

Tentu saja diperlakukan seperti itu membuatnya merasa dipermalukan. Namun yang lebih ia tidak mengerti, sedekat apa Mayang dengan artis laki-laki terkenal ini di sana? Bukankah masalah keluarga adalah masalah sensitive yang tidak bisa diceritakan dengan orang yang tidak begitu dekat?

"Maaf, apa aku boleh tahu hubungan kalian sedekat apa hingga anda tahu urusan keluarga kami?" tanya Dewina dengan nada tidak suka.

"Maaf juga, aku tidak tertarik menceritakan hubungan kami seperti apa dengan orang asing. Sampai ketemu di syuting nanti, aku mau keluar!" jawab Nael santai dan meninggalkan Dewina tanpa rasa bersalah.

Kalau wajahnya tidak dirias dengan tebal, maka kalian bisa lihat raut Dewina yang sudah merah karena marah. Sementara Mayang terus saja tersenyum geli hingga membuat penata riasnya juga ikut tersenyum.

Baru saja Mayang selesai dirias, seorang kru datang memberitahukan mereka untuk segera keluar ke lokasi karena ceo besar sudah ada di sana.

Dua bersaudara berbeda darah tersebut berjalan bersebelahan, Dewina tidak bisa menunggu untuk bertanya pada Mayang tentang hal yang membuatnya jengkel tadi.

"Aku tahu, kenapa kamu bisa terpilih dan memainkan iklan ini. Karena permintaan Nathael, bukan? Sedekat apa hubungan kalian sampai Nathael bisa menghinaku seperti tadi, dan aku yakin kamu juga bisa mendengarnya tadi," ucap Dewina dengan nada meremehkan.

Bukan Dewina namanya jika berbicara dengan Mayang tidak menggunakan nada meremehkan dan menyakitkan. Tapi tidak masalah, telinga Mayang sudah deprogram untuk tahan mendengar cibiran Dewina.

"Kalau kamu merasa yang kamu dengar itu benar dan itu membuatmu senang, ya sudah percaya saja! Lagipula siapa kamu yang berhak ikut campur urusan pribadiku, heh!" Mayang menjawab tak kalah mengejek.

Membuat Dewina semakin marah, namun tetap saja kemarahannya tidak bisa ia lampiaskan kali ini. Ia merasa Mayang bukanlah gadis lugu dan bodoh seperti dulu. Jadi, ia rasa hanya dengan kata-kata dan tak-tik licik, Mayang akan kalah olehnya.

"Tentu saja, aku tidak perlu tahu sejauh apa hubunganmu dengan artis itu. Lagipula bukan hal baru kalau kamu memakai tubuhmu untuk merayunya, karena itu memang keahlianmu," cibiran Dewina kali ini menusuk tepat di telinga dan hati Mayang.

Ingin rasanya menampar wajah wanita murahan di depannya itu. Tapi, tidak mungkin di saat seperti ini, banyak orang dan pada akhirnya dia yang tetap kalah karena Dewina memanfaatkan keadaan dengan pamornya di Wing yang begitu besar.

"Okey, kita bermain santai!" ucap Mayang dalam hati sambil tersenyum licik, "Ya, kamu benar kalau berpikiran seperti itu, karena di otakmu hanya pikiran kotor yang bersarang. Kamu tidak akan bisa melihatku senang barang sekecil apapun dan aku tidak punya daya mengubah pemikiranmu. Jadi, anggap saja aku menjual diri pada Nael untuk mendapatkan peran ini. Apa kamu puas?" ucapnya pada Dewina yang terperangah mendengarkan kalimat-kalimat tanpa dosa darinya.

Hingga ia tertinggal oleh langkah Mayang yang telah lebih dulu di area syuting dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah Nathael.

***

Mata Bian menyorot seorang wanita cantik dan manis yang baru saja tiba di area syuting. Gaun yang ia kenakan sangat cocok di tubuh rampingnya, dengan riasan wajah natural yang semakin memperindah penampilannya. Jadi apa yang salah?

Tidak ada yang salah kecuali pikiran Bian yang sudah berlari entah kemana-mana. Darahnya semakin berdesir saat dari kejauhan Mayang tersenyum sambil menundukkan sedikit kepalanya untuk ungkapan terima kasih. Dan tak lupa dengan bonus kecilnya.

Mayang mengerlingkan sebelah matanya dengan senyuman genit pada Bian. Yang tentu saja membuat Bian bahagia bukan kepalang. Senang? Bahagia? Sudah pasti. Bahkan tanpa diperintah, lovebird miliknya bangun dari tidurnya setelah susah payah ia tidurkan karena terus berada di dekat Mayang.

Namun, itu tidak berselang lama. Saat Mayang mengambil tempat duduk bersebelahan dengan Nathael, yang Bian tahu adalah mantan kekasih Mayang. disusul dengan Dewina yang juga mengambil posisi di samping Nael hingga Nathael berada di tengah dua wanita tersebut.

Bian yang sudah tidak bisa berkonsentrasi dengan data yang ada di tangannya, karena memperhatikan Mayang yang terlihat mengobrol akrab dengan Nathael di sebelahnya, dan itu terlihat jelas di depannya.

Setelah ia mempelajari data dan kelayakan iklan tersebut, serta pemain yang akan memainkannya memang sudah pantas, Bian sadar kalau dirinya tidak bisa berbuat banyak. Tapi mungkin ia dapat melakukan satu tindakan.

"Sutradara! Bisakah syuting iklan ini diselesaikan dalam satu hari ini?" Pertanyaan Bian yang ia lemparkan pada sutradara Toni tidak hanya membuat sutradara itu sendiri tercengang, bahkan perhatian semua orang kini tertuju padanya.

"Bb-bagaimana kita bisa melakukannya, Pak Ceo? Perhitungan syuting selama tiga hari saja sudah sangat kritis untuk diterima. Bagaimana kami bisa melakukannya dalam satu hari? Belum lagi artis kita akan kelelahan," jawab sutradara padanya.

"Bukankah para pemainnya sudah punya jam terbang yang tinggi? Seharusnya tidak masalah kalau memerankan adegan iklan berdurasi tiga menit saja dalam waktu sehari. Bukan begitu Tuan Nathael Verlon?" sangkal Bian pada sutradara dan mengalihkan pertanyaan pada Nael.

Aura persaingan jelas terlihat oleh Mayang. Nathael yang tidak mengetahui kalau Bian menaruh hati pada Mayang, juga merasakan aura mematikan yang kental dari ceo muda tersebut. Tapi kerena apa? Entahlah. Nael malas memikirkannya.

"Aku bisa asal bayarannya setimpal dengan kerja kerasku. Tapi aku minta jangan terlalu memporsir artis wanitanya, kalau mereka tidak sanggup atau kelelahan, biarlah kita lanjutkan besok. Setidaknya dua hari sudah terlalu singkat untuk iklan besar seperti ini," jawab Nathael dengan tenang setelah berpikiran matang.

"Aku setuju!" ucap Bian singkat. Namun, sutradara telihat belum tenang. Jadi Bian kembali bertanya, "Apa lagi yang kamu pikirkan? Segera mulai syutingnya. Aku akan pergi dari sini agar kalian tidak canggung." tanya Bian sekalian berucap hendak pergi.

"Sebenarnya tidak masalah Tuan Ceo, kalau Nathael dan Dewina memang sudah tidak perlu diragukan jam terbang mereka. Tapi, Mayang. Mayang adalah artis baru yang belum pernah berakting sekalipun. Kami takut tidak bisa memenuhi permintaan Ceo kali ini," jawab Sutradara Toni sedikit takut.

Hal wajar bila mereka ragu untuk mengiyakan permintaan Bian. Karena ia belum sama sekali melihat Mayang berakting. Namun, ia yakin Mayang mampu berakting dengan baik setelah mengujinya di audisi kemarin. Dan sekarang masalahnya adalah jam terbang Mayang yang ditakutkan tidak bisa mengimbangi profesionalitas Nathael dan Dewina.

"Tuan Sutradara terlalu menyepelekan Mayang. Di universitas tempat kami kuliah, setiap peran utama harus diperankan oleh Mayang. Karena tidak ada yang cocok dan setotalitas Mayang dalam berakting. Aku percaya kalau Mayang tidak akan kelelahan ataupun kebingungan mengimbangi kami nanti," Nathael berpendapat dan membela Mayang.

"Jadi, kenapa kita tidak lihat saja kemampuan Nona Mayang?" langsung Bian memotong, "Karena Tuan Nathael sendiri sudah menjelaskan dan setuju. Dan aku rasa Nona Dewina yang seorang Brand Ambassador Wing yang tidak perlu lagi diragukan profesionalitasnya. Jadi semua telah setuju dan syuting ini harus selesai hari ini juga. Dan berikan bayaran double untuk semua kru yang terlibat. Aku selesai!" ucap Bian terakhir kalinya sebelum pergi meninggalkan pertemuan tersebut.