Chereads / ALENA KIM / Chapter 6 - Chapter 5 "Not Your Fault"

Chapter 6 - Chapter 5 "Not Your Fault"

Menguar bau obat-obatan dan nampak terasa sunyi. Dentuman jarum jam dan suara tetesan air dari botol yang menggantung disampingnya, adalah hal pertama yg dirasa dan dilihatnya, ketika kelopak indah itu mengerjap pelan.

Pening kembali mendera kepalanya, saat tubuh lemah itu mencoba untuk bergerak guna melihat sekitarnya.

Suara pintu terbuka mengalihkan fokusnya, disana 3 orang yang dikenalnya masuk bersama seorang dokter laki².

"Putriku,, apa kau baik² saja? Kau masih merasa sakit?" tanya wanita paruh baya itu beruntun, nampaknya ia sangat khawatir. Terlihat dari gurat diwajah cantiknya yg sedikit menua.

Tangan² kusutnya memeriksa setiap jengkal tubuh gadis itu. Takut² jika ada luka ataupun hal serius melekat pada tubuhnya.

Sontak hal itu membuat pria paruh baya disampingnya menghela nafas pelan. "Sayang, berhentilah menyiksa alena,, dia baru saja tersadar kenapa kau malah membolak balikan tubuhnya?" Kata pria paruh baya itu, tangannya menarik tubuh istrinya sedikit menjauh. Memberi jarak dengan menantunya.

Istrinya mendengus kesal, bagaimana bisa suaminya berkata seperti itu? Sedangkan tadi dirinya lah yg paling khawatir, saat mendengar kabar menantunya masuk rumah sakit.

PLAK 

Lengan pria paruh baya itu menjadi sasaran empuk tangan istrinya. Maniknya menajam menyorot suaminya. "Salahkan anak mu itu Tuan Oh,, bagaimana bisa ada manusia kejam seperti dia? Harusnya tadi, aku mampir kesana dulu untuk memberinya pelajaran!" Ucapnya dengan amarah menggebu², anak tunggalnya sama sekali tak berubah sejak dulu. Sejak pernikahannya dengan gadis diatas ranjang putih itu.

Tanpa mau membalas ocehan istrinya, Presdir Oh mempersilahkan dokter itu untuk mengecek kembali kondisi menantu kesayangannya.

"Kondisinya masih lemah, dia harus banyak² istirahat dan sejujurnya ada-"Suara dokter itu terpotong oleh alena.

"Dokter.." Panggilnya lirih, tatapannya menyiratkan sesuatu.

"Ya,, alena-ssi?" Keempat pasang manik disana menatapnya dengan bingung.

"Bisakah kita bicara berdua dulu?"

Baik ibu, ayah dan bodyguard nya itu saling melempar pandang.

"Alena ada apa?" tanya pria paruh baya itu. Ia merasa ada yg disembunyikan oleh menantunya.

Jika jaehyun membawanya kerumah sakit yg biasa ia datangi, mungkin alena bisa bernafas lega. Karna kemungkinan besar yg menangani dia dokter pribadinya. Tanpa harus bermain kucing² an pun, dokter pribadinya takkan mengatakan apa yg tidak diinginkannya.

Gadis itu menggeleng lemah dengan posisi terbaringnya. Kepalanya masih terasa berat. "Tidak apa² ayah,, hanya sebentar saja?" pintanya, mau tidak mau Presdir Oh bersama sang istri dan bodyguard nya harus keluar dari ruangan itu. "Baiklah.."

Sepeninggal mereka dari sana, alena menatap dokter laki² itu yg bingung dengan keinginan pasiennya.

Manik indahnya membaca name tag yang terpasang dijas dokter laki² itu.

"Alena-ssi ada apa?" Dokter itu membantu gadis itu menyandarkan tubuhnya pada ranjang.

"Bisakah saya meminta sesuatu?"

Dokter itu mengangguk keras, karna keinginan pasiennya adalah yg terpenting. "Katakan.."

"Jangan katakan apapun pada mereka tentang ketahuan anda pada kondisi tubuh saya"

Dokter itu bingung, dilihat dari kerutan yg terlihat didahinya.

"Tapi mereka keluarga anda,, mereka berhak tahu"

Memang benar, jika mereka keluarganya. Lebih tepatnya keluarga yg tersisa. Justru itulah, ia tidak ingin memberikan beban fikiran kepada mereka. Alena hanya tidak ingin meninggalkan luka nantinya, jika semua prediksi yg diterimanya jadi kenyataan.

Jika ditanya siapa yg paling dekat dengannya dirumah besar itu? Jawabannya, Jung Jaehyun. Karna, hanya kepada lelaki itulah ia bisa mendapatkan tawa secara cuma². 

"Saya mohon,, biarlah nanti saya sendiri yg menyampaikan kepada mereka jika sudah siap"

Dokter itu tampak menimang² keputusannya sendiri. Tapi jika memang itu keinginan pasiennya, dia akan menurutinya. "Baiklah, saya percaya kepada anda alena-ssi,, jika terjadi sesuatu terhadap anda karna keputusan anda ini, saya tidak bisa ikut campur lagi"

Gadis itu mengangguk pelan disertai senyuman lemahnya.

Dokter itu keluar dari ruangannya, bersamaan 3 orang diluar menatapnya dengan penasaran.

"Siwon-ssi, sebenarnya ada apa dengan menantuku? Apakah terjadi sesuatu padanya"

Dokter itu menatap tenang kearah wanita paruh baya itu "Tidak ada apa² Nyonya Oh,, seperti yang saya katakan tadi. Menantu anda dalam keadaan lemah dan terlalu lama dibawah derasnya hujan membuat kepalanya didera pusing. Sebaiknya lain kali hal ceroboh seperti ini tidak terjadi lagi, mungkin saja dia bisa mati kedinginan jika tidak cepat² dibawa selamatkan"

Tidak ada lagi yang bersuara, mereka dengan tenang mendengarkan penjelasan dokter tinggi itu. Amarah menguar dari pria paruh baya itu. Tangan² nya mengepal kuat dengan geraman rendah dari bibirnya.

"Saya permisi.." Ketiganya mengangguk bersamaan dengan kepergian dokter itu.

Alena lega, dokter itu bisa menuruti keinginannya. Mereka kembali masuk kesana, melihat gadis itu yg kini terbaring diatas ranjangnya lagi.

"Apa dia masih selalu seperti itu kepadamu?" tanya pria paruh baya itu dingin, banyak yang tidak ia ketahui karna jarak rumah yang dihuni keduanya.

"Maksud ayah?" Gadis itu paham apa maksud ayah mertuanya, hanya saja ia tidak ingin cepat mengerti dengan arah pembicaraannya itu.

Tangan Presdir Oh menyentuh tangannya yg terpasang infus, membelai dengan sayang surai cokelatnya. "Dia memperlakukanmu dengan tidak baik bukan?"

"Katakan kepada kami, jika kau tidak bahagia bersama putraku. Maka dengan begitu, kami akan mengikhlaskan mu berpisah dengannya" ujar ibu mertuanya, tahun² telah berlalu. Tapi tampaknya, hubungan putra tunggal mereka tidaklah berjalan dengan baik. Sehun, pria dingin itu malah semakin membenci gadis itu bukan perlahan mencintainya.

Jika memang hubungan itu sudah tidak lagi sehat, dan menyiksa gadis itu, maka jalan satu²nya hanya berpisah. "Bukan salah suamiku, ibu.. Ayah. Ini salahku, yang tak pernah menuruti aturan yg dibuatnya"

Mendengar kalimat yang terlontar dari bibir gadis itu, jaehyun mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak habis fikir dengan alena, saat semua perlakuan tidak baik didapatnya dari pria dingin itu, ia masih bisa membelanya. Mengakui kesalahan yang bahkan tidak dilakukannya.

"Jika bukan salahnya, kenapa dia membiarkanmu kedinginan diluar gerbang? Sejujurnya apa yg terjadi? Semua bodyguard dirumah hanya mematuhi Tuan nya alena,, jangan coba² berbohong kepada ayah"

Mereka hanya saling melempar pandang, mengunci bayangan masing².

Keadaan terasa dingin dan mencekam, sama seperti hujan yg terus turun diluar dengan derasnya.

Tanpa mendengar jawaban menantunya lagi, Presdir Oh dan istrinya bergegas keluar dari ruangan alena. Yang bisa gadis itu pastikan, mereka akan menemui anak mereka.

"Ayah,, ibu dengarkan aku. Itu kesalahanku, jangan melibatkan semuanya dengan sehun"

"Ayah.. Ibu"

Pintu ruangan itu tertutup kembali, menyisakan dua manusia didalamnya yang saling terdiam. "Kenapa kau membelanya? Bukankah memang dia yang bersalah?"

Seiring maniknya yg terpejam, telinganya mendengar suara lirih pria disampingnya

"Memang itu salahku, jaehyun-ah" Lirihnya, manik sayu nya dan tubuhnya yg lemah tidak bisa untuk melawan emosi pria itu, dia tahu jaehyun benar² marah akan semua perlakuan sehun padanya, namun ia tetap membelanya.

Jaehyun menarik kursi disana, duduk disamping gadis itu dengan tatapan terlukanya. "Bagaimana bisa itu menjadi salahmu? Kau bahkan tidak berbuat apapun"

"Jelas salahku, aku selalu melanggar aturannya"

Berdebat dengannya pun tiada guna, jaehyun menghela nafas lelah dengan kepala tertunduk. Ia tak mau menambah sakit gadis itu dengan kata² kasar nya yg mungkin bisa saja terlontar.

Pria itu memilih diam tak melanjutkan argumennya. "Apa kau lapar? Mau makan?"

Alena hanya diam mendengarkan pria itu. "Kau harus makan dan meminum obatmu, agar cepat pulih"

"Tidak.." Tolaknya, kepalanya memiring ke kanan menghindari tatapan jaehyun.

"Kenapa?"

"Karna kau marah padaku,, lihatlah kedua alismu bahkan masih bertautan" Omelnya, Alena tetaplah alena. Gadis periang yang cerewet dan kuat. Apapun ditanggungnya sendiri, tanpa mau berbagi dengan siapapun untuk meringankan beban yg dideritanya.

Mana mungkin jaehyun bisa lama² mendiami serta marah padanya. Jika ia selalu berhasil meluluhkan amarahnya.

Keduanya memang dekat, sejak jaehyun diperintahkan untuk menjaganya oleh Presdir Oh dan suatu alasan lain nya.

"Aku tidak marah.."

Gadis itu tertawa remeh, padahal kondisi tubuhnya sangat berlawanan dengan raut wajahnya. "Pandai sekali kau berbohong, Jung jaehyun,, aku sangat mengenal seperti apa dirimu.."

"Ah, benar kah? Tapi sepertinya, kau tidak mengingatku noona" Ucapnya ambigu, membuat alena seketika terdiam tanpa ekspresi.

Jaehyun cepat² mengambil nampan berisi makanan yang disiapkan pihak rumah sakit, mengalihkan perhatian gadis itu. Ia meletakanmya disamping tubuh gadis itu, dan mulai menyuapinya.

"Ayo buka mulutmu, kau harus mempunyai energi untuk bisa memarahiku lagi,, seperti yang biasa kau lakukan"

Satu suapan mengudara didepan mulut gadis itu yg masih setia tertutup. "Mau membuatku bertambah marah?"

Cepat² ia membuka mulutnya, menerima suapan demi suapan masuk kedalam tubuhnya.

"Sudah,, aku sudah kenyang"

"Pandai berbohong sekali gadis kecil ini.."

Alena mendengus sebal "Rasanya tidak enak, aku tidak mau lagi"

Jelas rasanya tidak enak, karna namanya orang sakit pasti makanannya selalu terasa hambar dan pahit. "Satu suap lagi, ya?"

" Aku tidak mau.."

Jaehyun tetap mempertahankan tangannya yg mengudara, memegang sendok untuk suapan terakhir.

Maniknya menyiratkan permohonan, dengan terpaksa gadis itu menerimanya.

Setelah selesai, jaehyun memberikan obat yg diberikan oleh dokter siwon. Meminumnya dengan segera, dan senantiasa dibantu oleh pria itu.

"Cepatlah sembuh dan jangan seperti ini lagi" ucap jaehyun tulus, bukan sekedar kata². Ia memang sangat takut terjadi hal buruk kepada gadis itu, yang notabene seseorang yg dijaganya. Atau lebih tepatnya, istri majikannya.

Alena mengerjap polos "Kenapa?"

Untuk beberapa detik, jaehyun menatap dalam manik sepasang manik indah itu. "Kau membuatku khawatir, bahwa sesuatu buruk akan merenggutmu dariku"

"Kau takut, karna nanti tidak ada yang memarahimu kan?" Godanya, mencairkan suasana yg menurutnya berubah jadi canggung.

Jaehyun terdiam, gadis itu selalu tidak ingin terperangkap dalam kalimat penuh maknanya. Membuatnya harus menahan gejolak dalam dirinya sedalam mungkin.

~¤¤¤~