"Pah kok pa Mahmudi belum datang ya aku ada kuliah pagi ini," Kiara menengok kearah pintu.
"Sudah ditelepon?" Tanya Papah yang melihat Kiara kebingungan.
"Sudah pah dari jam 6 pagi tadi, dan gak diangkat. Biasanya jam 6 Pak Mahmudi sudah sampai ini sudah mau jam 7 belum kelihatan," kembali Kiara berusaha menelepon Pak Mahmudi.
"Kamu bawa kendaraan sendiri saja kekampus Ra" Faisal memberikan saran.
"Sudah jam segini pasti gak keburu, aku ada quis lagi," Kiara merasa kesal.
"Ya sudah aku antar saja , pakai motor biar cepat soalnya nanti jam sembilan aku ada meeting juga," Darren memberikan saran.
"Ya sudah kalau begitu kita berangkat sekarang Kak," Kiara menarik tangan Darren yang sedang meminum kopinya.
"Iya sebentar aku ambil jaket dulu," lalu Kiara mencium tangan ayahnya dan Faisal .
"Saya titip tas laptop di mobil ya Om tadi sudah bilang sama Pa Iman," lalu Darren pamitan dan bergegas keluar dari rumah menyusul Kiara yang sudah berdiri didepan garasi.
***
"Bisa tidak naiknya?" Setelah ia membantu memasangkan helm pada Kiara kemudian Darren membantu memegang tangan Kiara agar bisa naik keatas motornya, motor ber cc 250 itu memang lumayan besar untuk ukuran Kiara yang bertubuh mungil.
"Pegangan Ra?" Kiara hanya memegang ujung jaket Darren, Darren terpaksa menarik tangan Kiara untuk memeluk pinggangnya. Mereka melaju meninggalkan halamanan rumah.
"Kamu kuliah sampai jam berapa?" Darren membuka kaca pada helmnya ketika di perempatan lampu lampu merah.
"Jam 8.30 Kak," Kiara mendekatkan wajahnya pada Darren.
"Oooh masih ad 45 menit," Darren melihat jam ditangannya. Lalu menarik gas motornya ketika lampu sudah hijau. Kiara memeluk erat tubuh Darren.
"Terimakasih ka masih ada 15 menit lagi," Kiara turun dari motor Darren dia sengaja memarkirkan motornya dekat trotoar agar Kiara dengan mudah turun dari motornya.
"Sini aku bukain helmnya," Darren melihat Kiara kesulitan membuka helm.
"Sudah masuk sana nanti telat," Daren menyalakan motornya kembali.
"Ya sudah aku masuk ya Kak," Kiara lalu berlari masuk kedalam kampusnya.
***
"Kiara tolong dikumpulkan kertas quis nya" Dosen pengantar arsitektur menyuruh Kiara yang nampaknya sudah selesai mengerjakan soal-soal. Mereka keluar satu persatu dari kelas sementara Kiara kembali kebangkunya untuk merapihkan peralatan tulisnya.
"Kiara," suara dibangku belakangnya memanggilnya, dia menengok kebelakan bangkunya ternyata Dilan
"Ada apa Lan?" Kiara masih memasukan alat tulis kedalam tas nya.
"Nanti aku ikut kelompok kamu boleh gak?" Dilan lalu berdiri disamping Kiara.
"Lho bukanya kamu udah satu grup sama Adit ya?" tanya Kiara bingung.
"Eka minta masuk grup Adit jadi gue tukeran sama Eka bisa ya?" Tanya Dilan lagi.
"Kok Eka gak bilang sama gue kalau dia mau pindah grup," Kiara berdiri dia hendak keluar kelas.
"Belum kali Ra," Dilan membuntuti Kiara dari belakang.
"Ya sudah kalau gitu, tapi tolong kasih tau sama Eka ya jangan nanti dipikirnya aku yang ngeluari," Dilan menganggukan kepalanya, lalu mereka berjalan cepat keluar kelas khawatir terlambat karena dosen nya lumayan killer, Kiara bergegas menuju kelas diruangan lainu dia masih ada kuliah berikutnya.
***
"Abis ini mau kemana Ra?" Dilan menatap Kiara yang sedang merapikan laptopnya di meja kantin.
"Pulang," Dilan hanya menatap Kiara.
"Gak kepengen nongkrong dulu kaya teman-teman yang lain?" Dilan masih menatap Kiara. Kiara hanya tersenyum
"Nongkrong itu nama middle aku tapi dulu waktu SMA, sekarang udah males nongkrong-nongkrong kecuali sambil pacaran," Kiara lalu membuka ponsel ada pesan masuk ke ponsel.
"Ra nanti jangan lupa kirim alamat emailnya ya biara aku bisa cepet kirim hasil rangkumannya ke kamu," Dina lalu berdiri dari bangku kantin.
"Siap, nanti gue ingetin yang lain satu-persatu, paling telat kamis ya dikumpulinnya biar bisa diprint dan di jilid," Kiara mengingatkan teman-temen yang lain. Kiara kembali melihat ponselnya dia membuka pesan dari Darren,
"Aku sudah dideket halte bus yang kamu turun tadi ya."
Me:
"Iya ka tunggu sebentar aku kesana," Kiara membalas pesan Dilan.
"Gua duluan yah jemputan gue udah sampe," Kiara bergegas keluar kantin.
"Bareng Ra gue mau kehalte juga ojol gue munggu disana," Rika teman sekaligus sahabatnya berjalan mengikuti Kiara.
"Ra pelan-pelan jalannya, lu kecil tapi kalau jalan cepet," Rika yang pake hills kewalahan mengikuti jalan Kiara.
"Lagian lu pake hills segala, pake kets lah biar praktis," Kiara tertawa melihat Rika yang kerepotan berjalan dengan hillsnya mengikuti langkah Kiara.
"Eh cowok ganteng amat tuh Ra," Rika menarik tangan Kiara.
"Mana ka?" Kiara bingung karena disana hanya ada Darren yang sedang duduk di motor sambil melihat ponselnya.
"Itu yang duduk dimotor, masa lu gak liat," Kiara tersenyum mendengar perkataan Rika.
"Lu mau kenalan, noh cowo lu udah nunggu apa gak takut diputusin," Kiara menggoda Rika.
"Emang lu kenal? Kalo putus dapet yang begitu mah gue rela Ra" Rika tersenyum-senyum.
"Ya udah ayo gue kenalin mumpung ada cowok lu biar dia tau ceweknya mata keranjang," Kiara kembali menggoda Rika.
"Ih elo jahat amat Ra," Rika lalu berjalan mendekati pria yang menggunakan motor metic putih besar.
"Lama ya ka nunggunya?" Kiara menghampiri Darren lalu menerima helm yang diberikan untuknya.
"Kiara, awas ya," Rika melewati Kiara dengan dibonceng motor metic besar warna putih.
"Hahaha salamin gak," Kiara tertawa-tawa yang dibalas Rika dengan memeletkan lidah dan lambaian tangannya.
"Ayo cepet naik," Kiara memegang pundak Darren lalu menaiki motornya. Mereka meninggalkan kampus diikuti beberapa pasang mata karena biasanya Kiara selalu dijemput supirnya dengan mobil mewah.
"Kamu sudah makan Ra?" Darren menjalankan pelan motornya.
"Sudah tadi dikantin, kakak sudah makan?" Kiara balik bertanya.
"Belum, habis meeting langsung jemput kamu," Darren kemudian menutup kaca helmnya.
"Lapar ka? Aku temenin makan mau gak?" Kiara mendekatkan wajahnya Pada Darren yang tertutup helm.
"Boleh kalau kamu gak keberatan," Daren tersenyum dari dibalik helmnya.
"Gak donk, nanti kualat kalau gak nemenin calon suami," Kiara tertawa sambil mempererat pelukannya pada Darren. kata-kata yang selalu diucapkan kedua kakak jika sedang menggoda dirinya, Darren tersenyum dibalik helm kalau saja gak di motor sudah dia cium Kiara.
***
Darren menghentikan motornya disebuah Cafe, tempatnya Rimbun dipenuhi pepohonan tampak sejuk, Kiara turun dari motor lalu berusaha melepaskan helm yang dia pakai.
" Sini aku bukain," Darren menarik lengan Kiara agar mendekat kearahnya kemudian membuka pengkait helm dan melepaskan helm dari kepala Kiara. mereka lalu berjalan beriringan, Darren mengambil jari jemari Kiara dan menggenggamnya kemudiab mereka berjalan memasuki Cafe yang disambut oleh seorang pelayan, mereka diantar untuk duduk dikursi yang khusus untuk dua orang saja.
"Ini buku menunya Kak, mau pesan sekarang atau lihat-lihat dulu?" Darren membuka buku menu dan melihat-lihat menu utamanya.
"Sekarang saja mas, saya pesan ikan dori with potetoes sama minumnya orang juice dan air mineral, air mineralnya jangan dingin, kamu mau apa Ra," Darren menatap Kiara yang sedang membuka-buka buku menu.
"Ini isinya apa Mas?" Kiara menunjuk pada minuman hijau yang ada didaftar menu.
"Itu Nanas kemudian Lemon ,Kiwie, Pokcay sama Brokoli, rasanya segar Mba," dia menjelaskan minuman ya Kiara tanya.
"Okey deh saya mau sama rujak mangga nya ya 1," pelayan itu menyebutkan pesanan mereka kembali lalu pamit untuk menyiapkan pesanan yang mereka order.
"Ka, nanti rujaknya kalau banyak bantuin yah," Kiara memegang pergelangan tangan Darren yang sedang melihat-lihat ponsel, Darren menatapap Kiara lalu tersenyum.
"Iya sayang, nanti aku bantu abisin," lalu kembali pandangannya ke Ponsel.
"Ngurusin apa sih Kak sibuk banget, tahu lagi sibuk gak usah jemput aku," Kiara memandangi Darren yang sedang membalas pesan masuk ke ponselnya.
"Buat kamu , aku pasti ada waktu," Darren mengelus-elus tangan Kiara, tak lama pesanan mereka datang lalu mereka menikmati sambil sesekali mengobrol dan mengomentari makanan yang mereka pesan.