Chereads / Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 6 - Laut Mengering Dan Batu Hancur

Chapter 6 - Laut Mengering Dan Batu Hancur

Ai Zhiyi ikut tersenyum. Bagaimanapun, wanita berusia tiga puluh dua tahunan itu sudah terlalu baik untuk disebut sebagai orang baik untuk semua hal.

Ketika semua orang dan dunia membencinya mereka, Chu Xinian adalah satu-satunya orang yang tidak melakukannya. Jika saja ia dan Chu Weixu bekerja selama seumur hidup, maka tidak akan pernah terpenuhi untuk mengganti semua apa yang telah Chu Xinian berikan sepenuh hati.

Walaupun Chu Xinian tidak pernah merasa dirugikan, Ai Zhiyi tetap saja merasa berutang budi padanya. Ia berpikir harus membayarnya bagaimanapun caranya. Jika tidak, ia akan menanggung malu seumur hidupnya.

Ai Zhiyi teringat dengan masa lalu mereka yang terkesan terlalu naif. Semuanya mereka lakukan dengan sangat buru-buru.

Pada malam sebelas tahun yang lalu. Ketika mereka berdua harus menginap di jalanan untuk menunggu kereta yang akan berangkat pagi-pagi sekali, Chu Xinian datang secara diam-diam dan memberi sejumlah uang. Chu Xinian tahu bahwa Chu Weixu tidak akan ingin menerimanya, jadi ia memberikan itu kepada Ai Zhiyi.

Walaupun Zhiyi menerimanya dengan berat hati, ia harus memikirkan bagaimana mereka harus bertahan di tengah kota yang bahkan tidak peduli dengan keberadaan mereka.

Masa remaja mereka konyol.

Ai Zhiyi pergi sebelum hari kelulusannya di Sekolah Menengah, sementara Chu Weixu tidak berkuliah. Mereka tidak mempunyai pengalaman di dunia kerja. Yang bisa mereka andalkan hanyalah sebuah bakat yang tidak pernah diasa.

Sejak dulu, Ai Zhiyi mengikuti kelas musik di sekolahnya, jadi ia pandai memainkan beberapa alat musik—biola adalah yang paling ia minati. Sementara Chu Weixu memiliki suara yang bagus, yang pernah bermimpi untuk menjadi seorang musisi.

Namun, ayahnya adalah pemilik bisnis yang berusia seratus tahun. Ia tidak akan melepaskan Chu Weixu begitu saja dengan keinginan bodohnya itu.

Pada akhirnya, Chu Weixu memilih untuk melarikan diri dan mengajak kekasih yang ia cintai. Walaupun Ai Zhiyi menolak pada awalnya, Chu Weixu seolah memiliki sihir pada bibirnya. Setiap kata-katanya merupakan mantera yang bisa menimbulkan sensasi lupa, yang membuat Ai Zhiyi bertanya-tanya hingga saat ini, mengapa ia sampai ingin menerima tawaran itu?

Mengapa ia begitu mencintai Weixu dan mengapa Weixu mencintainya?

Orang-orang sering berkata bahwa cinta dan mencinta tidak butuh kata-kata. Jika seseorang bertanya, mengapa kalian saling mencintai? Tidak ada yang dapat memahaminya.

Ada pepatah yang mengatakan, 'laut mengering dan batu hancur'. Ai Zhiyi tidak memahami maknanya, itu hanya Chu Weixu yang mengartikannya sebagai cinta sejati. Ai Zhiyi tidak mengetahui kebenarannya, namun ia tetap meyakininya dikarenakan Chu Weixu berkata dengan tegas setelahnya—bahwa ia akan hidup bersamanya— selama-lamanya.

Jika saat ini ada seseorang yang menanyakan hal yang sama mengenai perasaannya, maka ia akan kembali menjadi seorang remaja bodoh dengan jawaban yang sama.

Suatu malam, Chu Weixu membujuknya untuk melakukan hubungan intim. Walau takut dan ragu, Zhiyi tetap menyerahkan dirinya malam itu. Walau ia merasa kesakitan yang luar biasa, itu segera tergantikan dengan kebahagiaan.

Namun, sesuatu yang buruk terjadi setelah malam bahagia itu. Orang-orang mengetahui hubungan mereka, sehingga kedua keluarga menjadi murka dan masing-masing menyeret anak mereka. Chu Weixu dikurung di rumahnya, sedangkan Ai Zhiyi harus dimarahi selama berhari-hari.

Karena itu, kedua keluarga harus menanggung rasa malu. Ayah Chu Weixu memecat ayah Ai Zhiyi. Ia dibuang seperti sampah yang menjijikkan seolah-olah pengabdiannya selama bertahun-tahun pada keluarga itu tidak berarti apa-apa, membuat Ai Zhiyi merasa sakit hati ketika mengetahui bagaimana mereka memperlakukan keluarganya dengan sangat buruk.

Pada suatu malam yang menegangkan, Chu Weixu kabur dari rumahnya, kemudian datang menemui Ai Zhiyi yang sudah seharian itu menangis.

Ai Zhiyi berniat untuk tidak ingin membiarkannya masuk, tetapi saat itu adalah musim dingin, salju hampir membekukan Chu Weixu yang berdiri di luar.

Itu adalah pertemuan pertama mereka setelah hampir dua bulan keluarga mereka mengurung mereka.

Ai Zhiyi sebenarnya ingin putus dengannya, mengingat bagaimana keluarganya memperlakukan ayahnya. Namun, ada pemikiran yang muncul bahwa Chu Weixu tidak bersalah—ia adalah kekasihnya—tidak ada dari mereka ingin semua ini terjadi.

Ai Zhiyi masih mengingat dengan jelas bagaimana Chu Weixu mengatakan, "Zhiyi, jika seperti ini, aku yakin hubungan kita akan benar-benar berakhir. Aku ingin terus bersamamu. Jadi, mungkin, sekarang adalah waktunya untuk bersikap egois. Aku ingin kau ikut bersamaku."

Ai Zhiyi tidak mengerti dengan kata-kata Chu Weixu. Ia hanyalah seorang remaja polos yang tidak mengerti apa-apa, jadi ia bertanya dengan bingung, "Ap-apa maksudmu?"

Menarik napas dalam diam, Chu Weixu pun mengatakan kata-katanya dengan sangat jelas, "Aku ingin kita pindah ke kota lain. Aku akan menunggumu di stasiun besok malam jam sebelas."

Chu Weixu bahkan tidak butuh sebuah pendapat selain meminta Ai Zhiyi untuk langsung setuju.

Namun jelas, Ai Zhiyi menolak itu pada awalnya. Mereka masih remaja, bukan?

Hanya saja Chu Weixu terlalu pandai dalam berkata-kata, membuat Ai Zhiyi pada akhirnya setuju setelah ia mempertimbangkan hal itu seminggu kemudian.

Ketika malam itu tiba, Ai Zhiyi mencuri sebagian tabungan ibunya, lalu melarikan diri menuju stasiun tanpa sepengetahuan keluarganya. Ia hanya meninggalkan sepucuk surat untuk kedua orang tua dan saudara tertuanya sebagai perpisahan yang diingat sebagai aib yang paling menjijikkan.