Love me like you do
Love love me like you do
Deringan smartphone Liana memecah keheningan di lift siang itu.
"Halo, iya mas."
"Kamu dimana, Li? Mau makan siang?"
"Aku lagi di lift mas. Mau ke kudus titip anak-anak soalnya aku ada yang mau di kerjain."
"Tunggu di resepsionis, jangan kemana-mana"
"Tap--"
Tut
Panggilan di matikan sepihak oleh pria tampan di sebrang sana. Membawa tas selempang berwarna hitam, wanita yang menggunakan dress selutut berwarna aqua itu terlihat sangat cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Wanita itu tersenyum ke arah resepsionis yang dibalas dengan kerutan di dahi resepsionis tersebut.
Sesaat kemudian
Senyum tipis tergambar jelas di wajah lelaki yang saat ini berjalan tegap menghampiri Liana. Wanita itu pun tak segan membalas senyumannya, memperlihatkan lesung pipi dan gingsul nya itu.
Lelaki itu langsung membungkuk dan menggendong Adelia. Berjalan berbalik ke arah kedatangannya menuju mobil berwarna hitam miliknya.
"Mas yakin mau nganter? Jauh loh nanti capek."
"It's ok, Li"
Sesekali Abimanyu menoleh ke arah wanita itu dan tersenyum.
"You're so beautiful Liana."
Liana mengalihkan pandangannya dari jalanan ke arah pria di sampingnya itu.
"Mas juga selalu tampan"
Tanpa sadar, Liana mengigit bibir bawahnya dan mengulum bibirnya sendiri membuat Abimanyu menahan mati-matian nafsunya saat itu. Di matanya, Liana cantik. Sangat cantik. Kehidupannya sangat luar biasa. Wanita yang tegar di luar tetapi di dalam sangat rapuh. Ingin merengkuhnya, memberikan segala cinta bahkan hidupnya untuk wanita itu.
Setelah menempuh sekita 3 jam lebih di dalam mobil, mereka sampai di rumah keluarga Liana. Di sambut penuh haru dan pelukan dari dua orang yang sudah lansia di rumah besar itu dan beberapa anggota keluarga lainnya.
"Mbah ti, Liana badhe titip peputra wonten ngriki nggeh pinten-pinten dinten. Liana wonten urusan."
"Nggih, mbah seneng ana kancane"
Liana dan Abimanyu pamit segera memasuki mobil itu lagi, untungnya lagi anak-anak Liana sudah terbiasa di sana.
"Makan dulu, Li. Aku lapar" ucap Abimanyu di tengah perjalanan.
"Sebentar ya mas. Ntar sekalian mampir ke restoku, kita makan di sana aja."
Abimanyu mengangguk-angguk. Dia memang sudah tau bahwa Liana memiliki beberapa restoran hasil jerih payah nya sendiri. Semakin membuatnya bangga.
"Di depan belok kiri mas"
Abimanyu memarkirkan mobilnya tepat di samping restoran itu. Ramai. Waktu saat itu menunjukkan pukul setengah enam. Pria itu mengikuti langkah Liana hingga ke dalam restoran.
"Wi, panggil Andi keruangan saya dan bawakan saya makanan ya."
"Baik Bu"
Liana dan Abimanyu memasuki ruangan yang bernuansa peach, sepertinya Liana menyukai warna-warna pastel. Liana mendudukkan diri di sofa panjang berwarna putih itu.
"Hah. Capek banget" ungkap nya seraja memejamkan mata.
Abi tak menyia-nyiakan pemandangan itu. Dia menatap Liana yang sedang memejamkan matanya dengan nafas yang sengaja di buat ngos-ngosan. Padahal kan aku yang nyetir. Dasar wanita, batin Abi.
"Aku istirahat sebentar ya Li."
Liana hanya tersenyum memandang Abimanyu yang mulai membaringkan diri di sofa panjang sebrang Liana.
"Li?" sapa seseorang yang baru saja memasuki ruangan wanita itu.
Liana memberi isyarat untuk diam sambil menunjuk lelaki yang telah terlelap.
Liana dan lelaki yang di sapa Andi itu pun mulai berkutat dengan berkas-berkas dan laporan dari Andi. Yah, Andi adalah orang yang di percaya Liana mengelola beberapa usahanya di daerah tersebut. Menurut Andi sendiri, dia tak punya alasan untuk memanfaatkan jabatannya. Karena Liana itu adalah bos yang sangat murah hati dan tidak pelit. Gaji para waiters mereka hanya sebatas umk daerah saja tetapi bonusnya? Jangan iri, setiap ada pelanggan yang puas dengan resto mereka, pasti liana langsung memberi bonus cash kepada karyawannya.
~~~
Jam 8 malam, mereka berdua sampai di parkiram hotel Abimanyu. Liana tertidur, mungkin saking lelahnya perjalanan.
Abi memandangi setiap centi wajah wanita di sampingnya itu. Alis yang natural tanpa pensil alis, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, pipi yang merah karena blush on, lipstik berwarna palm yang mulai memudar.
"Bangun Liana"
Abi mengguncang pelan tubuh wanita itu. Sementara Liana perlahan mengerjapkan matanya membuat Abi gemas dan tersenyum simpul.
"Sudah sampai tuan putri"
Itu siapa sih?
Pacarnya pak bos mungkin.
Masa' bos pacaran sama janda? Dia bawa anaknya loh 3.
Janda selalu didepan. Ingat.
Gila sih, pak bos senyumnya gak luntur.
Begitulah kira-kira kalimat karyawan di hotel saat Abi dan Liana memasuki lantai bawah. Liana hanya menghela napas pelan, sementara Abi menatap tajam para karyawan yang sedang bergerombol.
"Loh, Mas kok ikut masuk?" terlontar pertanyaan dari mulut Liana saat Abi melangkah masuk ke ruangan mewah itu.
"Aku ngantuk, Li."
Gak apa-apa lah kan beda kamar juga, batin Liana.
Wanita itu segera berganti baju di dalam kamar mandi dengan baju lengan pendek berwarna hitam dan hotpants berwarna senada itu.
~~~
Pagi cerah menyapa dua insan yang berada di dalam ruangan itu. Liana duduk di pinggir jendela yang memperlihatkan keindahan kota Jogjakarta sambil memakan roti berisi selai coklat kacang nya dengan kopi manis di sebelahnya.
"Pagi, Mas" sapa Liana saat Abimanyu keluar dari kamarnya.
Abimanyu tertegun, Liana mengenakan kaos hitam dan celana sependek itu di hadapannya. Rambut yang terurai sedikit berantakan membuat Liana semakin terkesan seksi.
"Mau?" tawar Liana sembari menyodorkan roti di tangannya.
Wanita itu terkejut, dia pikir Abimanyu akan mengambil roti di sampingnya tetapi dia malah menggigit roti bekas Liana. Pandangan mereka bertemu. Segera Abi menjauhkan diri dari wanita cantik di hadapannya itu. Takut khilaf. Abi berjalan membuka pintu slide besar dan memegang pagar balkon tersebut. Menghirup dalam-dalam udara segar di pagi hari.
"Mas, aku nanti mau keluar. Gak usah di antar kan Mas Abi mau kerja"
Liana bersandar di pintu besar berbahan kaca itu. Abi menoleh, tatapan mereka bertemu. Liana menggigit bibir bawahnya sendiri kala melihat tatapan menusuk pria itu.
Fuck this shit!! Im out, maki Abi.
Pria itu berjalan cepat ke arah Liana, meraih kepala bagian belakang Liana dan menyentuhkan bibirnya ke bibir wanita itu. Lama. Hingga ciuman itu berubah menjadi lumatan lembut dan decapan terdengar di sela-sela ciuman itu. Liana meraih leher Abi, menikmati setiap sensasi bibir Abi di bibirnya.
Nikmat, batin Liana.
Abi merebahkan Liana ke kasur di ranjang king size tersbut tanpa melepaskan pagutan bibir mereka.
"Ahhh Mas mmph" desah Liana saat Abi menjilati lehernya.
Abi bangkit membuka kaosnya memperlihatkan setiap otot di perut dan lengannya nya terpahat sempurna membuat wanita di bawahnya meneguk salivanya sendiri. Terlebih kala dia melihat ke bawah, ke celana pendek pria itu yang sudah menggembung. Ada yang tegak tapi bukan tiang. Upss..
Abi menggenggam jemari Liana, menciumi setiap inch leher, telinga dan dagu wanita itu. Abi menyingkap kaos hitam Liana, terlihatnya dua gundukan kenyal yang lumayan besar itu.
Liana melihat kilatan nafsu di mata Abi, kemudian dia berguling membuat Abi terlentang di bawahnya.
"Mas" ucapnya dengan nafas terengah.
Abi bangun, sehingga wajahnya seolah tak berjarak dengan wajah wanita itu. Dengab posisi itu, Liana dapat merasakan sesuatu yang mengganjal di selangkangannya. Liana memejamkan mata, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran kotor.
"Mas, no. Gak sekarang."
Abi menatap dalam mata wanita itu. Merutuki kebodohannya yang tak dapat menahan nafsu.
"I want you" ucap Abi serak.
"So i am, but not now okey"
Abi mengangguk pasrah. Liana menelusuri rambut lelaki itu, memegang bahunya dan melumat bibir lelaki tampan di hadapannya itu.