Selama mereka berbincang, anak perempuan Pak Rizman yang bernama Anna sibuk mencatat data diri yang diberikan oleh Meggie dan dia segera mengembalikan kartu identitas Meggie setelah selesai mencatat.
"Maaf Bu Dokter, apakah ibu membawa fotocopy KTP nya?" tanya Anna.
"Sepertinya saya membawanya," jawab Meggie yang segera mengeluarkan tas kecil dari dalam tas punggungnya dan mengambil fotocopy yang diperlukan.
"Ini fotocopy nya Kak."
Anna tersenyum dengan sebutan yang diberikan oleh Meggie. Selama ini tidak ada yang menyebut atau memanggilnya dengan sebuatan Kaka. Mereka biasanya menyebut Dik atau langsung nama.
Setelah semuanya selesai, Mereka segera berpamitan.
"Dokter Meggie. Apa benar panggilan saya?" tanya Pak Rizman, Dan setelah melihat anggukan kepala Meggie Pak Rizman melanjutkan bicaranya. "Apakah dokter tinggal sendiri atau ada yang menemani? Maaf saya bertanya seperti ini hanya untuk berjaga-jaga saja."
"Dokter Meggie nanti akan ditemani oleh Bu Nena Pak Rt," Lili yang menjawab pertanyaan tersebut sehingga dia tersenyum.
"Kalau begitu saya akan mengucapkan selamat datang di desa kami. Semoga dokter betah bertugas di sini."
"Terima kasih Pak Rizman. Dan tentu saja saya mohon dukungan dari Bapak selama saya bertugas di sini."
Dan mereka pun pergi kembali ke rumah yang akan di tinggali oleh Meggie selama dia bertugas sebagai dokter spesialis.
Ketika mereka melewati sebuah warung yang cukup besar, Meggie meminta Sukad untuk berhenti. Dan dia segera turun untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Dan dia juga membelikan jajanan untuk keluarga Lili dan juga Sukad.
"Karena dokter sudah sampai di rumah, saya permisi dulu ya Dok. Besok kalau dokter tidak keberatan saya akan menjemput dokter dan kita bisa bersama-sama berangkat ke Puskesmas nya.."
"Hari minggu memangnya Puskesma buka?" Meggie heran dengan ucapan Lili.
"Engga Dok. Maksud saya hari Senin," jawabnya malu.
"Oh. Kalau Suster Lili tidak keberatan kenapa saya harus menolak?" jawab Meggie tertawa.
"Jadi kapan Bu Nena akan datang?"
"Sore ini Dok. Nanti saya yang akan mengantarnya. Apa ada yang dokter perlukan?"
"Tidak ada Sus." Jawab Meggie yang telah selesai memeriksa semua ruangan dan juga ketersediaan air di rumah tersebut.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya Dok. Kalau ada yang dokter perlukan, dokter bisa kirim pesan ke saya."
"Terima kasih Suster Lili. Saya pasti akan menghubungi Suster kalau ada yang saya perlukan," katanya berjanji.
Sepeninggal Suster Lili, Meggie segera mengunci pintu rumah tersebut dan dia mulai membuka koper yang dia bawa.
Meggie sengaja hanya membawa satu koper karena dia sudah mengirim semua yang dia butuhkan melalui paket karena dia tidak mau repot membawanya.
Baju-baju dan kebutuhan pribadinya sudah dia simpan di tempat yang seharusnya. Dan dia segera mengganti seprey yang sudah terpasang dengan seprey miliknya.
Saat dia sedang memasang seprey, perhatiannya tertuju pada kipas angin yang berada di langit-langit kamar. Dan dia merasa terganggu karenanya.
"Siapa yang bisa aku minta tolong untuk melepas kipas angin di atas itu ya. Tapia pa aku biarkan saja," katanya berpikir sementara dia merasa udara yang ditimbulkan oleh kipas tersebut terasa sejuk dan tidak terlalu panas.
"Baiklah. Aku tidak akan menggantinya sampai aku menemukan orang yang bisa melakukannya." Keputusan akhir yang membuat Meggie harus mengalah terhadap keadaan.
Setelah mengganti seprey di kamarnya, Meggie menuju kamar mandi untuk meletakkan seprey lama ke dalam bak cuci.
Meggie beruntung ketika dia pertama kali bertugas sebagai intership yang baru lulus, dia sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga dia tidak menjadi manja. Dan kini kemandiriannya sangat berguna di saat dia menjalani tugasnya di daerah pada saat dia mengajukan diri untuk mendapatkan ijin praktek.
Setelah menjalani pendidikan selama 3,5 tahun sebagai seorang mahasiswa kedokteran, Meggie beruntung dia dapat menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Begitu pun ketika dia menjadi seorang koas selama 1,5 tahun dan mengikuti ujian menjalani ujian negara berupa Ujian Kompetensi Dokter Indonesia yang terbagi dalam ujian berupa teori dan ujian praktis (OSCE/Objective Structured Clinical Examination) Meggie mendapatkan nilai di atas rata-rata. Sampai dia dilantik sebagai seorang dokter.
Tetapi untuk menjadikan dirinya sebagai seorang dokter yang dapat memberikan pertolongan di tempat, Meggie harus mengikuti peraturan yaitu dengan menjadi seorang dokter intership. Menjadi seorang yang dokter yang bersedia di tempatkan di daerah.
Keinginan untuk menjadi dokter begitu besar karena cita-cita utama Meggie sejak kecil adalah menjadi seorang dokter bukan sebagai seorang pengusaha seperti papanya Wisnu Iskandar atau ibu nya yang seorang wartawan salah satu media cetak dan elektronik di Indonesia.
Meggie sudah menyelesaikan pekerjaannya dan dia berharap untuk kegiatan masak-masak dapat dilakukan oleh Bu Nena. Karena Meggie belum banyak menguasai ilmu memasak. Selama ini Meggie lebih sering menikmati olahan pelayannya dan kadang dia beli di luar.
Tubuh Meggie terasa kotor setelah dia bersih-bersih rumah dan dia memutuskan untuk mandi sebelum makan dan istirahat.
Hari ini Meggie memilih untuk menikmati makanan siap saji yang dia beli di warung. Dan dia menikmatinya dengan nikmat. Sudah lama dia tidak menikmati makanan kemasan.
"Semuanya sudah rapi. Dan tubuhku sangat lelah. Sebaiknya urusan mencuci seprey dilakukan oleh Bu Nena saja. Aku mau istirahat dulu saja," katanya dan dia tertawa kecil ketika dia menguap lebar.
"Huh. Aku benar-benar mengantuk," katanya dan Meggie beranjak menuju kamar setelah membersihkan perabot yang dia gunakan saat memanaskan makanan yang tadi dia beli.
Meggie memang sangat lelah. Dan tidak perlu waktu lama karena Meggie segera terlelap begitu tubuhnya menyentuh kasur.
Suara ketukan pintu dan ucapan salam terdengar di telinga Meggie yang masih tertidur. Untuk sesaat Meggie hilang focus. Dia menatap sekelilingnya dan merasa asing dengan semuanya sampai dia melihat potongan kertas bagasi di mejanya.
"Bu Dokter... Dokter Meggie."
Suara paanggilan kembali terdengar dan dia melihat ponselnya bordering dan ada nama Suster Lili di layar ponsel.
"Ya Suster."
"Dokter lagi istirahat ya. Ini saya ada di depan pintu rumah dokter bersama Bu Nena," beritahu Lili.
"Bu Nena? Bukannya kamu bilang sore?" tanya Meggie.
"Ini sudah sore Dok," jawab Lili tertawa. Dan Meggie segera melihat jam yang berada di atas meja sebelum tertawa malu.
"Sebentar aku buka pintunya ya."
Meggie membuka pintu dan melihat seorang wanita setengah baya. Wanita yang memiliki kelembutan seorang ibu yang bijak.
"Selamat sore Dokter. Maaf kalau saya mengganggu waktu istirahatnya. Hanya saja karena Bu Nena sudah siap, jadi saya mengantarnya ke sini. Ke rumah Bu Dokter."
"Terima kasih ya. Hanya saja, memangnya kamu ga cape? Terus anak kamu ga cariin kamu?" kata Meggie sekalian mempersilahkan Lili dan Nena untuk masuk ke dalam rumah.
"Sekalian aja Bu. Besok kan libur. Dan anak serta suami saya sudah minta kami untuk pergi liburan," jawab Lili malu.
"Begitu? Ya sudah kalau begitu sekali lagi terima kasih ya."
"Sama-sama Dok. Bu Nena, saya pergi dulu ya. Mari Dok."
Meggie melihat Nena sebagai seorang ibu yang cekatan meskipun usianya sudah setengah baya. Terlihat ketika wanita itu lebih memilih untuk mencuci seprey yang sudah di rendam oleh Meggie di tempat cucian.
"Bu Nena, kalau masih cape, dikerjakan nanti saja Bu."
"Ga apa-apa dokter. Dokter sendiri baru datang dari jauh sudah beberes. Masa saya yang tinggalnya tidak jauh dari sini Cuma bisa istirahat saja," jawab Nena malu.
"Terserah Bu Nena saja deh. Kalau ibu mau makan, saya tadi beli makanan siap saji aja."
"Iya Dokter."
"Kalau begitu saya ke kamar dulu ya."
"Iya Dokter."
Meggie meninggalkan Nena di belakang setelah dia mengatakan semua letak dia menyimpan kebutuhan sehari-hari di rumah ini. Dan Meggie kembali ke kamar untuk mengirim pesan pada Ciro maupun papa nya.
Meggie tersenyum melihat nama yang disimpan oleh Ciro untuk nomor kontaknya. Dan Meggie sama sekali tidak ada niat untuk mengganti nama tersebut.
"Aku khawatir dia belum sampai. Jadi aku akan mengirim pesan saja. Toh dia juga hanya meminta aku untuk member kabar, bukannya untuk menelepon," kata Meggie sambil mengangkat bahunya.