"Yes, lo kena. " Girang Saga kearah Keano, saat kepala botol itu mengarah kepada Keano.
" Truth or dare? " Tanya nya lagi. Ya sekarang Arnand cs sedang main TOD di rumah kepsek nya, alias rumah Sya. Disana juga ada Sheryl dan Chika yang juga ikut andil. Chika? ya perempuan itu hadir kerena permintaan Sheryl, yang bersikeras untuk mengajak Chika.
" Sebagai seorang gentleman gue pilih truth. " Saga melemparkan kulit kacang yang sudah dimakan nya kemuka Keano kesal sendiri.
"Njir, jijik gue. Sisa ludah lo Saga. " Sambung Keano.
"Gentleman pala lo, kalau milih nya truth. " Saga menatap Keano tajam tapi penuh dramatis. Gelak tawa mereka semua benar-benar terdengar bahagia.
Tapi berbeda dengan Sean dan Chika mereka mereka saling melemparkan tatapan permusuhan, lebih tepat nya Sean sendiri. Sean sangat tidak suka melihat Chika yang berhasil mengambil hati sahabatnya, sehingga bisa gabung dengan mereka.
"Ya udah, pertanyaan nya apaan? " Arnand meletakkan jari telunjuknya di jidat nya, Memikirkan apa pertanyaan yang cocok untuk Keano.
"Ok, karena lo ngejomblo mulu, gue mau nanya lo normal nggak sih? suka perempuan kan. " Bukan, itu bukan pertanyaan dari Arnand, melainkan itu adalah pertanyaan dari Saga. Saat ini memang Saga dan Keano yang terlihat sangat antusias.
"Enak aja lo, gini-gini gue normal tau, emang lo fikir gue homo. " Keano tak habis fikir jika itu pertanyaan yang keluar dari mulut sahabat laknat nya, si Saga. Mereka tak kuasa menahan tawa nya melihat wajah kesal Keano dan wajah cengir Saga.
" Kean, mau nggak gue jodohin? " Tanya Sya yang langsung membuat mereka mengalihkan pandangannya kepada gadis itu. Keano langsung berbinar mendengar penuturan Sya barusan. Pasal nya, cewek seperti Sya, mustahil kan punya kenalan orang jelek, sahabat nya aja secantik Sheryl. Keano sangat penasaran.
"Mau jodohin sama siapa Sya? Apa sama bi Fatimah? atau bi Surti?, bi Ira? ups, Jangan-jangan mang Udin? " Sheryl mengabsen satu persatu ART rumah Sya, mereka tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Sheryl.
" Bukan. " jawab Sya santai. Arnand menatap Sya curiga, Sya malah tersenyum penuh tanda tanya bagi semua mereka.
"Terus??? " Tanya mereka serentak dan kompak, yang sukses membuat Sya tersenyum puas.
"Ya sama mpok Jamilah lah, kan nama laki nya Keano masak lo pada lupa sih. " Cengir Sya tanpa dosa.
" kejo, Anatasya. " Intruksi mereka semua serempak.
1
2
3
Hahahaha...
Keano sangat kesal dengan tingkah Sya, benar apapun keadaannya , dimanapun tempatnya, dan kapan pun waktu nya Sya tetap saja Sya tak akan pernah berubah dari sifat konyol nya yang tentu nya sangat menyebalkan.
Arnand menetap Sya yang sedang tertawa renyah, bahkan Sya berlipat-lipat lebih cantik dari wajah serius nya menurut Arnand.
" Dih, pandang-pandang bae, rasa jadi nyamuk. " Celutuk Saga.
" Yang, keluar yuk. Ketaman gitu, nggak enak disini. " Sambung Saga sambil menarik tangan Sheryl. Sheryl hanya patuh kepada Saga tanpa pertanyaan apa-apa.
" Lah, gue jomblo woy. Nggak sadar tempat lo pada. " Keano juga ikut berlalu tanpa pamit, bukan Keano tidak mengikuti arah Saga dan Sheryl, mana mungkin Keano ikhlas jadi umpan nyamuk.
Sedang kan diruang tamu rumah Sya, hanya tinggal dirinya sama Arnand, dan Sean sama Chika. Dari tadi Sean dan Chika memang belum ada diantara mereka yang memulai percakapan apa-apa.
" Sya, gue pamit ya. " Sya dan Arnand saling bertatapan mendengar pernyataan serentak mereka.
" Ya udah, kalian bareng? " Tanya Arnand heran, berbeda dengan Sean yang hanya mengedikkan bahu nya acuh. Sirat matanya yang dingin yang tak pernah ditampilkan oleh seorang Sean. Bahkan lebih dingin dari tatapan Arnand yang terkenal sebagai beruang kutub.
Dan Sya, dari awal Sya sudah tak suka dengan kehadiran gadis itu, andai saja kalau bukan karena Sheryl,mungkin Sya sudah memberantas nya dari dulu.
" Nggak. " Jawab Sean datar. Chika hanya memandang Sean sekilas, raut kesenduan menghiasi wajah manis nya. Chika sadar, setelah hari itu, Sean bukan lagi orang yang sangat peduli terhadap nya, laki-laki yang dulu nya membuat Chika terkadang merasa tidak nyaman dengan sifat posesif nya, sekarang berubah jadi Sean yang dingin dan datar. Sungguh Chika sangat merindukan semuanya.
"Ok, hati-hati. " Lanjut Sya, sambil menatap tajam ke arah Chika, Arnand memberi kode kepada Sya, agar gadis itu menghentikan tatapan mautnya yang sukses membuat Chika menunduk.
Sean dan Chika telah berlalu, Sya dan Arnand mengantar mereka sampai ke pintu depan. Sean pulang menggunakan motor sport nya, sedangkan Chika memilih naik taxi online.
" Dih, ngapain mayun-mayun gitu. " Arnand sebenarnya tau, jika Sya pasti kesal dengan nya, yang menghentikan aksi tatapan peperangan pada Chika barusan. Tapi Arnand hanya sedang berpura-pura tidak peka.
" Tua ah, kesel gue. " Sahut Sya tanpa berniat melihat kearah lawan bicaranya. Arnand membalikkan badan Sya supaya menghadap kearah nya. Sya melotot tajam kearah Arnand karena perlakuan nya.
" Nggak usah marah gitu, tambah gemas aja. " Sya hanya memutar bola matanya jengah, malas jika harus berhadapan dengan ketos seperti Arnand Celvano Axelle.
"Senyum dong. " Sya menarik bibirnya terpaksa, dan melambangkan senyuman yang sama sekali tidak ikhlas.
" Owh iya, udah selesai tugas nya yang kemaren? " Tanya Arnand, pasalnya Sya meminta bantuan mengerjakan tugas yang diberikan pak kumis pekan lalu kepada Arnand. Sya hanya mengangguk sekali.
" Udah dikumpul? " Sya kembali mengangguk.
" Udah dibagiin bukunya. "lemes, Sya lemas sendiri menjawab pertanyaan Arnand.
" Udah cinta sama gue. " Sya menyiapkan kepalanya untuk mengangguk, tapi sedetik kemudian sya tersedar, dan membeku ditempat nya. Ada gejolak aneh menyelimuti nya, seketika menyerap ucapan yang dilontarkan Arnand kepadanya.
" Kok nggak jadi ngangguk? " Goda Arnand, kerena melihat wajah merona Sya, yang membuatnya susah payah menahan senyuman nya.
" Ngeselin. " Singkat, padat, dan kurang tepat, itulah kata yang pantas buat jawaban yang diberikan Sya.
" Sya, gue serius lho.Love you. " Ucap Arnand tepat didepan telinga Sya.
Sya merasa aneh dengan dirinya, kenapa jantung nya secepat ini bereaksi ketika bersama Arnand, padahal bersama Zhieno dulu tak seperti ini.
" Apa gue udah mulai jatuh cinta? " Bathin Sya. Refleks Sya menggeleng kan kepala nya, menyalahi argument otaknya.
" Lah, kenapa geleng-geleng gitu? " Lanjut Arnand lagi.
" Eh_ Apa? duh, Anu? " Sya kelagaban sendiri mendengar pertanyaan Arnand tadi. Arnand tersenyum lebar melihat tingkah Sya barusan.
"Santai aja Queen, nggak usah gerogi gitu sama pacar sendiri kok. " Oh my god, Sya benar-benar malu sekarang. Ini semua kerena Arnand yang tak pernah puas menggoda nya.
" Cie, blushing ni ye. " Duh, Arnand, Sya ingin tenggelam kelaut.
"Apaan sih, nggak jelas amat. "
" Tapi suka kan? " Siapa pun tolong bantu sadarkan Arnand, dia itu seorang ketos yang berwibawa tinggi, yang dingin kayak es batu, yang pintar se Erlangga, bisa melakukan itu hanya kerana gadis konyol.
" Lo bener Arnand kan? "
"Lah, emang gue siapa lagi Anatasya. "
"Siapa tau jelmaan nya. " Balas Sya sengit.
***