"Pah Kiara boleh bawa mobil yah kekampus sampai acara pentas seni selesai soalnya Kiara butuh untuk mobile, dan kiara gak tau pulangnya kapan kasihan kalau pa Mahmudi yang nungguin tapi waktunya gak jelas " Kiara menghampiri Papahnya yang sedang duduk diruang tengah.
"Sudah bilang Darren belum?" Indra menatap Kiara.
"Kok bilang ka Darren sih Pah emang aku anak nya dia?" Kiara memajukan mulutnya.
"Lah kamu kan calon istrinya harus mulai patuh donk" Indra memecet hidung putrinya semata wayang.
"Ihhh Papah apaan sih," Kiara kesal lalu masuk kedalam kamar.
" Kiara kenapa pah" Faisal menghampiri Papahnya yang sedang duduk di ruang tengah.
"Dia minta bawa mobil kekampus selama persiapan acara kampusnya," Indra menjelaskan.
"Oooh lalu, emang Papah larang?" Faisal mengambil pisang goreng yang terletak didepan meja.
"Bi minta tolong buatkan kopi buat aku bisa gak? " Faisal melihat bi Isah yang sedang merapikan meja makan.
"Boleh Den sebentar ya" bi isah melangkah kearah dapur sambil membawa piring kotor bekas makan malam.
"Papah gak larang cuma Papah tanya sudah minta izin Darren belum, eh ngambek," Indra tersenyum sambil kembali melihat acara di TV.
"Darren lu udah tau belum Kiara minta bawa mobil sendiri kekampus" Darren yang baru selesai mengaji setelah sholat isya hanya menggelengkan kepala kemudian dia duduk di sofa dekat Faisal.
"Dia ngambek gara-gara Papah suruh izin kamu dulu," Faisal menjelaskan.
"Lho kok harus izin saya Om?" Darren bingung.
"Kamu kan calon Imamnya dia harus belajar menghormati kamu," Indra memandang Darren yang hanya tersenyum. Sebenarnya sampai detik ini dia belum pernah menyatakan cinta secara langsung pada Kiara namun dia berusaha menunjukan kepada Kiara bahwa dirinya menyayangi dan mencintai Kiara, menunggu kalau Kiara benar-benar siap menerimanya.
"Ya sudah Om saya tanyakan dia dulu alasannya," Darren lalu berdiri dari kursinya.
"Lu mau kemana?" Faisal bertanya melihat Darren yang berdiri.
"Nyari Kiara" Darren lalu berjalan menaiki tangga karena Kamar Kiara dan Rendy posisinya ada di lantai dua.
"Ra.." Daren mengetuk kamar tidur Kiara namun tidak ada jawaban. Daren membuka pintu kamar Kiara yang ternyata tidak dikunci. Kiara yang sedang asyik mendengarkan lagu sambil membaca ditempat tidur ketika Daren masuk kekamarnya.
"Ada apa Kak kok ngak ngetuk pintu dulu," Kiara protes karena Darren masuk kamarnya sebelum dia mengiyakan, Kiara melepas headsetnya.
"Aku panggil-panggil dari tadi gak denger, makanya aku masuk siapa tau kamu pingsan" Darren menggoda Kiara, Dia berdiri didepan pintu kamar Kiara.
"Boleh masuk gak?" Darren bertanya Kiara menganggukan kepalanya, Darren menutup pintu kamar Kiara lalu masuk.
"Kamu gak mau tanya sesuatu sama aku?" Darren duduk dipinggir kasur Kiara.
"Nanya apa?" Kiara membolak balikan bukunya.
"Ya sudah kalau gak ada yang mau ditanyain aku keluar," Darren bersiap untuk berdiri tapi Kiara menarik tangannya sehingga duduk kembali dipinggir Kasur Kiara.
"Aku disuruh minta izin sama kakak buat bawa mobil kekampus, " Kiara lalu mengambil guling dan menaruh diatas pahanya.
"Oh jadi disuruh bukan karena kemauan kamu sendiri," Darren memandangi wajah Kiara yang masih menunduk sambil memainlan tali gulingnya.
"Bukan gitu juga, ahhh udah lah," Kiara menidurkan badannya memunggungi Darren. Darren tersenyum, Kiara memang mandiri namun karena semua orang memanjakannya terutama Faisal terkadang membuatnya sangat manja dan itu membuat Darren sangat gemas dibuatnya. Daren menarik tangan Kiara hingga kiara duduk kembali.
"Jangan ambekan ah," Darren menyolek hidung Kiara lalu mendekatkan posisi duduknya kearah Kiara.
"Ya udah kamu mau nanyain apa emangnya?" Daren memegang tangan Kiara lalu menyelipkan rambut Kiara ditelinganya.
"Aku kan lagi persiapan untuk acara pentas musik jadi musti wara wiri kesana kemari, " Kiara menatap Darren yang masih memperhatikannya.
"Lalu?" Tanya Darren, walaupun Darren tau arah pembicaraan Kiara, ia mencoba agar Kiara membuka diri padanya.
"Aku perlu bawa mobil sendiri biar gak menghambat kegiatannya, boleh ya?" Kiara menatap Daren.
"Boleh mmmmh tapi ada syaratnya," Darren berusaha bersikap serius agar Kiara tidak menganggap semua urusan itu mudah dan dia bisa seenaknya.
"Apa syaratnya?" Kiara bertanya dengan suara pelan.
"Kalau pulang telat kamu wajib lapor biar orang rumah gak bingung atau khawatir dengan kamu, kalau memang tidak penting banget dan urusan kamu sudah selesai kamu cepet pulang, gimana? Bisa?" Darren menatap Kiara lembut. Kiara menganggukan kepalanya.
"Kok cuma anggukin kepala" tanya Darren.
"Iya," Kiara menjawab mantab.
"Senyum donk, kok iya nya gak semangat gitu," Darren mengambil tubuh Kiara kedalam pelukannya, Kiara tidak menolak karena walaupun Darren tidak pernah bilang cinta pada dirinya secara langsung dia tau semua yang ditunjukan padanya cukup memberi tahu dirinya kalau Darren menyayangi.
"Aku mencintaimu apa adanya, Kiara jangan berubah tetap menjadi Kiara yang aku kenal, ceria dan penuh semangat," Daren berkata itu karena sejak kuliah Kiara agak berubah dia jauh lebih pendiam dibandingkan ketika SMA dulu, dia mencintai Kiara apa adanya dan tidak ingin merubah Kiara menjadi orang lain. Dengan ragu Kiara membalas pelukan Darren lalu Kiara menatap wajah Darren dan tersenyum yang dibalas senyum oleh Darren Kiara menemukan mata yang teduh disana, Darren mengecup bibir kiara lembut lalu melepas pelukannya.
"Ya sudah kamu terusin bacanya jangan tidur malam-malam ya," Darren mengacak-acak rambut Kiara lalu berdiri dan keluar dari kamar Kiara.
"Abis ngapain lu dikamar Kiara?" Randy menggoda Darren yang berpapasan didekat kamarnya.
"Bujuk yang ngambek pengen bawa mobil sendiri," Darren lalu berjalan kearah tangga untuk turun keruang tengah.
"Berhasil?" tanya Randy penasaran yang dijawab anggukan oleh Darren. Randy mengikuti Darren yang turun kebawa.
"Tumben tuh nurut cepet" Darren cuma ketawa.
"Emang lu izinin?" Tanya Randy penasaran.
"Iya tapi tetep gua kasih syarat?" jawab Darren sambil kembali keruang tengah.
"Jadi lu izin Kiara bawa mobil sendiri?" Faisal yang mendengar percakapan Randy dengan Darren penasaran.
"Iya tapi dengan syarat pulang kalau sudah urusan selesai gak pake nongkrong, kalau harus pulang telat wajib lapor," Darren menceritakan syaratnya.
"Kalau ngelanggar gmn?" Randy penasar.
"Ditarik lah mobilnya," Darren tertawa.
"Tapi sejak anak itu kemana-mana ama lu tuh anak jadi lebih nurut, lu apain tuh anak?" Randy penasaran.
"Gak gua apa-apain, gue cuma nyontohin dengan sikap gue aja, karena gue gak ada niatan ngerubah Kiara jadi pribadi yang berbeda, gue tetep pengen Kiara jadi pribadi yang ceria, berani dan mandiri.
Faisal mengacungkan jempolnya nya.
"Gue setuju itu dan gue dukung, tuh Ran lu kalau punya pacar jangan pernah merubah pribadinya tapi menjadikannya agar lebih baik?" Faisal menasehat Randy.
"Sotoy lu ah, lu emang mana bisa ngerubah Indah secara yang bucin lu ama dia," Randy dan Darren hanya tertawa.
"Dih lu ya kalau dikasih tau, mening bucin lah dari pada jomblo," Faisal melempar bantal keatah Randy.
"Eh Darren gimana kalau kita jodohin si Randy ama temennya Kiara yang kemaren ketemu di mini market kampus," Faisal tertawa-tawa.
"Sembarang lu, emang cakep?" Tanya pada Darren karena terkadang perkataan Faisal tidak bisa dipercaya.
"7,5 lah" Darren menjawab pertanyaan Rendy.
"Yah std donk" Randy menaikan kakinya keatas sofa.
"Kagak, beneran cakep cuman kelakuannya rada absurd kaya loh," Faisal dan Darren tertawa geli.
Randy yang kesal berdiri dari sofa sambil melempar dua bantal kursi kearah Darren dan Faisal. Tidur ah udah malam," mereka Kemudian masuk kekamar masing-masing.
(Back to Kiara after first kisses oleh Darren)
Kiara tersenyum sendiri setelah Darren keluar kamarnya, akhirnya setelah sekian lama Darren bilang sayang padanya, walaupun dia gak minta jawaban dari dirinya.
Kiara memegang bibirnya yang tadi di kecup Daren seumur-umur baru kali ini dia di cium dibibir oleh pria yang bukan saudara kandungnya. Bibir Darren terasa lembut di bibirnya Kiara memeluk gulingnya erat dia guling-guling diatas kasurnya senang, lalu membenaman kepalanya di bantalnya pelukan masih terasa hangat ditubuhnya pelukan yang berbeda dirasakan jika dia memeluk kedua kakaknya atau ayahnya, dia cuma bisa membandingkan dengan kedua saudara kandungnya karena sebelumnya belum pernah dia dipeluk oleh lelaki selain saudara kandung dan ayahnya. Tak lama Kiara tertidur dengan bibir tersenyum bahagia.
***
"Jadi gimana bagian pendanaan sponsor sudah banyak?" Johan ketua pelaksana menanyakan kepada rekan-rekan ketika rapat dimulai.
"Sudah ka ada dari minuman energy, kemudian mie instan, kosmetik, start resort keys market n co itu sih yang saya dapet totalnya sendiri sdh mencapai 178 juta jd kalau dari proposal disini kita perlu sekitar 207 juta berati kita masih perlu dana sekitar 29 juta lagi," Kiara menguraikan apa yang sudah dia dapat. Sebenarnya dana terbesar didapat dari keys market n co yang merupakan perusahan ayahnya yang dikelola oleh Faisal dan Darren namu Kiara meminta Rika untuk tidak membocorkan itu pada teman-teman panitya.
"Wah kerennnn kita masih punya waktu 3 minggu lagi sampai acara puncak ada lagi yang bagian sponsor ?" Johan menanyakan pada teman yang lain lalu Dicky memgacukan tangan
"Gua dapet 5 juta dari kopi saset sama 4 juta dari makanan ringan" jadi total berarti 187 juta kurangnya tinggal 20 juta" Dicky menjelaskan hasil dia mencari donatur dananya.
"nanti kalau ada yang mau menyumbang secara pribadi juga gpp buat menutupi kekurangan," Rike angkat bicara dia sie bendahara dan lumayan tajir biasanya kalau kurang-kurang dia akan menutupinya, ayahnya merupakan anggota dewan salah satu partai dan pengusaha kayu.
Lalu rapat berlanjut ke seksi yang lainnya tak terasa jam sudah jam 8 malam untungnya tadi sehabis magrib Kiara sudah mengirim pesan satu pada Darren ,Faisal , Rendy dan Papah bawa dia pulang terlambat.
"Belum selesai rapatnya ra? Kalau pulang hati-hati ya jangan ngebut-ngebut," pesan Darren masuk kedalam ponselnya, sejak jadi panitia Kiara jarang bertemu Darren hanya ketika sholat subuh dia bertemu dengan Darren ada rasa rindu terselip dihatinya.
"Ra kamu pulang dengan siapa, aku anter deh" Riko mendekati Kiara.
"Aku bawa kendaraan kok kak" Kiara menjawab sopan. Rata-rata panitia memang angkatan atasnya hanya beberapa dari anak semester dua. Dikejauhan Rivan memperhatikan Kiara.
"Liatin siapa lu" eva teman seangkatan Rivan menganggetkan dirinya yang sedang memperhatikan Kiara.
"Gua denger Kiara udah punya pacar kata anak-anak, ganteng banget cuma sayang pake motor, siapa tau lu bisa geser dia dengan mobil jeep lo" Eva mengompori Rivan.
"Emang lu pernah liat cowok nya Kiara kaya apa?" Rivan penasaran.
"Belum sih, cuma gue pernah liat Ig nya dia, ada dia sama cowoknya difoto bareng kayanya itu foto liburan di bali deh.
"Oya, apaan nama igny?" Rivan semangkin penasaran.
"Little_Kiara nulisnya kaya gini" Rivan membuka Ig Kiara yang memang tidak di privite oleh Kiara.
"Diantara tiga cowok ini gak tau yang mana cowoknya, gue rasa yang ini" Eva menunjuk foto Darren. Dibawah Ig tertulis my bodyguard lalu icon hati. Ada beberapa foto dimana Kiara bergantian berfoto dengan dua kakaknya dan Darren.
"Udah maju aja, eh tapi nenek lampir lu gimana jangan ampe ngehancurin rencana lu," nenek lampir yang dimaksud oleh Eva adalah Dahlia, Dahlia memang sangat menyukai Rivan, terobsesi pada Rivan. Terkadang membuatnya suka bertindak ekstrem pada perempuan yang disukai Rivan, berapa kali dia harus bersikap keras pada Dahlia karena membully perempuan yang menyukainya atau dekat dengan nya namun dia tidak pernah berani dengan Eva karena dia tahu siapa Eva walaupun Rivan tidak pernah tertarik pada Dahlia sepertinya dia tidak perduli apalagi dia suka menunjukan superpowernya dengan menunjukan kalau dia adalah anak petinggi negeri ini. Sebetulnya Rivan pertama kali melihat Kiara ketika pas maba dan dia sudah kepincut dengan Kiara. Yang mungil namun energik.
"Kiara" Rivan mendekati Kiara yang sedang membereskan isi tas nya.
"Ra gue duluan ya udah dijemput" Rika meninggalkan Kiara yang masih sibuk memasukan bu catatan kedalam tasnya.
"Iya Ka, hati-hati," yang dijawab dengan jempol oleh Rika.
"Kamu dijemput?" Rivan bertanya ketika dia sudah dekat dengan Kiara.
"Gak kak, eh aku pulang duluan ya ka," ia melihat jam ditangannya sudah hampir jam 9.
"Aku antar Ra" Rivan hendak berbalik untuk mengambil ranselnya.
"Gak usah kan" jawaban Kiara membuat Kiara membalikan badannya kembali.
"Gak papa ko Ra udah malem kalau kamu pulang sendiri" Rivan akhirnya mengambil tas ranselnya lalu mendekati Kiara dan menarik tangan Kiara. Namun Kiara berhenti melangkah dan tersenyum kearah Rivan sambil melepas pegangan Rivan padanya, hal yang tidak pernah dia lakukan pada Darren.
"Eh sori" Rivan gugup melihat tatapan Kiara.
"Gak usah diantar kak, kalau diantar nanti mobil aku siapa yang bawa?" Kiara berusaha menghilangkan kecanggungan Rivan karena dia sudah melepaskan pegangan tangan Rivan.
"Oh kamu bawa kendaraan sendiri, tuben?" Kiara hanya tersenyum padahal sejak SMA dia selalu membawa kendaraan sendiri sampai akhirnya ditarik karena dia membolos dan berkelahi dengan anak OSIS, waktu SMA Kiara memang preman julukkan yang disematkan Randy, kakaknya pada dirinya.
"Aku pulang ya ka" Kiara bergegas meninggalkan ruang rapat semakin lama dia berbincang dengan Rivan semakin malam juga dia sampai di rumah.
"Ya sudah ayo bareng keparkiran" Rivan lalu berjalan disamping Kiara.
"Kamu parkir dimana Ra" hanya tersisa beberpa mobil dikampus karena memang hari sudah malam.
"Itu yang warna abu-abu Kiara menunjukan mobil mesedes benz GLA terbaru. Tadi waktu sampai kampus Rivan sudah melihat mobil itu dia tidak berfikir itu mobil Kiara.
"Aku duluan ya ka," Kiara lalu masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan Rivan yang masih menatapnya diparkiran sambil tersenyum.
"Jika dia menggunakan mobil sebagus itu kenapa masih mau sama cowo yang cuma pakai motor" pikir Rivan, dia tidak tahu motor Darten yang dipakai seperti apa.