Posisi Alzam saat ini masih berada di Rooftop dan mata nya tetap setia mengikuti pergerakan Genna. Sedangkan Genna saat ini sedang berbincang dengan Rafa dan juga Via. Kalau si pria nyebelin itu sudah pergi entah kemana.
Genna mengambil tempat duduk di pertengahan antara kak Via dan Kak Rafa, "Hai kak." Sapa Genna kepada Via.
Via yang sedang bermain ponsel mendongakan kepala nya saat mendengar suara yang familiar di telinga nya, "Oh hayy." Jawab Via.
"Nih kenalin temen kakak, nama nya Rafa." Lanjut Via.
"Maap nih tapi Genna udah tau nama temen kakak." Jawab Genna.
"Kalian berdua yakin status nya cuma temen?" Goda Genna.
"I-iyalah" Balas Rafa dan Via.
"Hahahahahaha gitu aja gugup. Kalau pun kalian berdua dapet ending yang bahagia, yaa pasti Genna juga bakal ngerasain happy ending nya juga." Ucap Genna.
"Ngawur ah." Jawab Via
"Sorry tapi gue ga tau maksud dari omongan ade lo Vi." Celetuk Rafa.
"Ah elah, serius ga paham?" Tanya Genna.
Rafa menggeleng.
"Yaudah nih Genna jelasin, yang dimaksud omongan Genna tadi itu, kalian berdua bakalan bersatu." Jawab Genna.
"Jangan dengerin omongan adek gue Raf. Suka nyablak kalo ngomong." Celetuk Via.
"Tapi gue suka sama yang di ucap adek lo tadi." Ujar Rafa.
"Good, Kak Rafa patut diacungi jempol." Ucap Genna sambil bertepuk tangan serta tertawa kecil.
"Sekarang kaka tanya, kenapa kamu belom menjalankan hukuman yang kakak kasih tadi?" Ungkap Rafa.
"Oh tadi hukuman ya?" Tanya Genna.
"Iyalah emang kamu kira apaan?" Ucap Rafa.
"Kirain mah cuma perintah doang." Jawab Genna.
"Btw, manggil lo gue aja." Lanjut Genna.
"Jadi gini..." Ucap Genna.
"Ohh gitu." Celetuk Via.
"Hahahaha, jadi gini kak kertas nya masih ada sama Alzam." Ungkap Genna.
"Kok bisa, tadi kan gue ngasih nya ke lo bukan ke temen cowo lo tadi." Tanya Rafa.
"Slowly. Bakal gue ceritain kenapa bisa kaya gini kak." Jawab Genna.
Genna dan Alzam berjalan menuju pintu keluar aula dan ingin menjalankan hukuman yang sangat mudah untuk dikerjakan dan hukuman yang diberikan juga tidak banyak menguras tenaga.
Saat didepan pintu aula, "kertas apaan itu Gen, coba gue mau liat." Kata Alzam.
"Ga tau gue Al." Jawab Genna sambil mengulurkan tangan nya dan memberikan kertas tersebut.
"Kecil kecil banget nih tulisan,bikin puyeng." Ungkap Alzam.
"Yaudah sini." Sahut Genna.
"Ga, kertas nya biar gue yang megang, sekalian sini sama tangan lo gue pegang." Seru Alzam.
Tangan Alzam mengaitkan tangan Genna menjadi satu, lalu Genna selalu berusaha untuk melepaskan nya tetapi selalu kena omel oleh Alzam.
"Lo tuh harus nya bersyukurr karena bisa deket ama gue tanpa ribet." Ujar Alzam.
"Hilihh yang ada nih yaa gue ogah bisa kenal sama lo." Jawab Genna.
"Pala batu dasar." Seru Alzam.
"Tapi nih ya, sebelum gue masuk ke sekolah ini, banyak bat cewe cewe yang langsung klepek klepek ama gue, tapii aneh nya lo biasa aja ga ada penampakan rasa suka ataupun salting saat gue ngelakuin yang mungkin aja buat cwe lain itu jatuh hati ama gue." Curhat Alzam.
"Dikata hati gue mah udah tahan banting." Sahut Genna.
"Tapi gue suka sama sifat lo." Kata Alzam.
"Hah?" Tanya Genna.
"Iya kan pada dasar nya harga diri perempuan itu mehong, dan gue pernah denger *jadi perempuan itu harus jual mahal." Ungkap Alzam.
"Udah tau. Ayah gue juga sering bilang, dan sekarang gue harus ngelakuin apa yang lo ucap barusan. Bye." Balas Genna.
Genna melaksanakan yang author tulis di bab sebelum nya.
"Terus sekarang kemana orang nya?" Tanya Rafa.
"Nah itu dia, Genna ga tau. Selepas Genna sampai duluan dimading, dikira nya dia ngejar Genna tapi Genna tungguin ga nongol nongol, malah si cwo tadi yang nongol pake Sok kenal lagi ama gue." Jelas Genna.
"Kita cari aja yu." Balas Rafa.
"Tapi bentar lagi bel Raf." Ujar Via.
Rafa menoleh ke arah Via, "Gapapa."
"Kaka tau Alzam dimana?" Tanya Genna.
"Tau, coba liat rooftop." Jawab Rafa sambil menatap Rooftop.
Genna serta Via memastikan ucapan yang diucap oleh Rafa tadi, dengan cara ikut menatap kearah Rooftop.
"Eh iya, itu orang ngapain?" Tanya Genna.
"Kayak nya galau, kalo ga cembokur liat kamu jalan sama cwo tadi." Balas Via.
"Impossible." Ujar Genna.
"Tau darimana Alzam ada disitu kak?" Tanya Genna lagi.
"Daritadi, pas kamu cerita kaka liat sekeliling dan pas natap rooftop ada cowo yang kakak hukum tadi." Jelas Rafa.
Genna menegakkan kaki nya, "Okeyy. Kesana kuy, tapi diem diem aja." Pinta Genna.
"Kuyy lah." Jawab Via dan Rafa.
Via dan Rafa bangun dari kursi nya dan berjalan menuju Rooftop.
****
Mereka bertiga mengumpat dibalik tembok penghalang yang berada di Rooftop, sebelum masuk ke Rooftop mereka bertiga memastikan suasana yang pas untuk meng kagetkan Alzam.
"Eh dia kenapa? Kok kayak galau gitu." Bisik Genna.
"Ga tau, tapi kaya nya itu kertas yang dipegang sama dia kertas yang gue suruh tempel di mading deh." Ujar Rafa.
"Kertas apaan si emang kak?" Tanya Genna.
"Pembagian kelas untuk peserta didik baru." Jawab Rafa.
"Padahal baru sehari masuk ya, tapi udah ada info pembagian kelas, keren." Ucap Genna.
"Iyalah, sekolah ini kan emang pengen menjadikan siswa dan siswi nya cerdas, mandiri serta disiplin. Mangkanya kalau ada yang telat hukuman nya juga lumayan berat." Jelas Rafa.
"Lah tadi gue sama Alzam? Kan telat tapi kenapa malah di kasih free dan juga hukuman nya kenapa ringan?" Tanya Genna.
"Bersyukur harus nyaa Genna." Tegur Via.
"Eh iya." Jawab Genna
"Karena kan si Alzam anak pemilik sekolah ini, jadi nya kami para panitia MPLS ga berani nge hukum yang berat berat." Jelas Rafa.
"Okeyy." Balas Genna.
"Masuk ga nih?" Tanya Genna lagi.
"Tapi kek nya dia denger bisikan kita deh. Tapi dia pura pura aja." Jelas Via.
"Maybe." Balas Rafa.
Alzam sedikit merasakan ada seseorang yang sedang berbisik bisik serta merasakan merinding.
"Siapa ituu, heyyy siapa kaliaan jangan bikin sayaa takut doongg." Teriak Alzam.
Genna, Via dan Rafa mendengar teriakan dari Alzam yang meminta untuk mengaku siapa yang sedang berbisik bisik, mereka bertiga juga menahan tawa nya. Genna melihat sekeliling lalu menemukan batu kecil yang berada disamping kaki diri nya. Tangan nya mengambil batu kecil itu dan mengintip ke arah Alzam, setelah merasa aman Genna mulai memainkan aksi nya.
Tuk
Batu tersebut mengenai kepala Alzam, Alzam menyadari itu lalu mengusap ngusap kepala nya yang terkena batu dan mengatakan, "haduuuhh siapa sii yang nimpuk pala gue pake batu."
Alzam melihat sekeliling,
Masih tetap mengusap kepala nya yang terkena batu, "Woyy siapa pun lo keluarr pliss jangan bikin gue makin merinding." Teriak Alzam.
Sedangkan Genna, Via dan Rafa hanya bisa menahan tawa nya agar tidak terciduk oleh Alzam.
"Parah lo Gen." Bisik Rafa.
"Gapapa, sekali kali ngerjain dia." Jawab Genna.
Alzam tetap melihat sekeliling dan menemukan sedikit potongan baju berwarna putih yang membuat diri nya semakin takut.
Potongan baju itu berada dibalik tembok penghalang, yang tanpa diketahui itu tempat keberadaan Genna, Via dan Rafa.
Alzam melawan rasa takut nya dan memunculkan rasa keberanian nya dengan menuju ke arah baju tersebut.
Terus berjalan.....
Saat hampir sampai dia mendengar bisikan suara perempuan, Alzam makin penasaran siapa yang mengenakan baju putih tersebut..
Suara bisikan sudah mulai hilang dan digantikan dengan suara cekikikan alias ketawa dengan suaraaa yang amat kecil.