π π π
Hari ini adalah hari pertama Ziva memasuki sekolah barunya, kini Ziva sudah berada di parkiran sekolah SMA ANTARTIKA sekolah berlantai yang merupakan sekolah milik keluarganya.
Tentang Zayan, setelah menurunkan Ziva di halte sekolah Zayan langsung masuk ke dalam sekolah dan entah Ziva tak tau di mana lelaki itu sekarang.
Terdengar beberapa bisikan bisikan dari murid di sekolah ini tentang adalah Ziva di sini.
'Siapa tuh?'
'Murid baru yah?'
'Iyakali,'
'Cantik banget'
'Iya cantik banget!'
'Si Bianca kalah nih sama dia,'
'Iya iya'
Ziva tidak memperdulikan bisikan bisikan itu, gadis itu memilih untuk pergi ke ruangan kepala sekolah agar dia tahu dimana letak kelasnya.
Ziva berjalan menyusuri koridor yang terlihat ramai, senyum terus merekah di bibir mungilnya.
Ziva sesekali berhenti untuk melihat lihat setiap sudut sekolah ini, berbagai tatapan di tujukan padanya namun ia tidak memperdulikannya.
Ziva sudah lelah berputar putar di koridor, bodohnya dia tidak menanyakan pada Zayan.
Ziva menghampiri beberapa siswi yang sedang menatapnya.
"Permisi!"
"Iya kenapa?"
"Ruang kepala sekolah dimana ya?"
"Oh di lantai dua ruangannya," Pantas saja, sampai Upin Ipin besar pun Ziva tidak akan menemukannya karena dia hanya berputar-putar di lantai 1.
"Oh makasih ya,"
"Sama-sama," Ziva hendak pergi namun...
"Murid baru ya?" Ziva menoleh dan mengangguk seraya tersenyum.
Ziva melanjutkan langkahnya menuju lantai dua, saat hendak berbelok di koridor tanpa sengaja seseorang menabraknya membuat Ziva terjungkal kebelakang, untung saja koridor lantai dua masih sedikit sepi jadi tidak ada yang melihat ini, jika tidak mau ditaruh di mana muka Ziva.
Ziva mencoba untuk berdiri namun bokongnya terasa ngilu, sebuah tangan kekar terulur di depannya. Ziva menerimanya dan mencoba untuk berdiri.
"Sorry, gue gak sengaja. Lo gak papa kan?" Tanya cowok di depannya.
"Iya gak papa," ucap Ziva tanpa menatap cowok itu, Ziva sedang membersihkan rok bagian belakangnya.
"Sorry gue-" ucapan cowok itu terhenti kala Ziva mengangkat kepalanya.
Ziva tersenyum tipis lalu pergi dari sana, sementara cowok itu terdiam di tempatnya.
'Cantik' batinnya.
Cowok itu berbalik menatap punggung Ziva yang semakin menjauh dan menghilang di balik dinding.
Cowok itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, cowok itu melanjutkan langkahnya.
Sementara Ziva sekarang sudah berada di dalam ruangan kepala sekolah, gadis itu sedang duduk di depan kepala sekolah.
"Zivana Frisillia, benar?"
"Iya pak,"
"Kamu masuk kelas XII IPA 2," ucap kepala sekolah itu.
"Iya pak," ucap Ziva.
"Silahkan!" Ziva mengangguk dan keluar dari ruangan itu.
Kriiing
Ziva mendengar bel masuk telah berbunyi, Ziva pergi untuk mencari kelasnya.
Ziva sampai di depan kelasnya, gadis itu mengetuk pintu terlebih dahulu lalu masuk setelah guru di dalamnya mempersilahkannya.
Ziva berdiri didepan kelas siap untuk memperkenalkan dirinya, berbagai tatapan ditujukan padanya namun dia tidak perduli.
"Silahkan kenalkan dirimu!" ucap guru yang mengajar, Ziva mengangguk.
"Nama gue Ziva, Zivana Frisillia. Pindahan dari SMA Pertiwi Bandung, Salam kenal!" ucap Ziva dengan senyumannya, para cowok dalam kelas itu bersiul menggoda melihat senyum Ziva, membuat para gadis mendelik tak suka.
"Ada yang ingin di tanyakan?" Tanya guru itu kepada para murid.
'Username ig nya?'
'Nomor WA nya ada?'
'Jomblo gak?'
'Mau jadi pacar babang Udin?'
Ucapan terakhir membuat seisi kelas tertawa ngakak, ada-ada aja si Udinπ€£.
"Sudah-sudah kalian ini!" Tegur guru itu.
"Ziva, nama ibu Delima ibu mengajar pelajaran Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas kamu. Ziva kamu duduk dengan Dinda, Dinda angkat tanganmu!" Gadis bernama Dinda mengangkat tangannya.
"Silahkan!" Ziva mengangguk dan berjalan menuju bangkunya di pojok paling belakang.
"Baiklah kita lanjutkan belajarnya," ucap Bu Delima.
Para murid-murid menganggukkan kepalanya dan Bu Delima memulai pelajaran.
π π π
Kriingg
Bel istirahat berbunyi, para siswa/i berhamburan keluar dari kelas.
Ziva duduk di bangkunya sambil membaca novel, gadis itu tidak akan pergi ke kantin karena mager.
"Emmm Ziva, lo gak ke kantin?" Tanya Dinda, Ziva menoleh.
"Oh gak," ucap Ziva.
"Kenapa?" Tanya Dinda.
"Mager aja," ucap Ziva.
"Temenin gue boleh gak?" Tanya Dinda, Ziva menopang dagunya seraya berfikir.
"Boleh deh," ucap Ziva, gadis itu melihat sekelilingnya dan kini kelas dah sepi hanya ada beberapa orang saja.
Dinda tersenyum, gadis itu menarik tangan Ziva.
Kedua gadis itu berjalan menyusuri koridor sekolah, para murid bertanya tanya siapa gadis yang bersama Dinda itu.
"Kantin di mana?" Tanya Ziva saat mereka menuruni anak tangga.
"Di lantai bawah," ucap Dinda, Ziva mengangguk.
Kedua gadis itu memasuki kantin, keadaan kantin sangatlah penuh orang-orang saling berdesakan.
Dinda menarik Ziva ke meja yang terletak di tengah kantin, Ziva menyerngit bingung. Ziva melihat dua gadis yang sedang melambaikan tangan pada mereka.
"Ayo duduk!" ucap Dinda, Ziva menurut dan duduk di bangku meja itu.
"Siapa Din?" Tanya gadis ber nametag Meysha Zaskia.
"Temen," ucap Dinda, Meysha memutar bola matanya malas.
"Dah tau Adinda Putri, maksudnya dia murid baru, gitu." ucap Meysha, Dinda menyengir.
"Hehe, iya dia murid baru pindahan dari Bandung." ucap Dinda.
"Oh ya, lo dari Bandung?" Tanya Meysha tak percaya.
"Iya," ucap Ziva tersenyum.
"Mama gue juga dari Bandung, gue sering kesana jengukin Oma gue." ucap Meysha.
"Oh ya, kenalin gue Meysha." ucap Meysha mengulurkan tangannya di depan Ziva.
"Gue Zivana," ucap Ziva menerima uluran tangan Meysha.
"Dan dia Rea," ucap Meysha menunjuk teman di sebelahnya.
"Gue Adrea," ucap gadis bernama Adrea mengulurkan tangannya.
"Zivana," ucap Ziva menerima uluran tangannya.
Mereka saling berjabat tangan, setelah itu melepaskannya.
"Pada belum pesan makanan?" Tanya Dinda melihat meja di depannya kosong.
"Iya, pesenin gih." ucap Nia.
"Oke, kayak biasa?" Meysha dan Nia mengangguk, Dinda pergi untuk memesan makanan mereka.
"Lo sekelas sama Dinda?" Tanya Meysha.
"Iyalah Mey sayang, gak mungkin lah kalo gak sekelas terus ke kantin bareng." ucap Nia kesal, terkadang otak Meysha harus di cuci biar bersih.
"Hehe" Meysha menyengir, sedangkan Ziva hanya tersenyum kecil.
Tak lama kemudian datanglah Dinda dengan membawa makanan mereka, Dinda langsung meletakkannya di atas meja.
"Maaf ya Ziv, gue gak tau lo makannya apa jadi gue beliin cemilan aja." ucap Dinda.
"Gak papa," ucap Ziva mengambil beberapa cemilan dan sebotol minuman.
Ke-empat gadis itu mulai memakan makanan masing-masing dengan tenang.
Sementara dari jauh, seorang lelaki sedari tadi terus menatap Ziva dari gadis itu masuk hingga sekarang sedang makan.
"Lo liatin apa Van?" Tanya teman di sampingnya mengikuti arah pandang lelaki itu.
"Eh enggak," ucap lelaki itu mengalihkan pandangannya, teman di sampingnya itu tersenyum menggoda.
"Lo liatin si Ziva ya?" Tanya temannya itu.
"Enggak apaan sih," elak lelaki itu.
"Ngaku lo,"
"Ngaku apaan sih?" Tanya Zayan yang datang dengan membawa nampan berisi makanan.
"Ini si Vano liatin murid baru," ucap temannya itu, Zayan mengernyit sembari meletakkan nampan itu dan duduk di bangkunya.
"Murid baru siapa Lang?" Tanya Zayan pura-pura tak tau.
"Tuh!" Temannya itu menunjukan tempat duduk Ziva, Zayan mengikuti arah pandang temannya itu.
'Oh Ziva' batin Zayan.
"Dahlah ayo makan!" ucap Zayan, mereka mengambil makanan masing-masing dan mulai memakannya.
"Tadi lo bilang namanya siapa Lang?" Tanya temannya yang lain ber nametag Farrel Pramuditha.
"Ziva, pindahan dari Bandung." ucapnya.
"Kok lo tau?" Tanya cowok itu.
"Orang temen sekelas gue," ucap temannya itu.
"Kapan-kapan kenalin ya Lang," ucap Farrel.
"Iya-iya," ucap Gilang Aryan Mahesa, sementara sedari tadi cowok itu hanya menyimak saja.
'Ziva, nama yang cantik' batin cowok itu tersenyum tipis.
Beberapa cowok itu melanjutkan makannya dengan tenang.
π π π
Jangan lupa Vote dan komennya ya:)