Tak ada alasan untukku tak menggilaimu, Juwita.
Segala satu kesatuanmu sungguh sempurna tak ada hina.
Layaknya cahaya dari langit ketujuh, yang mungkin turun terkikis hujan.
Sontak jatuh mengait hati dan enggan ku lawan.
Bantu aku semesta.
Agar kudapat merengkuhnya.
Kemudian mengacak galas di pelupuk Bunda.
Lantas terdoakanlah segala asa.
♤♤♤♤♤♤
Waktu terus bergulir, meninggalkan cerita kemarin dan mengganti cerita baru keesokan harinya. Seperti siang ini, Jun memulai kembali aktifitas normalnya. Rasa pening di kepalanya akibat "basian" dari alcohol yang ditenggaknya semalam suntuk, ditambah dengan luka di dahinya yang semakin terasa cenat-cenut, nyatanya tak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai leader di tempat ia bekerja.
Meskipun hari ini ia tak mampu mengemban kewajiban lainnya sebagai seorang mahasiswa. Yupss, Jun hari ini bolos kuliah karena matanya yang enggan terbuka di pagi hari tadi. Tentu saja semua itu adalah akibat dari kegiatan dugemnya semalam. Dengan langkah santai Jun terlihat telah memasuki tempat ia dan rekan-rekannya bekerja.
Cerita sedikit tentang struktur dan sistem kerja di store yang Jun pimpin nih guys. Jadi Jun adalah Store Manager atau leader di store, salah satu sports brands terkenal yang berada di salah satu mall ternama di daerah Jakarta Selatan. Di bawahnya Jun, ada Icha yang merupakan Assitant Store Manager. Kemudian ada enam staff lainnya yang menjadi Sales Assistan nya. Keenam staff itu bernama Arka, Reyhan, Naomi, Dewi, Doni, dan Indah. Jadi total ada delapan pekerja termasuk Jun salah satunya.
Untuk sistem kerjanya sendiri dibagi menjadi dua shift. Yaitu shift pagi dan siang. Untuk hari ini kebetulan Icha, Arka, dan Dewi yang lagi kebagian shift pagi. Sementara untuk team siang ada Jun, Reyhan, dan Naomi. Sedangkan dua staff lain yang bernama Doni dan Indah hari ini tengah menikmati hari libur mereka.
Kondisi Store tempat Jun bekerja hari ini terlihat lenggang. Jelas, dikarenakan hari ini merupakan hari weekday yang menyebabkan pengunjung mall tak seramai seperti di hari weekend.
"Kenapa tuh muka? Kucel amat. Jidat juga kenapa tuh, dipakein perban?" Icha yang merupakan assistent Jun di store langsung membrondong pertanyaan saat melihat Jun melintas di hadapannya, seraya sibuk di depan komputernya yang berada di ruang staff room, sekaligus stock room/gudang.
"Biasa kak, pasti pangeran Diponegoro abis ber-gerilya semalem. Iya ga kak Jun?" Reyhan yang merupakan salah satu staff senior Jun, ikut menimpali dengan tawa lebar.
"Tau aja lu Rey, emang fans sejati gue lu mah. Hafal sama semua kegiatan gue.Hehehe." Balas Jun nyengir, sembari melakukan finger absen. Diikuti tawa Reyhan dan gelengan kepala Icha sesaat mendengar ucapan leader mereka.
"Btw, shift pagi gimana Cha? Aman kan? Report weekly udah lu kirim belum Cha?" Giliran Jun melontarkan pertanyaan perihal pekerjaan kepada Icha.
"Aman kok, dikit lagi kelar nih Jun." Balas Icha yang masih terlihat berupaya menyelesaikan tugasnya di depan komputer. Jun kemudian membalasnya dengan anggukan kepala dan memberikan acungan jempol.
Tak lama kemudian terlihat Arka, staff termuda di store itu, membuka pintu staff room. Sedikit informasi, Arka juga merupakan teman kos Junior. Cowok perantauan asal Surabaya itu, mempunyai peringai kalem, dan tampang yang cenderung "dar-der" alias melas. Wajah sendu nya menjadi salah satu alasan Jun mengajak ia ngekos bareng bersamanya.
Ceritanya, kala itu Jun merasa iba melihat Arka dengan pengalaman pertamanya merantau di Jakarta, yang hanya hidup sebatang kara layaknya cerita serial kartun "Honey Bee Hachi". Jiwa sosial dan setia kawan Jun pun mendadak meronta, sehingga mengajaknya sharing kosan bersama.
"Udah siuman mas Jun?" Tadi pagi pas aku berangkat kerja si mas Jun masih tidur kaya bangkai. Tak bangun-bangunin buat berangkat kuliah juga ga nyahut. Akhirnya tak tinggal aja mas." Tanya Arka dengan logat yang masih sedikit ngebas khas Jawa Timuran.
"Udah dong Ka, tapi masih nyut-nyutan dikit sih. Tapi gapapa lah. Laki kan harus kuat. Ya ga?!" Jawab Jun.
"Betul itu mas. Lagian itu jidat kenapa toh mas, bisa bocor gitu." Tanya Arka lagi, penasaran.
"Abis ditimpuk pake sepatu heels sama Dara, si cewek sinting." Jawab Jun sembari merapihkan penampilannya di depan cermin sebelum mulai bekerja.
"Njir, beneran tuh kak? Sadis banget. Gimana awal mulanya dah?" Cletuk Reyhan ikut menimpali dengan penuh penasaran.
"Gegara ga terima gue putusin, udah gitu gue juga ke-gep lagi jalan sama Cintya. Udah deh makin membabi buta dia." Ujar Jun lagi, yang masih terlihat merapikan rambutnya.
"Sialannya lagi, gue pake diteriakin cowok "mokondo" lagi, brengsek banget ga tuh si Dara. Tampang gue aja udah jadi modal mahal coy, ga terima lah gue dikatain kaya gitu." Curhat Jun kembali. Diikuti riuh tawa rekan-rekan kerjanya mendengar cuitan Jun.
"Wuanjir, bikin ngakak lo kak. Wkwkwkwk." Timpal Reyhan masih sambil terbahak.
"Makanya mas Jun, kalo punya cewek mbok ya jangan kemaruk. Kasih aku satu lah. Aku loh ga punya-punya cewek semenjak di Jakarta mas Jun." Arka kembali menimpali.
"Lo mah ga usah jauh-jauh Ka. Sama Dewi aja noh." Balas Jun meledek Arka.
"Ga ah, bisa budek kupingku mas kalo sama Dewi. Bacotnya kaya toak masjid gitu loh." Ujar Arka. Baru aja mingkem mulut Arka, tiba-tiba terdengar teriakan Dewi dari luar staff room.
"Arkaaa!!! Lo ngapain sih?! Lama banget gue suruh ambil hanger baju doang. Cepetan!!" Titah Dewi dari balik pintu staff room.
"Tuh kan baru aja dibilang." Nyinyir Arka, sesaat mendengar teriakan maut Dewi. Membuat gelak tawa mereka terdengar kembali.
"Iya Wi, sabar." Balas Arka balik meneriaki Dewi. Lalu dia pun terbirit mengambil beberapa hanger baju dan langsung keluar dari staff room untuk menghampiri Dewi di floor.
"Makanya Jun, mending lu nikah aja deh kaya gue. Biar anteng lo ada yang jagain sama ngurusin." Icha yang sedari tadi menyibukkan diri di depan komputer pun ikut angkat bicara setelah mendengar cerita Jun.
"Belum dapet yang klik Cha." Balas Jun singkat.
"Gimana mau dapet yang klik jamblang, lo aja cari ceweknya di club. Orang mah cari di tempat kajian, biar lo bisa di rukiyah. Sekalian biar tobat." Ledek Icha kembali.
"Enak aja, lo pikir gue kesurupan harus di rukiyah?" Balas Jun sembari memonyongkan bibirnya. Sedangkan Icha hanya bisa terkekeh mendengar jawaban Jun.
Tak lama kemudian muncul Naomi, staff terakhir dari shift siang yang sedari tadi belum terlihat batang hidungnya.
"Assalammualaikum." Sapa Naomi dari balik pintu.
"Waalaikumsalam." Jawab Jun, Icha dan Reyhan hampir bersamaan.
"Sorry kak Jun, aku agak mepet datengnya. Macet parah kak." Ujar Naomi kepada Jun sesaat memasuki ruang staff room.
" It's ok, Nom. Tapi groomingnya cepet dikit yah. Abis ini kita mau briefing soalnya." Balas Jun, yang kini sudah terlihat sempurna penampilannya dan siap untuk mulai bekerja.
"Siap kak Jun." Jawab Naomi, lantas mempercepat gerakannya untuk bersiap-siap.
"Ehh, btw nanti kalian nanti kalau mau beli makan pakai duit gue aja yah. Gue traktir." Ujar Jun kembali setelah menyelesaikan groomingnya. Ia lalu mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dan meletakkannya di atas meja, tepat di samping tangan Icha.
"Wuihhh, mantap." Cletuk Reyhan dengan penuh semangat.
"Asik nih Jun, mau beliin apaan nih enaknya?" Tambah Icha yang telah meraih uang pemberian Jun sambil meringis senang.
"Tanya aja anak-anak, maunya apa." Balas Jun.
"Gue ke toilet dulu yah." Pamit Jun, kemudian.
"Mantap emang si bos bro. Ga ada obat!" Cletuk Reyhan lagi seraya menyunggingkan tawa lebarnya.
"Abis ini harus pada lebih semangat yah kerjanya. Biar bonus kita gede." Pungkas Jun lalu melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
"Ashiaappp boss!!" Teriak Reyhan penuh semangat.
Tak lama kemudian, setelah Jun kembali dari toilet, ia pun mulai memimpin briefing bersama. Dengan aura leadership yang terpancar, ia memberikan motivasi-motivasi penuh keyakinan dan semangat, serta membagikan job desk, dan ide-ide inovatif yang keluar dari otak encernya guna menaklukan target yang telah ditentukan untuk store yang dipimpinnya. Tak lupa ia mengakhiri dengan doa dan melalukan selebrasi dengan menyatukan tangan mereka sembari meneriakkan yel andalan mereka.
"We can do it !!!" Lantang mereka kompak bersamaan.
************
Senja telah berganti malam. Dan Jun masih menyibukan dirinya di depan komputer di staff roomnya. Menyelesaikan tugas-tugas yang tertinggal. Sedangkan staff dari shift siang lainnya berada di floor store untuk menghandle customer yang datang.
Sesekali Jun menyruput se-cup kopi hitam guna mengusir rasa kantuk yang tengah dideranya. Setelah merampungkan beberapa pekerjaannya, Ia pun bangkit sambil mematahkan kepalanya yang terasa pegal, ke kiri dan ke kanan. Lalu ia mengayunkan kakinya keluar menuju floor untuk menjumpai rekan-rekan kerjanya.
"Sepi amat." Ujar Jun kepada Reyhan dan Naomi, yang sedang menyicil mengerjakan laporan penjualan harian di meja kasir.
"Baru sepi nih kak. Tadi mah rame." Jawab Reyhan.
"Hemmm.." Balas Jun sembari manggut-manggut, kemudian menguap.
"Gue ke toilet dulu ya Rey. Mau cuci muka. Sepet parah mata gue." Pamit Jun dan Rey membalasnya dengan mengangkat kedua alisnya.
Ketika Jun hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba ia mengurungkan niatnya. Kini mata sepetnya terasa terang benderang ketika mendapati sesosok gadis berbody dan berparas mempesona yang mulai memasuki store.
"Masya Allah.." Ujar lirih Jun. Matanya tak berkedip. Ia pun sempat menelan salivanya ketika melihat gadis cantik itu menyibak rambut hitam pekatnya yang dibiarkan terjuntai sepinggang.
"Welcome to our store!" Ujar Reyhan memberikan greeting dan hendak menghampiri gadis itu. Namun dengan sigap Jun langsung memegang pundak Reyhan untuk mencegahnya.
"Izinkan abangmu aja Rey yang handle calon jodoh abang itu." Ujar Jun dengan mata sangar. Lalu perlahan mendekati gadis itu.
"Lah, katanya tadi mau ke toilet." Gumam Reyhan heran sembari terkekeh.
Gadis bak bidadari itu perlahan menyusuri wall yang menyajikan koleksi sepatu wanita yang terdisplay rapih. Mata indahnya tertuju pada sebuah sepatu berwarna putih dengan ikon "Jump Man", yang terletak di bagian paling atas. Saat ia mencoba meraih sepatu yang ia suka, dengan aksi bak superhero Jun pun datang dan langsung membantu mengambilkannya.
"Selera yang bagus. Ini kebetulan koleksi limited edition kita. Mau coba?" Ujar Jun sembari menyodorkan sepatu yang kini ada digenggaman tangan kekarnya kepada sang gadis.
Semakin dekat, semakin jelas terlihat pesona cantik paras sang gadis yang semakin membuat jantung Jun meraung-raung. Aroma lembut parfumnya merasuk sampai ke relung hati Jun tak bercelah. Tatapan mata indahnya membius otak Jun yang menumbuhkan kehaluan mendalam. Kehaluan untuk bisa mengencaninya pastinya.
"Ada size 38?" Tanya gadis itu datar.
"Let me check." Ujar Jun dengan gaya sok coolnya.
" Rey, size 38!" Ucap Jun, memberikan kode kepada Reyhan yang tengah berdiri di dekat meja kasir, untuk mengecek stock.
"Suka Jump Man?" Tanya Jun mencoba membuka obrolan.
"Biasa aja." Balas gadis itu cuek. Kemudian memilih duduk di kursi tamu di depan wall untuk menunggu.
"Adanya size 39 nih kak. Size 38 nya habis." Ujar Reyhan kemudian, yang tengah membawa sekotak sepatu dan menyerahkannya kepada Jun.
"Sayang sekali, size 38 nya sold out. Mau coba size 39 mungkin? Sizenya ga terlalu beda jauh kok." Tambah Jun lagi sembari memperlihatkan kota berisi sepatu seraya membungkukkan badannya.
"Ok." Balas gadis itu singkat.
Jun pun kali ini berjongkok di hadapan gadis itu dan membantu membukakan sepatu yang ingin dicoba. Sementara sang gadis mulai melepaskan sepatu yang ia kenakan dan mencoba sepatu yang disodorkan Jun.
"Ampuuun..cantik banget nih cewek. Ya Allah izinkan kami berjodoh." Teriak Jun namun hanya dalam hati pastinya.
"Kebesaran deh." Ujar gadis itu kembali. Kemudian melepas kembali sepatunya. Sontak membuyarkan kefokusan Jun mengagumi segala sisi gadis itu.
"Mungkin mau aku bantu untuk cek di store lain? Nanti barangnya bisa ditransfer kesini." Ujar Jun mencoba memberi solusi.
"Boleh deh." Ucap sang gadis singkat, kemudian memilih menurunkan pandangannya pada ponsel yang ia genggam. Sementara Jun mulai bangkit menuju kasir untuk mengecek keberadaan size sepatu yang gadis itu inginkan.
"Minggir lo!" Cetus Jun kepada Reyhan dan Naomi yang sudah duluan berada di area kasir.
"Njirr, semangat banget romannya." Ledek Naomi dengan suara sedikit berbisik.
"Urusan jodoh, harus semangat Nom." Balas Jun dengan senyum simpulnya.
"Brengsek. Ga ada lagi." Gerutu Jun pelan saat tak juga menemukan stock di store lain. Dengan menghela nafas pelan, Jun kembali mengahampiri gadis itu.
"Sorry, untuk size ini kebetulan di store lain pun sudah sold out. Tapi menurut info yang aku dapat, kemungkinan bulan depan akan ready stock lagi. Mungkin kamu mau meninggalkan kontak, jadi nanti bisa aku hubungi kalau barangnya sudah ada." Ujar Jun berkilah. Sejenak gadis itu terdiam seraya berfikir sembari menggigit bibir bawahnya. Membuat Jun kembali menelan salivanya.
"Kamu yakin beneran bakal datang lagi? Kan katanya limited? Tanya gadis itu sembari melirik sinis ke arah Jun.
"Menurut infonya sih begitu." Balas Jun seraya mengukir senyum beracun andalannya yang memperlihatkan lesung pipinya.
"Ayo dong, please mau tinggalin kontak." Gumam Jun dalam hati. Sejenak gadis itu kembali berfikir sebelum memutuskan sambil sesekali melirik wajah Jun, sedikit sangsi.
"Ok deh. Aku tinggalin kontak. Tapi kamu ga bohong kan?" Balas gadis itu lagi memastikan.
"Ga dong. Kata mamah aku, bohong itu dosa." Ujar Jun dengan ekspresi sok innocent. Membuat Reyhan dan Naomi seketika menahan tawa di kasir, mendengar candaan garing leader mereka.
"Mari, silahkan isi database di meja kasir." Ucap Jun kembali, seraya menadahkan kedua tangannya ke arah meja kasir. Gadis itu pun akhirnya menuruti ajakan Jun. Dan dengan inisiatif Reyhan langsung membantu membukakan sebuah database book customer. Sementara Jun mengintili gadis itu dari belakang dengan senyum yang mengembang.
Cahaya Safira, gadis itu mulai menorehkan nama dan nomor telfonnya. Jun yang berdiri di sampingnya, dengan penasaran ia mengintip dan mengangkat alisnya saat Safira tengah menuliskan nomor ponselnya.
"Namanya sesuai banget sama wajahnya." Oceh Jun lagi dalam hati.
"Alamatnya juga jangan lupa di isi yah." Ujar Jun kembali, menimpali.
"Perlu banget?" Tanya balik Safira, kembali melirik curiga ke arah Jun.
"Perlu banget. Karena itu salah satu rules kita untuk customer yang memesan barang." Kilah Jun dengan tenangnya. Tanpa banyak bicara, Safira pun akhirnya menuliskan alamat tempat tinggalnya. Jun pun makin tersenyum-senyum dibuatnya, tentunya tanpa sepengetahuan Safira.
"Done! Jangan lupa hubungi aku yah. Thank you." Pungkas Safira sesaat selesai menulis. Kemudian cepat-cepat berlalu meninggalkan Jun, Reyhan, dan Naomi. Menyisakan wangi lembut parfum selamat tinggalnya yang masih bisa Jun hirup aromanya.
"Sike! Bisa aja lo kak. Itu sepatu kan ga bakalan dateng lagi." Ujar Reyhan kepada Jun saat Safira sudah tak terlihat lagi.
"Demi cinta, berbohong dihalalkan dalam kamus hidup gue Rey." Balas Jun sembari tersenyum melihat tulisan yang ditinggalkan Safira di database book customer.
"Hahaha, gokil emang lu kak Jun." Cletuk Naomi sembari tertawa.
"Kalo nanti dia udah punya pacar gimana kak Jun?" Tambah Reyhan menimpali.
"Yang penting usaha aja dulu. Kaya pepatah yang gue percaya. Usaha takkan pernah menghianati hasil." Balas Jun dengan senyum sarkasnya.
" Sa ae lo kak." Sahut Reyhan kembali sembari menggeleng-gelengkan kepala.
"Cantik banget sih parah. Kayanya tar malem gue mau sholat tahajud deh, biar gue bisa berjodoh sama dia." Ujar Jun kembali yang semakin membuat Reyhan dan Naomi terbahak.
"Sholat lima waktu aja dulu, kak Jun. Wkwkwk." Ledek Reyhan kembali diikuti tawa Naomi.
"Yee..Ga usah ngledek lo." Balas Jun sambil menoyor jidat Reyhan pelan.
"Cahaya Safira, gue pastikan cahaya lo akan hadir dalam kehidupan Diego Junior si musafir cinta." Ujar Jun kembali dengan wajah percaya diri sambil menatap kembali buku database yang bertuliskan tangan dari gadis cantik bak bidadari incaran Jun selanjutnya.
♡♡♡♡♡♡
bersambung,