Chereads / LEGENDA DEWA PEDANG (IND VERS) / Chapter 18 - MAKAM ES SERIBU PEDANG PART 2

Chapter 18 - MAKAM ES SERIBU PEDANG PART 2

Dan dia mulai mengalirkan energi angin yang lebih besar lagi ke kedua kakinya. Energi angin itu langsung menyelimuti kedua kakinya untuk menambah kecepatan larinya.

Akhirnya dengan tambahan kekuatan dari energi angin ini gerakan Long Bai menjadi semakin cepat dan lincah. Dia dengan mudah bisa menghindari setiap pukulan yang diarahkan oleh Raja Beruang Es untuk membunuhnya.

**

Sekte Snow Moon.

"Roar ….!!"

Saat Xue Xian Hou sedang melatih Xue Xianzi, tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh suara raungan dari Raja Beruang Es yang bergema dari kejauhan.

Xue Xian Hou dan Xue Xianzi bisa mendengar suara raungan itu dengan jelas karena memang jarak antara suara raungan itu berasal dan Sekte Snow Moon ini memang tidak begitu jauh. Tempat itu hanya berjarak sekitar tiga puluh kilometer dari Sekte Snow Moon.

Wajah Xue Xian Hou menunjukkan ekspresi terkejut karena dia mengetahui dimana tempat suara raungan itu berasal.

Tempat itu tidak lain adalah Makam Es Seribu Pedang.

Tempat dimana biasanya suaminya ( Xue Tian ) menghabiskan waktu untuk berlatih ilmu beladiri berada di bawah bimbingan dari Divine Beast Genbu. Dan di tempat itulah Xue Xian Hou menyimpan seluruh barang peninggalan dari Xue Tian, seperti kitab-kitab semua jurus yang pernah di pelajari oleh Xue Tian termasuk juga semua senjata pusaka yang pernah di gunakan oleh Xue Tian semasa hidupnya.

Xue Xian Hou juga meletakkan pedang pusaka yang terakhir kali digunakan oleh Xue Tian untuk melawan Naga Jahat Dark Etheroz. Pedang pusaka ini secara pribadi di antar oleh raja Xuan Wu ke Sekte Snow Moon setelah pertempuran melawan Naga jahat itu berakhir.

"Suara ini?! Ibu bukankah ini adalah suara raungan dari Emperor White Bear?" tanya Xue Xianzi sambil melihat tempat asal suara raungan itu dan sedikit ketakutan muncul di wajahnya.

"Benar, ini memang suara raungan dari Emperor White Bear yang menjaga Makam Es Seribu Pedang." jawab Xue Xian Hou sambil mengerutkan keningnya. "Tapi sepertinya ada yang aneh. Kenapa suara raungan ini dipenuhi dengan kemarahan? Apa mungkin ada seseorang yang berusaha menerobos untuk memasuki Makam Es Seribu Pedang?"

"Ibu, apakah kita perlu kesana untuk membantu Emperor White Bear?" lanjut Xue xianzi bertanya sambil menatap ibunya.

"Tidak perlu," jawab Xua Xianhou tegas. Kemudian dia lanjut menjelaskan. "Emperor White Bear adalah Beast yang menemani ayahmu berlatih seni beladiri dan tingkat kultivasinya juga sangat tinggi. Tingkat kultivasinya tidak jauh lebih lemah dari kultivasi ibu saat ini. Emperor white Bear sekarang berada di lapis King emperor tingkat delapan. Jika kita kesana kita hanya akan mengganggunya saja."

"Aku mengerti ibu," jawab Xue Xianzi.

"Mari kita lanjutkan saja latihanmu saat ini. Saat kini kamu masih belum menguasai dasar-dasar dari jurus yang akan ibu ajarkan padamu. Kamu harus berkonsentrasi penuh untuk latihan dan jangan biarkan pikiranmu terganggu dengan hal-hal yang tidak penting," ucap Xue Xian Hou dengan serius sambil menatap putrinya.

"…"Xue Xianzi menjawab dengan anggukan kepala.

"Selama ini orang-orang yang berusaha menorobos masuk ke dalam Makam Es Seribu Pedang pasti akan terbunuh oleh Emperor White Bear. Dan tidak pernah ada orang yang berhasil selamat dari kejaran Emperor White Bear. Aku hanya berharap orang itu bukanlah salah satu Putri ataupun Pangeran dari lima kerajaan besar yang ada di lima Benua ini, seandainya itu terjadi maka akan terjadi suatu masalah yang sangat besar," gumam Xue Xian Hou dalam hati.

**

Makam Es Seribu Pedang.

Saat ini, Raja Beruang Es sedang berdiri di depan Long Bai dengan tenang dan menghentikan serangannya. Raja Beruang Es hanya menatap Long Bai dengan penuh penuh amarah dan niat untuk membunuh.

"Siapa kau anak muda dan dari mana asalmu? Apakah kau tidak tahu bahwa tempat ini adalah tempat terlarang. Tidak ada yang diijinkan untuk mendekati ataupun memasuki tempat ini tanpa izin."

Suara Beruang Es ini mengandung kemarahan dan niat membunuh yang sangat kuat hingga membuat tubuh Long Bai sedikit bergetar.

"Dari nada suaranya dan juga niat membunuh yang memancar dari tubuhnya, sepertinya beruang ini sangat marah padaku. Aku tidak akan bisa lari lagi kali ini. Mau tidak mau aku harus melawannya sambil mencari kesempatan untuk melarikan diri saat dia lengah," gumam Long Bai dalam hati.