"Om siang ini aku mau minta izin keluar dengan Kiara," Darren berkata sambil melirik Kiara, Kiara yang mendengarnya nyaris tersedak karena subuh tadi pembicaraan mereka belum selesai.
"Weeeeeiiissshh akhirnya," Randy berteriak lalu mengacak-acak rambut Kiara. Sementara papah hanya tersenyum.
"Kamu kapan Ran punya pacar?" Papah meledek Randy karena dari jaman SMA walaupun tengil, tidak sekalipun Rendy memiliki kekasih.
"Nanti pah dikenalin langsung nikah" jawabnya sambil memasukan bubur kacang hijau buatan Faisal kedalam mulutnya.
"Pacar aja gak punya mau ngelamar" Faisal meledek Randy.
"Lah dari pada kakak, bucin ama Indah kagak dapet-dapet," Randy balik meledek Faisal.
"Nih!" Faisal menunjukan WAnya pada Rendy.
"Apaan tuh?" Rendy lalu membacanya.
"Pagi sayang "
"Pagi juga mas" Faisal menarik ponselnya.
"Oh jadi itu alesannya makanya gak bisa nemenin Kiara nonton," Kiara memelototi kakaknya merasa diabaikan.
"Kamu kan punya Darren, ngapain coba minta temenin aku," Faisal nyengir sambil meneruskan makan bubur kacang hijau nya.
"Jadi bagaimana om?" Darren kembali bertanya.
"Ohhh iya sampai lupa jawab, iya boleh kok pulangnya jangan malem-malem ya," Papah membelai kepala Kaira yang duduk didekatnya.
"Iya om, terima kasih," Darren lalu melanjutkan sarapannya.
"Eh tunggu kalian kapan jadiannya?" Randy penasaran.
"Ih apaan sih," Kiara memukul Randy dengan kepalan tangannya.
"Aduh," Rendy berteriak kesakitan bagaimanapun juga Kiara belajar beladiri tentu saja pukulannya akan lumayan keras.
"Lu yakin mau ama nih anak, ati-ati aja lu jadi samsaknya" Randy memegang tangannya yang dipukul Kiara.
***
"Ka kita mau jalan jam berapa?" kiara mengirim pesan kepada Darren.
"Habis dzuhur," Darren ternyata telah berdiri dibelakang Kiara.
"Aduh, kaget tahu kak untung piringnya gak kelepas," Kiara baru saja selesai memakan buah mangga yang dia kupas tadi.
"Lagian orang serumah pake kirim WA segala," Daren mengacak-acak rambut Kiara.
"Aku pikir Kak Darren ada diatas, makanya aku kirim Wa," Kiara berkelit.
"Bisa aja," Darren memencet hidung Kiara.
"Jiahhhh pacaran jangan didepan jomblo donk, kagak kasihan apa?" Ra4ndy yang melihat sedikit sewot lalu naik menuju kamarnya. Kiara melotot mendengarnya.
"Udah gak usah diladenin mending bantuin aku cuci motor," Darren mencolek hidung Kiara.
"Gak mau, genit ih," Kiara berlari kekamarnya sementara Darren hanya senyum-senyum senang.
***
"Pah aku jalan ya," Kiara pamit pada Indra yang sedang membaca buku dikamarnya.
"Om Darren jalan dulu ya," Darren berdiri dibelakang Kiara.
"Iya hati-hati, om titip Kiara ya," Indra berjalan keluar kamarnya.
"Titip Ren, jangan lu tuker sama beras ya," Randy tertawa dari dalam kamarnya.
Kiara hanya memeletkan lidahnya.
"Kak kenapa gak naik motor aja sih?" Kiara penasaran.
"Nanti kamu masuk angin" Daren kemudian mengeluarkan mobil dan menjalankan menuju pusat perbelajaan untuk membeli kemeja seperti permintaan Daren semalam.
"Tapi aku suka naik motor, aku juga belum pernah mencoba motor besar seperti punya kakak," Kiara menyenderkan badannya kepintu mobil sehingga dia bisa menatap Darren, "ehhh ganteng juga memang pantes aja Lia begitu heboh di Ignya," Kiara masih memandangi Darren.
"Kenapa ngeliatin kaya gitu? " Darren melirik sambil tersenyum, Kiara yang merasa kepergok segera membuang mukanya kearah jendela. Darren tertawa melihatnya, tangan kirinya membelai rambut Kiara lembut.
"Nanti kalau keluar lagi kita naik motor ya," Darren tersenyum, sementara Kiara masih mengutuki dirinya yang tadi menatap Darren .
"Udah donk jangan liat kejalan lagi" Darren mengambil jari tangan Kiara lalu tersenyum sebentar kearah Kiara, karena harus mengendarai mobilnya.
"Janji ya nanti lagi kalau keluar pakai motor," Mata Kiara terlihat senang sementara Darren hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
***
Setelah memilih beberapa potong kemeja untuk Darren Kiara memandang pada jam tangan di etalase, Kiara memang pernah berencana membeli jam tangan Nike namun belum sempat saja, Darren menghampiri Kiara yang sedang melihat-liat jam. seorang pramuniaga menghampiri mereka.
"Ada yang bisa saya bantu mba?" Dia menyapa ramah.
"Cari model apa Ra?" Darren memeluk pinggang Kiara.
"Yang biru itu bagus ya, mas saya boleh liat itu?" Tak lama Pramuniaga counter mengeluarkan jam yang Kiara maksud.
"Bagus gak Kak?" tanya Kiara sambil mempelihatkan jam tangan yang dia maksud.
"Bagus tapi perasaan kamu punya model yang mirip seperti itu Ra," rupanya Darren memperhatikan barang-barang yang sering Kiara pakai.
"Ini model couple juga ada ka," pramuniaga counter mengeluarkan barang dimaksud.
"Keren Ra," Darren memegang jam yang ditunjukan padanya.
"Aku mau couplean ama siapa" Kiara melirik jam yang pegang Darren, sebenarnya dia suka dengan modelnya untuk yang ceweknya bagus tidak terlalu seperti jam laki-laki tapi juga tidak terlalu feminim.
"Sama aku lah, emang kamu mau sama siapa coupleannya?" Darren memegang kepala Kiara mas penjaga counter hanya tersenyum melihatnya.
"Yakin? Aku sih suka," Kiara berkata pelan Darren hanya tersenyum.
"Tapi aku yang bayar," Kiara menatap Darren tak berkedip tanda dia berkata serius.
"Kok harus kamu yang bayar?" Darren membalas memandang mata cantik Kiara.
"Kan aku yang mau," Kiara memegang tangan Darren khawatir Darren tersinggung.
"Okey tapi ini yang pertama dan terakhir kamu beli pake uang kamu, kecuali kamu udah kerja nanti," Daren kembali membelai Kiara.
"Okey," Kiara mengacukan jempolnya.
"Buka ka jam nya ya?" Darren memberikan lengannya pada Kiara, Kiara membuka jam yang dipakai Darren dan memasangkan jam yang dia pilih ketangan Darren.
"Keren kan?" dia meletakkan tangannya disamping tangan Darren.
"Cocok Ka, serasi" pramuniaga counter mengkomeni jam yang mereka pakai.
"Ya sudah aku mau yang ini," kemudian Kiara menyerahkan atm miliknya pada petugas kasir yang kebetulan bersebelahan dengan counter jam.
"Dipakai ya ka, jangan dilepas" Darren menganggukan kepalanya.
"Jamnya dimasukin kekotaknya muat ga" Kiara memberikan jam tangan Darren dan miliknya pada petugas counter.
"Gak ada yang dicari lagi kak?" Tanya Kiara, Kiara menyelipkan Tangannya ketangan Darren yang sedang menjinjing tas belanja.
"Gak ada, kamu mau kemana lagi?" Tanya Darren.
"Eh ka kita keampera yu disana ada kafe tapi kaya taman gitu trus ada live musiknya," Kiara masih bergelayut manja pada tangan Darren.
"Ya udah kalau mau kesana, tapi sholat magrib dulu yah," Kiara menganggukan kepalanya dan kembali menggandeng Tangan Darren.
setelah selesai sholat mereka menuju tempat yang Kiara maksud sepanjang perjalan Kiara menatap jam nya yang dia dekatkan kepergelangan tangan Darren ya menggunakan jam yang setipe seperti yang Kiara pakai.
"Keren ya ka?" Kiara tersenyum kearah Darren.
"Iya, terima kasih sayang" pandangan Darren tidak berubah masih kejalan namun ada senyum disana, sementara Kiara masih tertegung dengan sebutan sayang pada dirinya oleh Darren dan tak lama mereka sampai ketempat dituju.
"Enak kan ka tempatnya?" Darren menganggukan kepalanya. mereka asyik menikmati musik sambil menyantap makanan yang mereka pesan, hingga tidak tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam.
" Sayang, kita pulang yu," Darren berbisik ditelinga Kiara, reflek Kiara menatap mata Darren kali ini dia tersenyum Kiara sudah tidak terlalu gugup lagi jika bertemu mata dengan Darren.
"Okey, besok aku juga ada kuliah pagi," Kiara berdiri dan mengulurkan tangannya pada Darren, Darren menyabut uluran tangan Darren dan melepaskan genggaman tangannya lalu memeluk bahu Kiara, Kiara membalasnya dengan memeluk Pinggang Darren sepertinya tidak diperlukan kata-kata untuk menyatakan cinta cukup dengan tindakan yang mereka lakukan dan rasakan.
Darren memandangi wajah Kiara yang tertidur didalam mobilnya sebenarnya mereka sudah sampai namun melihat Kiara yang tertidur pulas membuat Darren tidak tega membangunkannya. Daren membetulkan rambut Kiara yang tergerai menutup wajahnya. Darren hanya tersenyum, gadis kecil yang dulu sangat keras kepala perlahan-lahan melunak, dia ingat pesan tantenya bahwa perempuan akan lebih mudah menurut jika kita perlakukan dengan lembut dan ternyata benar tidak pernah sekalipun Darren membentak Kiara sekesal apapun dia pada Kiara dan Kiara lambat laun semakin menurut. Kiara terbangun sadar Darren memandanginya ia membetulkan duduknya.
"Sudah sampai ka? kok gak dibangunin?" Kiara menatap Darren yang masih menatapnya sambil tersenyum.
"Gak tega, kamu pules bobonya," Darren kembali membetulkan rambut Kiara dan menyelipkan ditelinganya. Kiara tersenyum jujur saja akhir-akhir ini darahnya seperti mengalir deras jika melihat Darren. Mata mereka saling memandang.
"Eh pacaran dalem rumah sana, tar diliat sama mang Jono sama Pa Nana baru tau rasa lo," mereka dikagetkan oleh suara Faisal yang sepertinya baru pulang juga.
"Ihh sirik aja," Kiara memandang Faisal kesal, kakal-kakaknya sangat hobi menjahilinya.
"Turun sayang belanjaan nya biar aku yang bawa" Darren membuka sabuk pengaman Kiara.
"Kiara" Darren memanggil, sontak kiara menengok kearah Darren dengan cepat Darren mengecup bibir Kiara. Semburat merah keluar dari pipi Kiara kecupan lembut dan hangat walau sebentar membuat hati Kiara melonjak-lonjak.
"Sudah masuk sana," sambil menyolek hidung Kiara. Kiara segera turun dan berlari masuk kedalam rumah perasaannya bercampur aduk dia menutupi wajahnya dengan tas sambil tersenyum-senyum sendiri.
***