Angin di atas atap kencang sekali. Jaket yang Hana kenakan tidak mampu menahan dinginnya angin yang menusuk kulit. Ia melangkah ke pagar beton setinggi satu setengah meter yang membatasi atap dengan secangkir kopi hangat. Berdiri di sana membuat rambutnya berkibar-kibar liar diterpa angin malam. Rok putih Hana melambai-lambai seperti menari.
Seoul masih menyala dalam lampu malam. Beberapa mobil terlihat melaju dengan kecepatan yang tidak biasa. Dari sini, semua terlihat lebih kecil dibanding yang ia lihat dari kamar.
Gemerlap bintang di langit tidak mau kalah. Saat Hana mendongak, pandangannya terpukau dengan jutaan bintang yang bersinar malu-malu. Imajinya berkeliaran, mengenang kembali saat dirinya menyukai E-X pertama kali. Ah, asal kau tahu, Hana lebih suka menyebut E-X sebagai Polaris daripada bias atau oppa.
Sewaktu kecil, ayahnya sering menceritakan tentang bintang, salah satunya Polaris. Namun, dari sekian banyak sistem bintang, Hana paling menyukai Polaris, sang bintang utara. Baginya, E-X sama seperti Polaris. Bintang yang bersinar paling terang di antara bintang-bintang lain.
Dulu, ia membayangkan bagaimana jika Polaris sangat dekat dengan bumi?
E-X telah mengubah cara hidup Hana, seperti polaris menjadi penunjuk arah yang kekal bagi umat manusia selama berabad-abad. Meski pernah meredup, polaris bersinar terang lagi, bahkan kecerahannya meningkat. Sama seperti E-X yang pernah kehilangan tiga membernya, dihujat oleh antis, tapi mereka mampu melaluinya dan kembali bersinar lagi, bahkan lebih bersinar dari sebelumnya.
Hana tersenyum tanpa sadar saat membayangkannya. Dia menyesap kopi lalu meletakkannya di atas pembatas.
"Sudah pukul dua malam. Apa kau selalu seperti ini setiap malam?" Suara Yoon membuyarkan lamunan Hana. Dia menoleh sekilas pada Yoon yang mendekat.
"Ya …. Ini membuatku merasa dekat dengan mereka."
"Mereka? Maksudmu E-X?"
Hana mengangguk. "Saat mereka di atas panggung, aku merasa mereka sangat jauh dan sangat sulit digapai. Mereka begitu bersinar, mataku tidak mampu menahan cahayanya."
Mendengarnya membuat Yoon tertawa. "Jangan bermimipi terlalu tinggi. Kita ditakdirkan sebagai bumi dan mereka adalah bintang."
"Jangan lupakan bintang jatuh, Yoon."
"Bintang tidak selalu jatuh di tempat yang kita perkirakan. Kau benar. Kita bisa berharap seperti bintang jatuh, tapi bukan berarti kitalah tempat yang dijatuhi bintang itu. Mereka sulit digapai, butuh ratusan bahkan jutaan tahun untuk menggapai. Namun, aku tidak peduli. Saat ini, aku ingin mendampingi mereka sampai cahayanya meredup."
"Mereka tidak akan pernah redup."
"Bagaimana kau yakin?" tanya Yoon.
"Karena meski tidak ada lagi orang yang menyukai mereka, aku akan tetap bersama mereka hingga akhir. Meski aku tidak bersama mereka sejak awal, aku ingin bersama mereka hingga akhir. Tidak peduli jika suatu saat nanti kita menjalani hidup masing-masing dan berkeluarga, aku akan tetap menjadi Eris mereka."
"Kenapa kau begitu puistis hari ini? Biasanya kau bertingkah konyol. Apa kau terbentur sesuatu?"
Hana tertawa, lalu memukul Yoon ringan. "Enak saja. Setelah melihat personil S0Ne tadi, aku merasa ingin menyerah. Mana mungkin aku bisa mengalahkan kecantikan mereka."
"Oh, karena tadi. Jangan pedulikan itu. Tetaplah jadi dirimu sendiri karena setiap wanita punya sisi cantiknya masing-masing."
"Kau juga tumben sekali berkata bijak." Hana tersenyum simpul seraya menyenggol siku Yoon, membuat sahabatnya itu terkekeh. "Aku ingin tidur. Nona Jung memintaku datang lebih cepat lagi besok," ujar Hana sembari berjalan meninggalkan Yoon.
"Hei! Tunggu aku!"
Sebelum masuk, Hana sempat berhenti dan memandang langit. Senyum manisnya mengembang ketika bintang-bintang itu semakin berkilau.
***
Hana berdiri di depan butik Nona Jung. Sebelum masuk, ia menarik napas panjang lalu mengangkat kepalan tangan. "Hwaiting!"
Udara dingin menerpa wajah Hana begitu memasuki butik minimalis bernuansa putih. Dengan seulas senyum tipis, Hana menyapa beberapa karyawan yang dijumpainya. Ada yang mengurusi desain baru, pakaian show model, atau pakaian yang dipesan artis atau stylist. Semuanya bekerja sesuai pekerjaan masing-masing, kecuali dirinya, si asisten muda yang malang. Sebelum masuk ke ruangannya, seorang karyawan tergesa-gesa menghampirinya.
"Ah, Hana. Nona Jung menunggumu di ruangannya."
"Aku?" Hana menunjuk diri sendiri sebelum mengangguk kaku. "Ah, baiklah. Terima kasih telah memberitahukannya padaku."
Hana membungkuk sebelum karyawan itu beranjak. Dia menghela napas, menebak kelakuan Nona Jung yang memperlakukanya sesuka hati. Namun, meski begitu, Hana tetap beruntung memiliki atasan baik yang tidak segan memberinya kesempatan untuk berkembang.
Dengan cepat, Hana menaiki tangga menuju lantai tiga. Di ujung koridor, terdapat pintu berwarna putih minimalis. Namun, belum sempat Hana mengetuk, pintu itu telah terbuka. Pandangannya ditutupi jas hitam mengilap yang amat mahal. Hana mundur beberapa langkah. Hana yang hanya setinggi dada harus mendongak untuk melihat sosok di hadapannya. Lelaki berusia tiga puluh limaan dengan rambut yang ditata rapi. Namun, yang membuat Hana canggung adalah raut wajahnya yang dingin tanpa ekspresi.
"Ah, akhirnya kau datang, Asisten Kim." Suara Nona Jung menginterupsi suasana canggung. Perempuan bertubuh langsing itu segera menghampiri. "Ini orang yang aku bicarakan tadi. Asisten Kim, beri salam."
Hana menurut. Dia membungkuk hormat, lalu mengucap nama. Sesekali dia melirik Nona Jung yang memperkenalkan mereka berdua tanpa memikirkan perasaannya.
"Tolong kau bantu aku, ya? Kau tahu kalau S0Ne memakai rancanganku untuk setiap penampilan mereka?" Nona Jung berbisik saat lelaki tadi menerima panggilan.
"Tapi, bagaimana dengan rancangan untuk pameran bulan depan? Aku bel—"
"Jangan khawatir. Aku akan menyuruh asisten lain membantumu. Hari ini mereka ada pemotretan dan ada stylist mereka yang tidak dapat hadir. Jadi manajer mereka datang dan memintaku untuk membantu mengurus pakaian mereka hari ini. Seperti yang kau tahu hari ini ada seorang model Eropa datang dan aku harus mengurusnya. Jadi kau saja ya? Aku mohon. Hari ini saja. Ya,ya? Aku hanya bisa percaya padamu tentang ini."
Hana menghela napas panjang. Ia tidak bisa menolak permintaan Nona Jung yang telah memberikannya kesempatan sejak empat tahun lalu.
"Baiklah."
"Ah, kau memang yang terbaik, Asisten Kang." Nona Jung tersenyum lebar mendengar jawaban Hana.
Awas saja jika kau tidak menambah bayaranku. Sebenarnya aku ini asisten Nona Jung atau stylist artis? Kemarin menjadi kurir dan sekarang mejadi stylist. Hana menggerutu sambil tersenyum kaku.
"Aku sudah menyiapkan pakaian yang bisa mereka coba. Kau hanya perlu mencocokkan dengan selera dan image mereka."
Hana mengangguk patuh. Setelah lelaki itu selesai menutup panggilan, Hana bergegas membawa pakaian-pakaian dibantu karyawan lain. Dalam hati, Hana mengagumi mobil yang dipakai stylist idol terkenal seperti S0Ne. Bahkan mobil pribadi Yoon pun masih kalah mewah dibandingkan ini.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di sebuah pantai dengan pasir berwarna putih bersih. Lembutnya pasir menyambut langkah Hana saat keluar mobil, seakan memancing Hana untuk melepas sepatu, lalu berlarian di pinggir pantai. Hana menggeleng kuat. Ini bukan saatnya main-main.
Sebuah mobil van berisi peralatan photoshoot terparkir agak jauh dari mobil yang membawanya. Hana segera membantu para staff dan asisten stylist menurunkan semua pakaian yang dibawa dan menyiapkan pakaian pertama mereka.
Tak lama para member datang. Hana dengan cekatan memberikan pakaian dengan tema yang telah ditentukan. Tapi ketika hendak menyiapkan pakaian kedua, Hana merasa ada yang ganjil. Kenapa ada pakaian pria?
"Apa pakaian untuk model pria sudah siap?" tanya manajer S0Ne padanya.
"Apa?" tanya Hana memastikan kebenaran atas apa yang ia dengar. Model pria? Jadi karena itu Nona Jung membawakan pakaian pria?
"Kau tidak tahu? Hari ini S0Ne dan E-X akan melakukan photoshoot bersama."
"Apa? Ah! Maaf. Baiklah, akan aku siapkan secepatnya."
Udara di sekitar cukup dingin mengingat musim gugur akan segera berakhir. Namun, Hana tidak merasa terlalu kedinginan karena hatinya mengangat. Sepertinya dia harus segera membenahi hatinya yang terus meluap-luap karena senang. Dia mengentakkan kaki sambil memandang ke sekeliling, seraya berpikir kalau dirinya akan segera bertemu E-X.
"Hore!"
Ketika seorang perempuan aneh berseru seperti di saat persiapan pemotretan, para staff langsung melempar tatapan aneh pada Hana. Namun, karena suara ombak yang berisik, tidak ada yang memperhatikan Hana kecuali orang di sekitarnya.
Dada yang sepertinya akan segera meledak akhirnya bisa kembali tenang. Rasanya untuk kali ini, Hana tidak akan mengeluh walau Nona Jung tidak menambah bayaran. Dia melangkah ringan, seolah-olah hari-hari yang menyenangkan akan terus menyambut di keesokan hari.
Tak lama kemudian member E-X datang bersama manajer mereka dengan pakaian kasual membuat Hana tak bisa melepas pandangan. Tampan, keren, dan ... berkharisma. Membuat gadis itu mematung di tempat dengan bibir yang tertutup rapat dan mata membulat. Jantungnya berdetak cepat tiap kali langkah mereka semakin mendekat.
"Maaf, apa pakaiannya sudah siap?" tanya K—member termuda kedua setelah Shi-Jin pada Hana, membuat gadis itu tersadar dari imajinasinya. Ia hanya mengangguk lalu memberikan pakaian yang telah dicocokkan pada mereka. Mereka hanya tersenyum melihat wajah Hana yang memerah.
Ya Tuhan demi apa pun. Aku berterima kasih pada Nona Jung hari ini! batinnya.