Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Caramel Addicted

🇮🇩Baskaraff
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.5k
Views
Synopsis
Dia menjauh, gue mendekat. Dia mendekat, gue menjauh. Apa gue sanggup buat ngejauhin dia di saat udah sayang-sayangnya? -Anya Didrika Emer "Drugs are addicted. But, you're as sweet as caramel. So, I think that I've caramel addicted." -Ozora Riordano LO TUH EGOIS! GAK PERNAH PANTES BUAT ANYA!! -Giofari Adlana

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Prologue;

Brangkar rumah sakit terus berjalan cepat ke arah Ruang Tindakan. Seorang perempuan terkapar lemas diatasnya. Darah mengalir perlahan dari hidungnya.

"Mama... Anya mau sekolah. Gak mau disini Ma..." Ucap perempuan itu tak berdaya. Wanita yang sekitar berumur kepala tiga itu, ikut berjalan cepat di samping brangkar, menghela napas berat.

"Iyaa... Anya abis ini sekolah yaa..." Jawabnya seraya mengelap air matanya. Tak tega melihat anak semata wayangnya terkapar lemas di atas brangkar itu.

***

"ZORA!! RAAA!!!"

Perempuan berkuncir kuda berlari ke arah kelas XII-IPA 2. Masuk kesana tanpa mengucapkan salam atau apapun itu.

"BACOT!!!" Teriak Ozora dari ujung ruangan. Lelaki berkemeja putih acak-acakan itu mengipas-ngipaskan tubuhnya dengan kardus bekas. Kelasnya terasa panas. Kaki jenjangnya ia tekuk, tubuhnya bertumpu dengan pahanya.

"ZORA!! CEWEK LO MASUK RUMAH SAKIT BODOH!!"

Teriak perempuan itu lagi. Ozora berdiri tegak. Berjalan cepat ke arah perempuan itu.

Perempuan itu merasa takut. Pasalnya,Ozora yang sebenarnya adalah sahabatnya ini, tidak pernah melakukan hal ini padanya. Zora mendekati perempuan itu. Sangat-sangat dekat.

"Lo. Tau. Darimana?"

Tiga kata singkat itu keluar dari mulut Ozora.

"Aku...aku..."

"DARIMANA ZITA?!" Bentak Ozora. Zita, perempuan manis itu, menutup wajahnya. Ozora tersadar. Sahabat kecilnya ini merasa takut terhadapnya. Ia mundur beberapa langkah. Menghapus peluh di wajahnya.

Ozora mengambil tangan Zita pelan dan menurunkannya. Menarik dagu Zita hingga perempuan itu menatapnya.

"Aku minta maaf. Aku kasar. Maaf. Maaf..." Ucap Ozora menyesal. Zita menghela nafas panjang. Merasa lega.

"Aku takut, kamu serem banget. Udah, abaikan aja. Tadi Anya pingsan pas turun dari mobilnya dalam keadaan udah mimisan. Seluruh anak yang lewat langsung panik, berdiri melingkari dia. Gak lama kemudian, ambulan dateng dan dia di bawa ke rumah sakit."Jawab Zita panjang. Ozora memijat keningnya.

"Aku abis nongkrong di warung belakang. Aku slek sama Anya" jawab Ozora seadanya. Alis Zita bertaut.

"Terus, kalau kamu ada masalah sama dia, kamu berantem sama dia, kamu biarin gitu aja?! Dia cewek kamu Raa! Kamu berjuang apa buat dapetin dia sih?!"

"Dia gak mau jadi cewek aku Zee! Apalagi yang harus aku perjuangin?!"

"Sekarang gini deh Raa. Kamu udah sayang sama dia dari kapan? Aku tau, mungkin itu baru. Aku tau Anya anak nakal yang susah buat kamu dapetin. Tapi, please Raa! Kamu gak tau kapan Anya gak ada. Kapan kamu gak ada. Kalau semuanya berubah dalam kecepatan satu kedipan mata, gimana Raa? Apa yang akan kamu lakuin? Menyesal seumur hidup? Atau mau jomblo sampe mati? HAH?!"

Omongan panjang Zita menggetarkan tubuh Ozora. Ia tertegun. Tenggorokannya tercekat. Ia merasa sangat bersalah.

"Rumah sakit mana?" bisiknya nyaris tak terdengar.

"Yang di deket sini, sebelah lampu merah"

detik setelah Zita berkata, Ozora berlari kencang. Tak peduli apa yang di lewatinya.

'Gue sayang lo An. Please jangan ada kabar buruk.'