Author note:
Haloo kembali dengan Chapter terbaru dari cerita ini
Selanjutnya saya akan sering mengupload cerita ini, jadi stay tune yaa
😘(●'◡'●)(❁'◡'❁)
***
"Ris, ikut ngumpul ga lo nanti habis maghrib," menyenggol pelan sohibnya, tapi justru yang bersangkutan sedang sibuk menembak layar TV dengan PSVR Aim Controller terbarunya.
DOR DOR
"You Lose"
"Hahhh?! Ganggu aja lo! Kalah kan gua!" Melempar controller serupa pistol ke meja, Haris akhirnya merebahkan dirinya di kasur.
"Ikut kagak lu?" Haris kembali melirik Dika, sekarang ia mulai mengumpat karena sohib dari SMA nya itu mulai menendang kakinya. Keras.
"Hoi! Sakit bangsat!" Kalau saja Haris tidak sedang ada di kasur, sudah ia jotos temannya ini. Bukan hal aneh jika mereka biasa saling mengumpat atau adu pukul. Mereka sudah lama bersahabat, Dika adalah salah satu sahabat Haris yang sama-sama kuliah di Jogja. Sedangkan beberapa sohib Haris yang lain, memutuskan untuk kuliah di Jakarta.
"Jawab, su!"
"Engga, gua ga ikut!" Haris bangun dari posisi rebahannya, dan mengambil HPnya, dan terlihat mengetikkan beberapa pesan. Memperhatikan temannya yang sibuk dengan HP nya, Dika akhirnya bertanya.
"Mau jalan lu , sama Mia?" Dika mulai tersenyum menggoda. Dan melancarkan aksinya untuk menggoda temannya.
"Cieilah, awet ya kalian. Nikahin lah, sebelum direbut orang." Sedikit mengintip layar HP Haris terlihat foto profil seorang wanita tersenyum lebar, dan dengan cepat pula Dika mendapatkan tatapan tajam.
Dika mengenal Mia, tentu saja, mereka satu SMA. Walaupun tidak terlalu dekat, tapi Dika cukup paham cerita cinta mereka. Yahh saksi hidup.
"Ya, gitu lah Dik. Jauh-jauh Mia nyamperin gua dari Jakarta, bolos katanya dia."
"Gila ya, muka ganteng kayak elu, sampe cewek rela sampe bolos kuliah nyamperin." Haris akhirnya menoleh pada Dika, mengabaikan HPnya. Ia melihat Dika dengan tatapan jijik.
"Bikin muntah lo." Orang-orang di sekitarnya memang selalu memuji tampang Haris. Tapi, dia sendiri tidak merasa bahwa ia adalah orang yang menarik. Jika dibandingkan kedua kakak laki-lakinya, ia termasuk biasa saja dengan kemampuan dan pergaulan yang biasa saja. Selama ini, itulah yang ia pahami.
"Ris, sebelum lu ketemu Mia nongkrong bentar ke café lah. Lu drop gua aja, baliknya gua nebeng Vian."
Mengambil kunci mobil di mejanya, Haris mulai melangkahkan kakinya keluar kamar, "Banyak mau lu ya,"
***
"Yang sudah selesai praktikum, bereskan meja praktikum kalian. Laporan paling lambat dikumpulkan 3 hari lagi. Jelas?"
"YAH!" serempak mahasiswa dan mahasiswi praktikum hidrolika menjawab.
"Kenapa? Kurang cepat?" Dara mendelik tajam pada adik-adik tingkatnya, seingatnya setahun yang lalu mereka masih polos dan menuruti kapan saja deadline yang ia berikan.
"Kak Dara, kasih satu minggu dong," seorang wanita berkacamat bertubuh mungil mulai terduduk lesu.
"Ini demi kalian, kalau kalian tunda laporan ini, tugas yang lain akan menumpuk."
"Kak Dara, besok kami semua ada ujian matematika kak," rengek seorang laki-laki berbadan besar.
"Eh iya? Mata kuliah pak Pur?"
"Iyaaa kak." Secercah harapan muncul di wajah adik-adik tingkatnya ini, mengambil kesempatan mereka mulai bersaut-sautan untuk mendramatisir ujian besok.
"Yasudah, 5 hari. Nanti saya tunggu di ruang praktikum jam 4 sore ya. Yang tidak bisa datang titipkan saja laporan pada temannya,"
"EHHH??"
"5 hari atau 3 hari?"
"Oke kak 5 hari," mereka menjawab cepat dan langsung saling pandang. Aku tau pandangan itu, rencana mereka gagal.
Aku tersenyum puas, bukan tanpa alasan aku cukup kejam memberikan waktu deadline. Aku pernah di posisi mereka, semester 4 adalah semester dimana mahasiswa aktif menjalankan organisasi dan ekskul. Tugas mereka pasti akan terbengkalai jika tidak diberi deadline yang tegas.
Menghela napas aku bangkit dari posisi duduk dan mengambil tas,
"Eh nanti kita beli eskrim di café To aja, lagi ada promo b—EH! Kak Dara kami pulang dulu," segerombolan adik tingkat yang masih didepan ruang praktikum berpamitan padaku.
"Hati-hati." Tersenyum singkat dan melambaikan tangan, aku memperhatikan mereka menjauh.
Dara melihat jam tangannya, sudah pukul 4 sore. Ia membuka note kecilnya, memastikan tidak ada jadwal lagi. Mungkin ia bisa mencicil laporan skripsinya di café To, sedang ada diskon katanya kan.
Sedikit bersenandung ia menuju café To. Eskrimnya memang terkenal lezat. Walaupun cukup mahal, tapi memang lokasi strategis dekat kampus, bangku yang banyak, dan wifi membuat café To menjadi tempat favorit mahasiswa untuk mengerjakan tugas atau sekedar nongkrong .
Sampai di café To, Dara melihat café sudah penuh dengan pelanggan. Setelah memesan eskrim rasa favoritnya—matcha, ia mengedarkan pandangannya dan mencari tempat duduk. Satu spot yang baru saja ditinggalkan penghuninya, diujung dekat jendela. Beruntung.
Mengambil laptop dari tasnya, ia melihat proposal Event yang diajukan oleh anak BEM kemarin. Ia membuka kembali proposal itu menggenggamnya erat, sebenarnya ia sudah memantabkan hati setelah mendengar percakapan beberapa anak kemarin di lorong. Di hari yang sama Dara akhirnya memutuskan untuk menjadi panitia acara di event ini.
"Ris, penuh ya. Mana Vian sama yang lain ya?"
"Bener ga nih tempat ngumpulnya di sini?" Berjalan pelan mengikuti Dika yang celingukan mencari teman-temannya, tidak sadar ia menabrak pelayan yang membawakan segelas eskrim matcha.
Semua terjadi secara slowmotion dimata Dara. Sang pelayan café terkejut seorang pria menabrak nampannya, dengan reflek menjerit kecil dan terdorng sedikit kebelakang. Tidak lupa gelas diatas nampang yang ia pegang akhirnya terjatuh.
PRANGG
"Ah, matcha ku," dalam hati Dara membatin. Sekejap setelah ia sedikit meremas proposal event, ia menyadari pintu terbuka dan beberapa orang masuk, sampai akhirnya terjadi kecelakaan yang menjadikan matcha setengah harganya menjadi korban.
Tidak hanya sampai situ, seorang lelaki yang oleng juga akhirnya menabrak mejanya dan terjatuh di kaki Dara.
Dara memejamkan mata dan dengan refleks melindungi laptopnya dari benturan.
"Hati-hati dong," Dara mendongak melihat lelaki yang berjalan menuju ke arahnya, tepatnya menuju ke arah kakinya.
"Bantu gua ngapa? Dari tadicuma liat aja lo, Ris!" Lelaki yang dipanggil Ris tadi memutar bola matanya dan melihat kearah temannya di lantai, sampai akhirnya pandangannya menuju pada Dara.
Dara diam ketika tahu ia sedang dipandangi, sampai lelaki itu bertanya padanya—bukan lebih tepatnya pada dirinya sendiri
"Itu proposal Event 'The Lost key' "
Dara tau lelaki itu juga bagian dari panitia Event ini, dan Dara juga tau lelaki ini adalah orang yang sama dengan yang berpapasan dengannya di lorong kemarin.
Yang kata-katanya mampu membuat Dara ikut bergabung dalam event ini.
***
Authot note:
YAYYY 2 tokoh utama sudah bertemu
nantikan cerita-cerita selanjutnya yaaa
NAH LOH, HARIS SUDA PUNYA PACAR KOK THOR!
Eits, selama janur kuning belum melengkung.... heheh\( ̄︶ ̄*\))