Chereads / Crime in Love / Chapter 2 - chapter 1: situation

Chapter 2 - chapter 1: situation

Suatu hari di sebuah kantor polisi, seorang polisi sedang berpikir untuk menangkap buronan yang berbulan-bulan belum ketemu, dalam map kepolisian ada foto tersangka dan juga catatan kasus lain yang ternyata sama halnya yang dilakukan oleh tersangka tersebut.

"Pak, orang yang bapak cari ada di luar" seorang polisi datang untuk memberi tahu bahwa ada seseorang yang datang.

"Iya, suruh masuk" sambil membaca map tersebut.

"Selamat pagi, pak" datang seorang gadis tapi dilihat dari fisik seperti anak sekolah menengah atas, sebenarnya usianya 21 tahun.

"Selamat pagi, Juliana" mereka berjabat tangan dan polisi tersebut mempersilahkan untuk duduk.

"Ada perlu saya bantu, pak?"

Pak polisi itu tiba-tiba memberikan sebuah map dan juga ada foto tersangka.

"Kami kesulitan untuk menemukannya, tersangka berinisial J dia pintar dalam bersembunyi dan sangat lincah sekali. Kami sudah menangkap anak buahnya, tapi dalang dari kasus ini susah untuk menemukannya. Saya ingin anda membantu kami untuk mencarinya dan juga pantau apabila kau bertemu dengannya, dan satu hal lagi bila dia melawan lapor pada kami" sambil panjang lebar, gadis bernama Juliana itu melihat foto tersangka sambil membulak balik foto tersebut.

"Bagaiana caranya menemukannya, pak?"

"Dia ada di daerah perkotaan dan di sana ada sebuah kosan-kosan. Kami menemukan anak buahnya dari sana tapi kami tidak menemukan tersangka utama ini"

"Baiklah pak, saya akan berusaha untuk menemukan tersangka tersebut"

selesai berbincang, Juliana pun pergi ke suatu tempat yang di bicarakan oleh pak polisi tersebut dengan taksi.

😈

Juliana sedang duduk disebuah kedai makan dan mencatat hasil dari percakapan dari masyarakat di daerah tersebut, mereka berkata bahwa saat tengah malam sekitar jam 23.00-03.00 mereka kehilangan sebuah sepeda motor, alat elektronik, dan yang paling sadis yaitu ada satu keluarga secara mengenaskan tewas dengan cara yang beruntal harta korban tersebut ludes di bawa. Tapi mereka tidak tahu siapa yang melakukannya. Juliana masih bingung, disini ia menemukan perampokan, pecopetan, dan pembunuhan, apakah ini yang dilakukan oleh tersangka utama ini.

Tiba-tiba pesanan Juliana datang dan Juliana menikmatinya. tetapi ada seseorang memakai jaket hitam dengan memakai topi hitam dengan tulisan "SUCK" sedang berusaha membawa sesuatu dalam tas Juliana, Juliana sadar ada sebuah tangan yang sibuk mencari sesuatu didalam tasnya. Tapi, bukannya melawan atau berteriak, malah Juliana membiarkannya apa yang ia bawa. Seorang jaket serba hitam itu hendak pergi dari kedai tersebut dengan membawa dompet tebal, milik Juliana. Tiba-tiba... Juliana memegang tangan yang membawa dompet tersebut dan berkata, "mau ngapain kamu?" Dengan memasang senyum tapi menahan marah, si jaket hitam tersebut langsung kaku. Si pelaku pun lari sekencang-kencangnya dari incarannya, akan tetapi disuatu tempat ada yang memperhatikannya.

😈

Suatu hari ada Seorang cowok sedang meluncur menggunakan skateboard, ia melewati para pejalan kaki sambil membawa dompet orang yang ia target, cowok itu sudah memiliki ahli tangan yang ajaib dengan sekali gerakan dalam mengambil barang orang dalam satu aksinya membuat para korban tidak merasakan sesuatu. Si cowok itu membuka dompet sambil berjalan menggunakan skateboard nya dan membuangnya asal, dan membawa uangnya aja. Dalam satu jam korban di sana pun baru notice sampai berteriak tolong juga ketika dompet nya hilang, cowok itu tiba-tiba terkekeh geli.

"Hehh ternyata baru nyadar juga yah, Bu?" Sambil meluncur dan berbelok ke sebuah lapangan yang di khususkan untuk anak skateboard.

Cowok itu menghentikan papan skateboard dan membawanya di ketiak nya, sambil bersenandung riang ia dikagetkan oleh temannya yang menggunakan topeng kelinci yang aneh

"Dar!"

"Bangsat, aish. Kau pengen orang mati dengan cara gitu! Sialan kau"sambil menghindar dan mengatur jantung yang hampir jatuh

"Haha sorry sorry kebiasaan hihi, ngomong-ngomong kau baru dapat berapa? Minta dikit yah?" Sambil merengsek minta uang dari temannya itu, sebenarnya temennya tahu kalau ia ini suka bawa uang banyak tapi dari hasil dari mencuri

"Cih, nih kau ini.." sambil memberikan uangnya ke temen topeng kelinci ini

"Ehh... Btw kau tidak kapok lagi yah kamu lakuin itu lagi katanya mau berhenti, iya kan Tamie?" Sambil mengkipas uang nya

"Berisik!... Ahh udah niat sih cuman susah, udah kebiasaan" sambil duduk di suatu seluncuran khusus skateboard

Cowok bernama Tamie yang menggunakan eyepack itu duduk dan sambil mengecek papan skateboard nya bila ada yang retak

"aku haus..ambilkan minuman di vending machine Rookie!?"

" Sendiri lah, punya kaki kan" sambil bersandar di pagar besi yang tidak jauh dari mesin minuman tersebut

"Sialan kau" bangkit sambil membawa skateboard nya

Ia pun memasukkan uangnya koinnya dan memencet tombol untuk minuman yang ia pilih, saat keluar ia pun segera meminumnya

"Tamie, kau tidak niat untuk kerja dengan kita gitu? Terus kamu berurusan terus sama polisi nggak dibantuin kita, apa nggak cape kau" sambil jongkok dan meminum minuman nya

" Sebenarnya aku ingin, tapi aku masih bingung aja" sambil minum dan melihat aktivitas di lapangan tersebut

" hemm... Ngomong-ngomong dia kenapa belum datang juga sih, ku cape nungguin dari tadi untung yang datang cuman kau doang" sambil menggerutu

Sesudah minum mereka mulai melakukan aktivitas skateboard nya masing-masing kadang Rookies minjam papan Tamie yang bermaksud ingin merasakan gimana papan skateboard nya Tamie pakai apakah enak di luncurkan atau nggak sama sekali. Tiba-tiba orang yang Rookies bilang datang, cowok yang berkaca mata bulat dan cowok yang memakai hoodie, Rookies senang dengan kedatangan dua orang tersebut dan menghampirinya dengan laga girangnya anak kecil

" Hoho akhirnya kau datang, gimana udah dapat nggak?"

"Apaan?? Aku nggak ngerti?"

"Ih kok gitu, sok ngga tahu aja kau tega sekali" sambil laga sedih yang membuat dua teman yang didepan itu cuman menghilang napas dan ia pun ngerti apa yang ia inginkan, ia lemparkan nya ke orang yang ia mengklaim sebagai orang aneh yang baru kenal beberapa bulan yang lalu, ia beri sebuah paket yang isinya sudah jelas Tamie tahu kalau Rookies suka menghisap serbuk gembira alias sabu berjenis ganja

"Nih. ini terakhir, beli sendiri lah" sambil membenarkan kaca matanya

"Haha thank, Jake"

Cowok bernama Jake tersebut hanya mendecih sambil memalingkan wajahnya

"Hoii Rookies, dari tadi kemana aja saat kita beraktivitas di sana?" Kata cowok yang memakai hoddie yang sedikit kebesaran

"Ohh aku lupa, tadi ada urusan mendadak tadi hehe sorry"

"Sialan kau, aku yang malah kena batunya dari polisi, dasar kelinci gila"

"Hehe, sorry Ricky"

Mereka akhirnya melakukan aktivitas yang tertunda karena dua orang tersebut baru datang, Tamie yang sedang duduk di sisi seluncuran skateboard, merenung. Ia ingin sekali gabung dengan mereka tapi hal yang ia takutkan adalah adiknya yang ia takutkan bakalan terlibatkan. Mereka bukan kerja sampingan seperti dirinya yang cuman kerjanya cuci piring di sebuah restoran cepat saji dan juga berprofesi sebagai kuli bangunan di kota yang otomatis dirinya pulang larut malam. Sisa keluarga yang ia miliki hanya adiknya satu-satunya karena orang tua tidak tau kemana, ayah maupun ibunya. Menyedihkan sekali, mereka berdua ditinggalkan oleh orang tua yang tidak ada rasa kasian sama sekali, untungnya rumah inilah yang tersisa.

Tamie sudah tahu dari rekan kerja ayahnya, bahwa ayah dan ibunya sedang cerai dan mereka memutuskan untuk menjalani kehidupannya masing-masing dan meninggalkan harta dan anak-anak nya juga. Terlihat kejamnya dunia menurut Tamie, adiknya yang masih sekolah dan ia harus kerja sampingan untuk mencari uang untuk dirinya dan adiknya juga. Meskipun ia cuman lulusan SMP karena insiden orang tuanya yang tidak ingkron lagi ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya.

Ngomong-ngomong tentang kerjaan tiga orang itu adalah pengedar serbuk kebahagiaan alias narkoba maupun ganja, transaksi nya yaitu tinggal pesan lewat mereka yang ditunggu di tempat yang dituju oleh pembeli. Untuk biaya nya itu lebih dari hasil kerjaan ia lakukan, bukan itu aja mereka juga bukan main skateboard aja mereka juga main-main jadi detektif yang diperintahkan oleh bos nya itu

"Dar!"

"AAAH!... Ahk sialan kau mengagetkan ku lagi!"sambil memukul kepala si cowok topeng kelinci itu

"Hahaha, asik sih kalau mengagetkan orang kaya kau ini, mudah sekali hihi. Ngomong-ngomong kenapa murung?" Sambil merangkul temannya itu

"Tidak, aku tidak murung. Aku lagi memikirkan apa yang kau omongin beberapa menit yang lalu" sambil mengalihkan wajahnya

"Yah itu terserah kamu aja, aku hanya memberi saran aja. Jangan pikiran gitu kalau kau nggak mau tidak apa-apa kalau sebaliknya yah nggak papa juga"

"Aku pertimbangkan itu, kalau aku bersedia aku bakal telpon "

"Okey kalau itu mau mu, aku tunggu itu"

Hari tidak terasa sudah sore, Tamie beranjak pergi kerja sesudah pamit ke tiga temannya itu. Disebuah restoran ia langsung stand by di dapur yang banyak piring kotor dan lantai kotor juga, ia pun mulai mulai bekerja sampai ia tidak sadar bahwa dirinya jadi bahan ejekan dari para koki didapur. Sambil mencuci piring Tamie berpikir ia bakal beli apa untuk adiknya karena ia bakal pulang tidak terlalu malam, sambil senyam-senyum ia tidak menyadari kedatangan bos pemilik restoran tersebut

"Tamie"

"Yah pak?" Sambil memutar badannya pada bos nya itu

"Sesudah beres kau datang ke tempat saya"

"Baik pak"

Sesudah beres dengan mengepel sebagai akhir dari kerjaannya, Tamie pergi ke tempat bosnya. Dan mendapatkan bosnya yang sedang duduk sambil baca koran

"Oh, datang juga kau" sambil meletakan korannya di sisi meja

"Maaf saya lama pak"

"Ini gaji mu" menyodorkan amplop coklat berisi uang

"Terimakasih pak" Tamie pun membuka sedikit, akan tetapi ia dahinya mengkerut karena jumlah gajinya tidak sesuai ia harapkan

"Pak kenapa gaji saya segini pak"

"Ada apa memang?"

"Apa saya melakukan kesalahan, pak?" Dengan nada khawatir

"Kemarin kau tidak menyadari kan, pelanggan kemarin menyerahkan piring yang ternyata masih ada sisa makanan di sisi piring. Dan satu lagi, piring tadi ada yang mengeluh makananya rasa sabun cuci piring jadi saya potong karena itu"

Tamie tidak menyadari itu, ia pun minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi dan beranjak pulang dari tempat kerjaannya. Tamie pun meluncur dengan skateboard nya dengan rasa sedih, gaji ia dapat tidak menjanjikan, dan seperti biasa bila ia dapat gaji kecil ia pun terpaksa mencuri uang dari pejalan kaki yang ia sengaja tabrak untuk membawa dompetnya itu, dengan ahli tangannya yang membuat target nya tidak tahu kalau dompet nya sudah diambil alih oleh orang lain. Sambil mengeluarkan uang dan membuang dompet, dan menghitungnya....

Tiba-tiba Tamie ditabrak oleh seseorang membuat mereka terjatuh dan papan skateboard nya meluncur ke jalan dan tiba-tiba hancur di tabrak oleh mobil

"S-sakit.. sialan! papan skateboard ku!" Sambil melihat serpihan papan skateboard menjadi dua bagian, Tamie pun berbalik ke sumber kejadian

"Hoii! An***g kau tidak lihat jalan apa!?" Sambil memaki, Tamie belum menyadari kalau yang ia tabrak itu seorang gadis sekolah

"Woii bocah! Kalau jalan pake mata bukan hidung!" Setiap makian Tamie keluarkan, tiba-tiba gadis itu lari meninggalkan dirinya yang bingung, papan skateboard nya patah ...

"Woii!! Kau mau kemana?! gantiin papan skateboard ku hah!!" Sambil berlari menyusul si gadis sekolah itu

Tamie mencari gadis tersebut susah payah karena hampir hilang dari tikungan jalan. Akhirnya Tamie temukan gadis tersebut, akan tetapi Tamie mengurung untuk memaki gadis tersebut karena ia melihat gadis tersebut di hajar oleh anak-anak sekolah yang ternyata oleh teman sekolahnya sendiri, karena seragam nya sama

Tamie pun tidak basa-basi ia pun melemparkan botol yang di dekat jalan tersebut ke pembully gadis tersebut, dan mengenai seorang yang lebih besar

"Woii malam-malam gini kalian menyiksa anak orang, tidak baik tau" sambil berjalan dengan santai

"Hey pak jangan ikut campur urusan kita, ini urusan kita dengan gadis sialan ini"

Dari salah satu dari mereka ada yang menarik rambut gadis itu dan tidak sengaja Tamie melihat gadis tersebut babak-belur, ada apa sih mereka nggak ada hati nurani sama sekali dalam hati Tamie berucap

"Kalian ternyata sama aja dengan iblis juga yah"

"Sial kau!"

Salah satu dari mereka menyerang Tamie, tapi Tamie dengan mudah mengatasi nya. Dengan beberapa jam Tamie mengatasi semua orang pembully dengan mudah, sambil mengambil satu batang rokok yang belum patik oleh pematiknya ia berjalan ke sumber masalah gadis tersebut, gadis tersebut duduk berjongkok di sudut jalan

"Woii bangun" sambil menarik rambut pembully ternyata perempuan, Tamie tidak peduli itu

"Kau jangan ganggu dengan gadis itu, karena aku punya urusan yang belum selesai. Jadi jangan berharap kau menunjukkan batang hidung didepan gadis itu, aku akan cari kau" Tamie melepaskan tarikan rambut tersebut, dan akhirnya mereka kabur dan menyisakan dua orang, dirinya dan gadis yang menambrak nya

"Kau boleh membunuh juga kok" kata gadis tersebut sambil bangkit yang tertatih karena lutut nya berdarah

"Hah! Kau bilang apa, kau liat papan skateboard ku hancur karena ulah mu!"Tamie mulai memaki di depan gadis tersebut yang ternyata tingginya hanya sampai dadanya

"Oke saya akan menggantikan papan skateboard mu, maaf karena saya tidak melihat tadi..." Sambil mengalihkan wajahnya dari cowok didepannya itu

"Okey, aku tunggu itu. Ngomong-ngomong lutut mu tidak apa-apa?" Membuat Tamie melihatnya keliatan tidak nyaman

'Kok berubah jadi baik' pikir gadis itu

"Kenapa? Kau tidak suka?"

"Heh, ... Cih sini kau" Tamie menarik gadis tersebut dengan paksa ke sebuah tempat untuk menyembuhkan luka gadis tersebut karena alasannya untuk payback menolong gadis ini

'Hah!! Aku dibawa kemana,tolong Tuhan'

Saat tiba, mereka berdua sudah tiba di sebuah apotek. Tamie membeli first aid, betadin jika perlu dan juga plester. Gadis itu dikira akan diculik atau diajak pergi ke suatu tempat yang dia tidak kenal itulah ia tidak terlalu berurusan dengan lawan jenis contoh nya cowok yang baru muncul dari apotek itu

"Nih obatin sendiri" Tamie menyerahkan semuanya kepada gadis tersebut

"Hm makasih"

Hening tiba-tiba. Tamie merasa tidak nyaman dengan keheningan ini ia pun mulai membuka suara

"Ngomong-ngomong disekolah, kau punya masalah apa dengan teman sekolahmu itu?" Sambil memerhatikan gadis yang duduk  itu sambil mengobati lukanya

"Itu tidak ada hubungannya dengan mu"

"Cih!"

'Sial dingin sekali' dalam hati Tamie

Mereka jadi membisu, tidak ada interaksi dari mereka berdua. Gadis itu pun selesai dengan mengobati lukanya, ia pun bangkit dari duduknya dan menghadap cowok itu

"Terimakasih untuk obat luka sama plester nya, nanti saya akan membayar untuk itu segera"

"Tidak usah repot-repot, aku lakuin ini karena tidak tahan karena lukamu itu" sambil sebat dan mengeluarkan asap ke samping

"Kalau gitu saya harus pulang dulu, terimakasih untuk semuanya" ketika akan berbalik si gadis tersebut di tahan oleh Tamie

"Ehh loh jangan main pergi aja, kau jangan lupa papan skateboard ku yang hancur itu oleh kau" sambil menarik pergelangan tangannya

"Berapa harga?"

"60 dolar"

Gadis itu shock tiba-tiba, gadis itu berpikir untuk mendapatkan papan skateboard itu ia harus bekerja lebih keras lagi atau mungkin ia harus berniat untuk menjual barang berharganya untuk papan skateboard itu

"Kalau kau tidak bisa untuk membeli skateboard ku itu, aku punya suatu tawaran lain kalau kau tidak bisa membelinya untuk mengganti kan skateboard ku"

"Apa itu?" Firasat ku tidak enak

"Jadilah gadisku sampai papan skateboard ku sudah ada ditangan ku"

Oh no!

Gadis itu pun berpikir, ia tidak terlalu sering membeli barang mahal kecuali ponselnya sekarang karena rusak waktu bulan kemarin. Kalau ia membeli papan skateboard itu dengan uangnya sendiri menurutnya itu hal rugi buatnya karena uang ia kumpul untuk sesuatu pribadi kalau orang tua nya nggak ada uang jadi ia tidak perlu meminta uang kepada orang tua, menurut nya itu sangat merepotkan

"Bagaimana?" Tamie pun memajukan badannya dan menyesuaikan tubuhnya dengan gadis tersebut sambil menggodanya

"Baiklah, janji itu sampai papan skateboard mu udah ada kan?"

" Okay kalau gitu, ngomong-ngomong namamu siapa?" Tamie memajukan wajahnya dengan wajah gadis tersebut membuat gadis bisa mencium bau rokok di mulut nya itu

"Lisa... Itu aja" sambil menundukkan kepalanya kebawah karena terlalu dekat, membuat Tamie terkekeh

"Hmm Lisa. Aku Tamie" cowok itu tidak bosan menatap gadis bernama Lisa tersebut menurutnya, gadis ini lucu juga

"Okay aku akan mengantarmu sampai rumah"sambil merangkul pundak kecil Lisa, membuat gadis itu kaget seakan ada listrik yang secara tiba-tiba menyengat pundaknya

"Hm tidak, terima kasih aku bisa sendiri kok" sambil mendorong pelan pada cowok tersebut

"Hoh Woi Woi kamu lupa janji kita?"

Gadis itu merinding melihat raut wajah cowok tersebut dan akhirnya ia cuman pasrah saja

"Iya maaf.. tapi tolong jangan pegang pinggang aku, itu membuatku tidak nyaman"

"Baik baik"

Mereka pun berjalan menuju ruang Lisa, sambil berjalan dan juga mengikuti kemana jalan yang akan tuju. Tiba-tiba Lisa menyuruhnya untuk sampai di sebuah gang yang ternyata jalan menuju ke rumah Lisa, awalnya Tamie kekeh ingin sampai rumahnya tapi Lisa menolak nya dengan halus

"Okay kalau kau mau itu, jadi selamat malam yah" sambil menepuk kepala Lisa pelan dan beranjak pulang

Lisa yang dibuat bingung ia pun hanya tidak peduli dan masuk kerumah, Lisa tiba-tiba menyentuh kepalanya karena disebabkan oleh cowok itu. Lisa bersumpah ia baru pertama kali di elus kepala oleh cowok, sampai-sampai pipinya berubah menjadi merah

😈

Tamie berjalan sambil menenteng bingkisan makanan, tiba-tiba ponselnya berdering dan ia angkat

"Halo, kau belum tidur"

'kakak dari mana aja, lama tau!' ternyata adik nya menelpon karena belum ada lauk pauk untuk makan

" Okay okay kakak segera pulang Kok, ini lagi jalan"

'hah Kaka jalan? Kan Kaka bawa skateboard'

"skateboard Kaka patah, tadi ada kecelakaan kecil di jalan"

' Kaka tidak apa-apa kan?!' dengan suara panik

" Kaka tidak apa-apa, cuman lecet dikit di tangan tapi sudah di obati, sekalian ke apotek tadi beli plester" sambil melihat tangan yang sudah di plester di suatu sudut tangannya

" Kaka tutup dulu yah, sudah didepan rumah ini" sambil melihat ke bagian jendela rumahnya yang ternyata adiknya sedang duduk manis di meja makan sambil menelpon Kaka yang belum sadar ternyata sudah didepan rumah

'oh ok kaka' si adik menutup teleponnya dan bergegas untuk membuka kunci rumahnya

Adik dan kakak tersebut makan dengan lahap tanpa ada percakapan karena mereka sama-sama lapar, sampai si adik membuka percakapan kepada Kaka nya

"Kaka ngomong-ngomong skateboard Kaka gimana, skateboard itu kan peninggalan sahabat kaka kan? apa Kaka tidak menyesal?"

Tamie hanya menghelang nafas karena disisi lain ia kesal juga karena skateboard itu adalah harta peninggalan dari sahabatnya yang telah meninggal karena sakit, tapi disisi lain skateboard nya itu sudah lama dipakai dan tidak pernah digantikan oleh skateboard yang lain karena ia sayang sekali dengan skateboard itu seperti ia sayang dengan sahabat itu

"kesal sih cuman mau gimana lagi sudah panah menjadi dua bagian karena mobil sialan itu, jadi Kaka tidak sempat menyelamatkan tuh skateboard" sambil membawa sebatang rokok untuk merokok sesudah makan

"hm gitu, ah Kaka tadi aku baru saja menyelesaikan pertandingan basket loh dan tim kita menang" dengan nada senangnya sambil girang dan tiba-tiba bangkit dari duduknya

"oh yah?, kalau gitu selamat adik laki-laki ku sudah jago sekarang" sambil menepuk kepala si adik

" hehe thank Kaka " sambil menggaruk leher yang tidak gatal

"oh jam sudah malam ternyata, Lean tolong bantu Kaka beresin piring nya" sambil bangkit dari duduknya

Si adik yang bernama Lean pun menanggapi nya sambil hormat para pelaut

"ayay kapten!"

Mereka pun membereskan piring bekas makan mereka dan sekalian cuci, dan Lean pun turut membantu Tamie. Tamie bagian cuci piring sedangkan Lean bagian ngelap piring

Setelah mereka selesai cuci piring, mereka memutuskan untuk pergi tidur, dan Tamie pun menyuruhnya untuk tidur dan jangan lupa matikan lampu dan Lean pun menanggapi nya

" Lean "

"iya kak" sambil bangkit dari tidurnya

"Tabungan kita masih banyak tidak?" sambil menyender di sudut pintu

Lean mengingat-ingatnya sambil sambil menghitung jumlah uang pakai tangannya

"hmm cuman 80$ dolar kak"

" hmm gitu"sambil mengangguk kepalanya"

"aku tahu kalau Kaka tadi menanyakan hal itu"

"Apa itu?"

"Kaka butuh skateboard baru kan?" sambil memasang muka evilnya

"fuh~ tidak Lean aku cuman menanyakan aja, karena tadi siang kau tidak makan kan?" sambil mengeluarkan asap rokok nya

"sudah kok, tadi aku makan sama teman di lapang"

"hmm iya deh, kalau gitu. ngomong-ngomong besok aku memberimu uang untuk makan siang karena Kaka bakalan pulang malam"

"baik kak"

"ok, sana tidur besok kau masuk sekolah" sambil mematikan rokoknya di asbak yang ia bawa

"iya Kaka" Lean pun segera tidur

Sekarang Tamie berjalan ke kamar yang disebelah kanan kamar adiknya ia pun ambruk ke kasur yang membuanya terlena untuk tidur karena besok ia akan sibuk kerja juga, Tamie pun membuka kaos atasannya dan langsung menyelimuti diri dengan selimut. Sebelum ia tidur, Tamie memasang alarm jam yang menunjukkan pukul 5 pagi karena ia bakalan berangkat jam 6 pagi dan juga menyiapkan sarapan untuk adiknya

" hahh besok lembur, tapi kalau tidak aku pergi dulu ke lapang nanti"

Ia pun segera mencari posisi tidur nya dan Tamie pun terlelap, sampai ia tidak menyadari ponselnya terdapat pesan masuk dari nomor tidak dikenal