Saudagar Kaya menarik Adik menuju belakang sekolah. Dirinya masih ingat persis tempat tersebut. Di sanalah ia menangis setelah menyaksikan Adik pergi dengan lelaki yang berada di depan gerbang. Tidak ada seorangpun yang lewat saat dirinya menenangkan diri di tempat tersebut.
Selama diperjalanan, Saudagar Kaya sempat terhenti karena terjadi sesuatu pada tubuhnya.
Ta-tangan kananku!?
Saudagar Kaya menyaksikan tangan kanannya yang mulai menghilang.
Mu-mungkinkah akibat memukul Bajingan tersebut!?
"Abang kenapa?" tanya Adik kebingungan, melihat muka Saudagar Kaya yang terlihat panik.
"Ti-tidak apa-apa, Dik!" balasnya seraya memiringkan tas ke bagian kanan badan, berharap agar tangan kanan yang menghilang tidak terlalu mencolok.
Saat Saudagar Kaya hendak melanjutkan perjalanan, terdengar suara pemuda yang memanggil Adik.
"Eh, Adik!!!"
Suara pemuda tersebut tidak asing di telinga mereka berdua. Ya, pemuda tersebut ialah Saudagar Kaya waktu muda. Seketika saja dirinya memalingkan muka, berharap jika dirinya yang lain tidak melihat mukanya. Saudagar Kaya benar-benar ingat jika dulu, ia memakai kacamata tebal karena matanya yang rabun.
"Loh!!!" teriak Adik seraya melihat muka pemuda yang ada di depannya, kemudian memalingkan kepalanya ke arah Saudagar Kaya. "Kok Abang ada du–"
Saudagar Kaya segera menutup mulut Adik dengan tangan yang tersisa.
"Hei! Apa yang kamu lakukan terhadap Adik!" teriak Diri Mudanya.
Dengan kedua kaki yang gemetaran, Diri Mudanya perlahan mendekat.
Setelah cukup dekat, Saudagar Kaya segera merampaas kacamata yang dipakai Diri Mudanya. Ia membuang kacamata tersebut jauh-jauh. Sedetik kemudian, Saudagar Kaya mendorong Diri Mudanya hingga terjatuh.
"Eh! Abang! Itukan Ab–"
Saudagar Kaya kembali menutup mulut Adik, kemudian berbisik di telinganya, "Nanti akan Abang jelaskan. Sekarang, Adik ikut Abang!"
Adik mengiyakan perintah Saudagar Kaya, kemudian menjauhi Diri Mudanya yang mulai sibuk mencari kacamata yang ia lemparkan cukup jauh.
*****************
Akhirnya mereka sampai di tujuan. Tempat tersebut benar-benar sepi, sesuai dengan dugaan Saudagar Kaya. Genggaman tangan Saudagar Kaya langsung terlepas dari tangan Adik.
Saudagar Kaya terdiam sesaat, membuat Adik semakin penasaran terhadap dirinya yang berasal dari masa depan. Dengan perlahan, Adik mulai mendekat.
Saat melewati badan Saudagar Kaya, Adik seketika menjerit. Adik menyadari jika ada yang salah dengan badan Abangnya. Ia mengira jika Abang melepaskan tangannya karena telah sampai di tujuan. Ternyata, kedua tangan Saudagar Kaya telah seutuhnya menghilang!
"Ta-ta-tangan A-abang!? Hi-hi-hila–"
"Ah!!!" potong Saudagar kaya. "Tangan kanan ini, kukorbankan untuk mengubah takdir burukmu bersama lelaki bajingan tersebut. Dan tangan kiri ini sebagai akibat menghalau Diri Mudaku yang ingin bertemu Adik."
"Ma-maksud Abang?"
"Adik!"
Saudagar Kaya menarik nafas panjang, kemudian mengeluarkan isi hatinya yang paling dalam.
"Abang... Abang mencintai Adik...."
Saudagar Kaya berhasil menuntaskan penyesalannya. Hatinya lega! Segala kesedihan dan penyesalan yang membebani hati meleleh bersamaan dengan airmata yang mengalir deras di kedua pipi.
"Huh!? Ah!!! Ugh!!!"
Adik seketika gagap, bingung dengan pernyataan sekaligus menangisnya Abang. Adik salah tingkah dalam menenangkan Saudagar Kaya.
Tanpa Adik duga, si Abang yang ia anggap layaknya saudara kandung, mencium bibirnya dengan lembut. Adik berdiam diri hingga Saudagar Kaya menjauhkan muka dari bibir wanita yang ia kasihi.
Sesaat kemudian, badan Saudagar Kaya mendadak tembus pandang. Adik langsung menjerit, menyaksikan pemandangan tersebut.
"Adik, tenanglah!"
Adik seketika terdiam. Dirinya tahu jika kalimat tersebut yang biasa diucapkan Abang ketika dirinya panik dan gelisah. Sebuah kalimat yang sangat sederhana, namun memiliki makna yang dalam bagi mereka berdua.
"Adik, Abang minta kepadamu, tolong pergi jauh dari sini. Jangan pernah sekalipun menemui diri Abang yang lain!"
"Ta-ta–"
"Adik!!! Abang mohon! Abang kembali untuk mengubah Takdir Adik! Biarkan saja diriku menderita hingga akhir hayat tanpa bersamamu! Setidaknya, hanya aliran waktumu saja yang berubah! A-abang.. ha... ngin... mu... gia... "
Kalimat Saudagar Kaya terputus bersamaan dengan bagian mulutnya yang menghilang.
Kedua mata Saudagar Kaya menatap Adik dengan hangat. Kemudian, dirinya seutuhnya menghilang dari pandangan Adik.
Kejadian tersebut terlalu mendadak bagi Adik untuk mengerti. Namun, dirinya menyadari jika laki-laki yang menghilang dari hadapannnya benar-benar Abang!
Mengingat akan permintaan terakhir Saudagar Kaya, Adik memutuskan untuk pergi keluar kota hingga kabarnya tidak terdengar lagi di telinga dirinya yang lain.
****************
Saudagar Kaya kembali bertemu dengan sosok yang berdiri di balik cahaya.
"Kamu... telah mengubah aliran waktu... kamu... sudah siap?" ujar Sosok dengan dingin.
Tidak ada rasa takut yang menyelimuti hati Saudagar Kaya. Hatinya lega. Tidak ada beban maupun rasa sesak yang menyelimuti hatinya. Dirinya bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk menolong wanita yang ia kasihi. Saudagar Kaya mengangis sejadinya di hadapan sosok tersebut.
"... Hiks... Hiks... Te-terima kasih!!! Se-sekarang, ambilah nyawaku! Aku siap dengan segala yang kuperbuat!"
"Kematian seperti ini tidak pantas bagi dirimu! Sekarang, saatnya bagi dirimu untuk merasakan akibat dari aliran waktu yang kamu rusak!"
Sosok yang berada di depan Saudagar Kaya perlahan menghilang. Sesaat kemudian, dirinya siuman.
**************
Beberapa hari telah berlalu sejak Ia bangun. Dirinya kini bukan lagi seorang Saudagar Kaya, melainkan seorang Pria Tua yang hidup seadanya. Uang pensiun yang tersisa tidak cukup untuk merawat tubuh sakitnya di rumah sakit. Badannya sudah tidak sanggup untuk naik dari ranjang. Di rumah, ia dijaga oleh perawat yang bekerja dengan setengah hati dalam merawatnya. Hidupnya kini sungguh menyedihkan!
Ingatan dirinya yang lain perlahan masuk ke dalam kepalanya. Dirinya yang terbaring lemah pun sesekali tertawa karena begitu bodohnya dirinya yang lain. Ternyata dirinya yang lain melihat dirinya yang berciuman dengan Adik sehingga membuat hidup tuanya menjadi seorang pensiunan miskin. Di lubuk hatinya, Pria Tua tidak menyesal telah menukar kehidupan mewahnya dengan kehidupan sengsara. Dirinya bahagia karena tidak ada penyesalan hidup.
Keesokan harinya, Pria tua dikunjungi oleh tamu yang tidak pernah ia duga. Ya, dirinya dikunjungin oleh Adik.
Pria Tua tidak pernah menyangka jika ia masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan dirinya lagi. Walau tubuh Adik tidak semolek dirinya waktu muda, Pria Tua terlihat bahagia saat tubuhnya berdekatan dengan Adik.
"A-a-adik... ka-kamu... kenapa bisa ke sini?"
"Abang..." balas Adik dengan suara yang tidak seindah dulu. "Maafkan Adik yang tidak bisa menemani dirimu!" serunya seraya mengangis.
Pria Tua ikut menangis menyaksikan wanita yang ia kasihi mengangis untuk dirinya.
"Adik, tenanglah!" ujar Pria Tua seraya menggenggam tangan Adik. "Te-terima kasih telah menemui Abang!" lanjutnya seraya tersenyum.

Hari berikutnya, perawat yang menjaga tubuh renta pria tua itu digantikan oleh wanita tua yang begitu ia cintai. Walau tidak lama, pira tua itu sungguh puas bersama dengan dirinya.
Dalam keadaan bahagia, pria tua itu menghembuskan nafas terakhir.
***************
Itulah segelintir kisah mengenai pengobanan seorang pria demi menyelamatkan wanita yang begitu ia kasihi. Walah seluruh harta benda maupun amal budi dunia ia taruhkan, dirinya berhasil bahagia dengan cara yang tidak terduga. Mungkin saja kisah tersebut bisa terjadi di sekeliling kita tanpa kita sadari. Akankah kehidupanmu menjadi salah satunya?
Dengan ini, Dongeng Kembali ke Masa Lalu saya tutup. Terima kasih!