"Sepi banget bang. Pada kemana? " Bagas baru sampai kontrakan.
"Kamu tahu sendiri Hasan udah pindah ikut Syarifah, Ricky sibuk ngurusi mutasi, Zidan sibuk pedekate, ya cuma kamu sama abang yang free. " Ucap Mateo.
Bagas langsung masuk ke kamarnya, membersihkan badan lalu berbaring. Melepas lelah setelah seharian bekerja. Bulan-bulan ini Bagas sangat sibuk karena akan ada pengujian produk dari dinas kesehatan dan BPOM. Sebagai tenaga bagian riset dan teknologi, Bagas harus menyiapakan segala hal agar kualitas produk sesuai standar mutu.
Rasa lelah yang tak tertahankan akhirnya membawanya ke pulau mimpi.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀
"Aduh." pekik Bagas karena terkena pintu mobil yang tiba-tiba terbuka.
"Makanya kalau jalan jangan ngelamun."
"Kamu lagi. Dasar cewek gak punya etika."
"Dan kamu pria dingin arogan." balas Mawar.
Mereka lagi-lagi adu mulut tak peduli banyak pasang mata yang tengah melihat mereka di sebuah mall terbesar di kota provinsi.
"Gas, udah cukup. Ayok katanya mau cari Hp." ajak Ricky. Ricky mengulas senyum tipis pada Mawar. Mawar tersenyum balik.
Mereka pun berpisah. Selama menuju kedalam mall, Bagas terus saja ngomel-ngomel tak jelas. Ricky hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lakunya.
Setelah menemukan apa yang mereka cari. Mereka tengah duduk di bagian foodcourt.
"Gas, aku cari toilet dulu ya."
"Oke." ucap Bagas, tapi matanya tak mau lepas dari Hp.
Ricky menuju arah toilet sampai disana dia mendengar kegaduhan di dalam sana. Ingin berusaha membantu tapi urung ia lakukan, akhirnya dia bersembunyi di balik dinding.
"Ckckck.... Kamu tuh ya. Kenapa gak hati-hati sih cin. Coba kalau kamu diapa-apain ma ni orang." seorang lelaki berpembawaan kemayu namun saat ini terlihat garang baru saja memukul tengkuk lelaki yang ingin berbuat kurang ajar.
"Maaf bang, aku kurang hati-hati." jawab wanita cantik penuh penyesalan.
"Udah abang bilang jangan pergi sendirian. Kalau mau pergi minta tolong sama abang atau minta ditemani sama Bara."
Sang wanita hanya menangis terisak. Akhirnya kemarahan Iwan surut dan kembali menjadi pria kemayu dan memeluk Mawar dengan penuh kasih sayang.
"Cup cup cup. Udah cin.... Gapapa. Gak usah nangis."
"Bang, Nawang capek, Nawang pengen pulang ke Tasik bang, Nawang pengen jadi orang biasa aja kaya dulu, Nawang kangen sama Bapak dan Ibu. Hiks... Hiks."
"Kamu tahu ini susah. Bos besar bakalan marah kamu itu sumber uangnya."
"Nawang pengen pulang bang. Nawang takut gak bisa jaga diri. Kalau ada abang, abang bisa jagain Nawang. Tapi kalau ada orang jahat kayak gini lagi gimana bang. Nawang gak mau kehormatan Nawang diambil sama yang gak berhak bang. Nawang emang banyak dosa. Tapi Nawang gak mau Zina."
"Udah kita pergi dulu aja dari sini ntar kalau ada orang lihat ada orang mati khan gawat. Yuks... Pergi."
"Tapi tu orang gak mati khan bang?"
"Alah mati pun gak masalah jadi mengurangi penjahat kelamin."
"Hahaha. Abang bisa aja."
"Udah ayok kita cepet pergi mumpung masih sepi. Dan hei kamu yang sembunyi di pojok situ kalau mau selamat jangan kasih tahu siapapun apa yang lihat dan dengar sama siapapun."
Ricky terkejut karena ketahuan mengintip. Dia memilih menganggukkan kepala dan pergi menjauh. Bukan... Bukan karena takut adu fisik dengan Iwan. Dia cuma agak risih dengan penampilan Iwan yang.... Hiiii... Bias gender. Raga pria tapi tampilan seperti kaum hawa, bagi Ricky itu lebih menakutkan daripada ketemu malaikat Izrail.
🍀🍀🍀🍀🍀
Hari ini pembukaan PT. Nusa Bahtera di Pontianak. Bagas akhirnya dipindahkan juga ke cabang ini. Sebenarnya Bagas tidak rela berpisah dengan teman satu kost-nya. Tapi mau bagaimana lagi, hidup terus berputar. Tak terasa satu tahun telah berlalu lagi. Genap 6 tahun 6 bulan dia di bumi Borneo.
Zidan sudah menikah dan membeli rumah Ricky. Bang Mateo sebentar lagi juga menikah. Ricky sudah balik ke Jawa dan sepertinya sedang asik liburan ke Pangandaran. Beberapa kali dia mengirim fotonya selama di Pangandaran. Ckckck. Pantas Ricky gagal move on, orang Lily itu cantik sekali. Bagas tersenyum melihat foto dua gadis dan satu lelaki. Dia yakin Lily itu yang ada di tengah karena tatapan mata sahabatnya begitu penuh cinta ke arahnya.
"Mari kita sambut sang biduan kita Mawar." seru sang pembawa acara.
Seorang wanita cantik berpenampilan sexy melangkah menuju panggung. Dia mulai menyanyikan lagu dengan sepenuh penghayatan. Meski Bagas tidak menyukai gadis ini tapi mau tak mau dia memang mengakui pesona sang gadis. Tatapan matanya pun tak pernah bisa lepas dari sang biduan.
Di ujung meja lain. Nana menahan cemburu melihat tatapan Bagas pada sang primadona. Nana benci akan hal itu, karena Nana tak pernah mendapatkan tatapan kekaguman seperti itu dari Bagas.
"Kamu harus jadi milik aku Bagas. Bagaimana pun caranya." ucap Nana dengan senyum jahat.