Chereads / Thrisellir: " Ditunggu Setan " / Chapter 3 - III : Rumah Tua

Chapter 3 - III : Rumah Tua

Mereka pun buntu dengan keadaan ini, dimana mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Mereka terus memperhatikan tempat sekitar untuk mencari jalan keluar, tetapi tidak di temukan apa-apa, hanya pohon, air, & rumput yg terlihat.

Lalu dari arah belakang terlihat ada seorang pria & seorang gadis yg berdiri melihat mereka dari kejauhan dengan memegang kayu, parang, dan kapak untuk menebang ranting pohon. mereka berdua terus menatap Alana dan teman-temannya itu, tetapi Alana dan teman-temannya tidak melihat pemuda dan gadis itu berada di belakang mereka sampai suatu ketika.

" Hei "

Teriak gadis itu.

" Kenapa kamu teriak dek? "

Kata pemuda itu. Dan ternyata mereka berdua itu Abang beradik.

" GK apa-apa bang, sepertinya mereka butuh bantuan bang "

" Tapi gimana jika mereka di ketahui oleh... " perkataan pemuda itu terputus karena Alana dan teman-temannya menghampiri mereka.

" Apa kalian warga disini? "

Tanya Alana.

Abang beradik itu cuman bisa tatap-tatapan dan " ehm... " Cuman kalimat itu yg keluar.

Alana pun kembali bertanya " apa kalian orang sini? " mereka masih diam, dan terlihat mulut sang gadis yg akan bicara tapi masih ragu karena abangnya terus memegang tangannya dengan kencang ( Kode ).

" gimana sih kok diem aja, Apa kalian orang sini, kami butuh bantuan, tolong di jawab " tanya Tita dengan tegas.

Lalu sang gadis pun membuka mulutnya " i iya kami orang si... " Omongan gadis itu terputus karena ada dua orang bapak-bapak menghampiri mereka dengan bilang.

" oiy "

Suara yg menggemah dari salah satu bibir bapak itu.

Mereka pun di hampiri dan kedua bapak-bapak yg sepertinya habis bertani itu bertanya kepada Alana dan teman-temannya.

" Kalian ini siapa? "

" Ohhh permisi pak kami dari kota, mau menuju ke villa sebrang sana tetapi jembatannya tergenang air sungai, kalau saya boleh tahu apakah ada jembatan atau jalan lain untuk menyebrang ke sungai pak? "

Tanya Rina dengan lembut dan sopan

" Oh anak kota toh "

" Iya pak "

" Disini tidak ada jembatan lagi selain jembatan ini, jadi kalian gk bakal bisa nyebrang kalau air sungai nya belum surut "

" Yah... Jadi gimana nih pak, soalnya kita harus pergi "

" Tapi kalau mau kalian bisa nginap dulu di desa ini, selagi menunggu airnya surut "

" Hah... Nginap? "

" Iya nginap, kalian bisa nginap di salah satu rumah Mbah Bahuwirya, dia seorang Tertua di desa ini "

Rina pun menanyakan kepada teman-temannya mau lanjut atau nginap di sini dulu, karena acara pestanya masih 3 hari lagi.

" Tapi kalau kita nginap kita GK bisa bantu-bantu si Siska sama Andre nyiap-nyiapin pestanya dong, kan kita udah janji sama mereka, makanya kita perginya awal-awal " bilang Alana.

" Iya... Tapi mau gimana lagi, sia-sia dong kita udah jalan jauh-jauh tapi balik lagi. Jadi mending kita disini dulu besok kita lanjutin perjalanan kalau airnya sudah surut " sambung Tita.

" Iya gue setuju sama Tita, mending kita disini dulu, karenakan acaranya masih 3 hari lagi, dan setidaknya kita datang lah nanti, walau gk jadi bantu-bantu " sambung Angga.

" Ya udah kita bermalam disini dulu "

Mereka pun setuju untuk bermalam di desa ini, dan bapak-bapak itu menuntun jalan mereka menuju rumah Mbah Bahuwirya. Tetapi karena Abang beradik itu masih disitu salah satu bapak pun bertanya.

" Dan kalian Cakara, Maya ngapain kalian disini? "

" Hah...? Ehm kami cuman mau nyari kayu bakar " jawab Cakara ( Sang Abang ) dengan gugup.

" Oh... Yah sudah, tapi kalian mending cepat pulang ini sudah mau gelap "

" Iya "

__

____

______

Singkatnya mereka sudah sampai di depan rumah Mbah Bahuwirya dan salah satu bapak mengetuk pintu rumahnya.

" Mbah... Mbah... permisi "

Pintu rumah pun di buka dan Mbah Bahuwirya keluar dan bertanya.

" Ada apa "

" Ini Mbah ada anak-anak dari kota yg ingin bermalam di si... " Percakapan itu terputus karena Mbah Bahuwirya mengangkat tangannya 🤚 ( bertanda berhenti )

" Sudah tidak usah di jelaskan saya sudah tahu itu, & kalian pulang saja biar saya yg menangani anak-anak muda ini "

Singkatnya bapak-bapak itu pun pulang dan Mbah Bahuwirya menghantar Alana dan teman-temannya ke salah satu rumah Mbah Bahuwirya. Rumah itu terlihat lumayan besar kalau untuk ukuran orang-orang desa terpencil seperti mereka. Tetapi di desa ini belum tersedia listrik jadi warga desa yg tinggal di sini menggunakan obor dan lentera kalau sudah malam. Dirumah itu terdapat 2 kamar yg pas banget buat mereka berlima karena Ivan dan Angga bisa sekamar karena sesama lelaki & Alana, Rina & Tita juga bisa sekamar.

" Ini rumahnya kalian bisa tinggal di sini untuk semalam, tetapi di sini tidak ada listrik jadi kalau malam kami di desa ini menggunakan obor dan lentera " bilang si bapak.

" Ohh makasih ya pak atas kebaikannya dan lagian kami juga bawa senter kok " jawab Alana.

" Oh ya sudah saya pergi dulu sudah mau gelap soalnya "

" Baik pak! "

Terlihat ekspresi heran di wajah Tita kebaikan orang-orang disini karena dengan gampangnya membolehkan orang lain untuk tinggal di rumah mereka.

Singkatnya ketika sudah malam mereka berempat pun tidur terkecuali Rina yg ingin buang air besar dan karena dia orangnya penakut dia membangunkan Alana dan Alana pun menemaninya. Sesampainya di kamar mandi, Alana cuman menunggu di ujung lorong dan Rina masuk ke toilet sendirian sambil memegang senter yg mereka bawa.

" Untung sedia senter, kalau tidak bisa kegelapan nih " kata Rina.

Setelah selesai BAB Rina pun memakai celananya dan dia tiba-tiba mendengar suara seperti cakaran " krekh krekh " suara itu terus terdengar dan Rina penasaran dari mana suara itu dan Rina mendengarkan suara itu dengan baik-baik. Rina terus mendengar, matanya terpejam dan suara itu semakin keras terdengar dan tiba tiba terdengar suara menangis dan Minta Tolong. Suara-suara itu terdengar semakin jelas, dan karena Rina merasa mulai GK enak dia pun membuka matanya dan tanpa sengaja melihat sosok arwah, pas di depan wajahnya, dan arwah itu juga berbicara " Mati Kalian "

Teriak hantu itu dengan keras di wajah Rina, yg membuat Rina teriak dan pingsan akibatnya. Karena wajahnya seram sekali darah dimana-mana, lumpur, dan kulit pucatnya.

Karena mendengar teriakan, Alana pun berlari menuju kamar mandi dan membuka pintunya dan terlihat Rina yg sudah tepar di lantai.

" Hah... Rina " teriak Alana.

Angga, Tita, dan Ivan terbangun akibat teriakan dan mereka pun langsung menuju arah teriakan di kamar mandi dan melihat Rina yg sudah terkapar di lantai. Angga pun langsung mengangkat Rina dan menaruhnya di kamar & Angga bertanya kepada Alana apa yg terjadi.

" Gue GK tahu, karena gue di luar tadi dan tiba-tiba gue dengar Rina teriak dan gue langsung membuka pintu dan gue lihat dia terkapar tadi dan gue terkejut dan ikut teriak " bilang Alana dengan panik.

" Sudah-sudah dia GK kenapa-kenapa kok dia cuman pingsan, palingan besok udah sadar. Dan dia mungkin ngeliat tikus atau kecoa karena Rina kan orangnya penakut jadi bisa aja kan, dan rumah ini juga rumah tua jadi tikus serangga-serangga banyak disini, udah mending kita tidur sekarang gue ngantuk "

" Tapi'... " Suara Alana.

" Udah ayo! ".