Namun, begitu Ai Zhiyi perlahan-lahan mulai kehilangan kesadarannya, ia samar-samar merasakan tubuh besar dan kuat memeluknya dari belakang. Ia bisa merasakan berat dan juga panas tubuh Chu Weixu di punggungnya, yang perlahan-lahan semakin menyatu dengan tubuhnya. Ia tidak tahu dengan jelas apakah ia sedang bermimpi, yang terasa begitu nyata saat ia terlelap. Hingga pada akhirnya ia memaksa kedua matanya yang berair dan sedikit memerah karena menahan kantuk untuk terbuka, lalu menemukan bahwa sentuhan itu benar-benar nyata.
Awalnya Ai Zhiyi hanya diam dengan mata terbuka seperti patung bernyawa, namun karena Chu Weixu semakin menindihnya dengan kuat, tekanan itu membuatnya tidak nyaman. Ia berusaha bergerak, berharap jika pria berat itu akan menyingkir dari atas tubuhnya, tetapi semuanya tidak seperti apa yang ia rencanakan. Chu Weixu yang saat ini sedang dipenuhi nafsu di kepalanya seakan tidak peduli jika Ai Zhiyi sedang tidak pada suasana hati yang baik untuk melakukan hubungan intim.
Chu Weixu menyentuh wajah Ai Zhiyi dengan tangannya yang besar namun dipenuhi dengan kelembutan yang tiada tara, lalu dengan lembut mengecup keningnya. Ia menatap kedua mata Ai Zhiyi yang selalu terlihat cemerlang di matanya lekat-lekat seperti stempel, seolah ada hal yang ia cari namun itu terlalu dalam untuk ia raih.
Di bawah cahaya redup, Chu Weixu memandang wajah Ai Zhiyi tanpa berkedip di bawah tubuhnya. Mata Ai Zhiyi yang berwarna hitam seperti mutiara hitam berkilau saat pantulan cahaya bulan dari luar jendela menerpa wajahnya, yang tampak putih dengan pipi kemerahan karena udara dingin.
Dari sudut pandang Chu Weixu, Ai Zhiyi adalah rembulan cantik nan Indah yang selalu bersinar pada malam hari, dan secerah Mentari sepanjang hari. Ia memiliki wajah kecil dan kurus seperti anak kecil, sehingga tidak ada hal yang mengintimidasi dan menyamarkan kerutan halus di bawah matanya.
Namun, semakin lama dan dalam ia menatap pria indah itu, semakin ia merasa bersalah.
Ia tahu bahwa Ai Zhiyi sudah terlalu banyak memikirkan dirinya selama ini, tetapi ia hanya tidak pernah ingin mengaku salah. Ia tahu dengan sangat jelas bagaimana Ai Zhiyi selama ini memikirkan mengenai kelangsungan hubungan mereka; selalu tersenyum di hadapan keras kepalanya; dan bahkan tidak pernah mengeluhkan apa pun. Ia bahkan selalu berpikir bahwa jika suatu hari Ai Zhiyi meminta untuk pergi, maka ia rela membunuhnya lalu dirinya sendiri daripada harus menderita karena kehilangan.
Chu Weixu tidak bisa menahan gejolak di dalam hatinya. Ia ingin meminta maaf tetapi ketakutannya untuk menghadapi Ai Zhiyi benar-benar di luar akal sehatnya, walau ia sendiri mengetahui bahwa Ai Zhiyi tidak akan pernah melakukan hal sekeji seperti yang ia pikirkan. Jadi, untuk menunjukkan betapa ia merasa begitu bersalah, Chu Weixu hanya bisa memeluk Ai Zhiyi di bawah tubuhnya erat-erat, seolah-olah Ai Zhiyi akan pergi meninggalkannya dan ia hanya berusaha untuk terus menjeratnya agar selalu berada di sisinya.
"Xiaoyi ...."
Ai Zhiyi bisa mendengar suara berat dan dalam Chu Weixu bergema di telinganya. Tidak ada seorang pun yang pernah memanggilnya seperti itu selain dirinya. Itu membuat Ai Zhiyi merasa bernostalgia dengan masa lalu mereka yang dipenuhi lika-liku alur permasalahan. Tanpa ia sadari, kedua tangannya bergerak secara perlahan, memeluk tubuh Chu Weixu di atasnya. Ia memejamkan mata dan merasakan aroma wangi dari sabun di tubuh Weixu.
Sementara itu, Chu Weixu juga melakukan hal yang sama. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia begitu menyukai aroma Melati di tubuh Ai Zhiyi, seperti ekstasi yang membuatnya candu.
Chu Weixu seakan dibawa dalam ingatan masa lalu, dimana ia tidak akan pernah lupa bahwa saat itu, keluarga Ai Zhiyi mempunyai kebun Melati di halaman belakang rumah mereka. Setiap hari ketika mereka pulang dari sekolah, mereka akan tinggal untuk memetik beberapa tangkai dan membawanya ke sungai. Sambil berpegangan tangan, mereka memanjatkan doa untuk kebaikan hubungan mereka, dan terus berharap bahwa benang merah akan terus terhubung sebagai keabadian yang tak akan pernah putus walau sekalipun kematian memisahkan mereka.
Sesudahnya, mereka akan membuang Melati itu pada aliran sungai, membiarkannya mengalir untuk menemukan hal baik di ujung sana.
Namun, begitu orang-orang mengetahui hubungan mereka, Chu Weixu harus dikurung seperti seorang tahanan, sementara kebun Melati di halaman belakang rumah Ai Zhiyi yang selalu mereka kunjungi telah menjadi pekarangan kosong.
Itu membuatnya menyerah atas permohonan yang sering mereka lakukan.
Chu Weixu berpikir bahwa Ai Zhiyi telah menghancurkannya karena hubungan mereka, sehingga kehampaan seperti mengosongkan hati dan pikarannya. Orang-orang bahkan mengira bahwa ia mengalami gangguan mental hanya karena satu pria, yang menurut mereka adalah aib.
Tetapi, suatu hari pemikiran bodoh muncul di benaknya, dan membuatnya tersadar seketika seperti seseorang yang baru saja mengalami mati suri. Itu adalah hari dimana ia melarikan diri, memecahkan kaca jendela di kamarnya, lalu melompat keluar, berlari sekuat yang ia bisa untuk menemui Ai Zhiyi dan mengajaknya kawin lari.
Sekarang, dua belas tahun sudah lama berlalu, ada banyak hal yang telah mereka lewati sehingga akhirnya menjadi ikatan kuat di antara mereka, dan Melati yang mereka buang ke sungai dengan sebuah harapan waktu itu, secara bertahap memberikan jawaban.
Pada awalnya, Chu Weixu menganggap bahwa kelakuan mereka hanyalah kelakuan dari dua orang remaja yang baru saja saling tergila-gila. Tetapi, seiring waktu berlalu dan membuat usia mereka semakin menua, banyak hal yang membuatnya percaya bahwa Melati yang mereka buang sebagai pemanjatan doa sedang mencari takdir untuk mereka.
Chu Weixu tersenyum, merasakan kehangatan yang secara bertahap masuk ke hatinya. Ia lalu mencium mata Ai Zhiyi dengan kelembutan langsung dari kasih sayang di hatinya, dan merasakan aroma Melati yang bahkan bisa ia rasakan di mata Ai Zhiyi.
Ia pun sadar bahwa sejak saat itu, ia mengetahui bahwa aroma Melati sudah menyatu di tubuh Ai Zhiyi, ibarat ia tumbuh bersama mereka. Bagaimanapun juga, Chu Weixu sudah tergila-gila dengan aroma itu dan dirinya.
Chu Weixu pun mencium leher Ai Zhiyi dimana aroma Melati itu berkumpul, memberikan gigitan kecil berulang kali, sehingga tanda Cinta berwarna merah gelap hampir memenuhi leher Ai Zhiyi.
Tentunya, Ai Zhiyi merasa kesakitan karena gigitan itu, apalagi besok ia masih harus bekerja dan tidak ingin orang-orang melihat dirinya sebagai seorang pelacur pribadi milik seseorang, jadi ia berusaha memberi sedikit perlawanan sambil berkata, "Weixu, hentikan! Jangan menggigitku seperti itu. Aku juga tidak ingin melakukannya!"
Namun, Chu Weixu tidak senang dengan penolakan itu. Ia mempunyai pemikiran aneh mengenai kekasihnya, yang ia anggap sebagai benda berharga sekaligus sebagai pemilik satu-satunya. Ia adalah pemilik Ai Zhiyi dan Ai Zhiyi adalah hak patennya. Jadi, begitu Ai Zhiyi menolak untuk diberi tanda Cinta darinya, sifat asli Chu Weixu yang sebenarnya ganas saat berada di ranjang pun muncul seperti binatang buas yang sedang kelaparan.
Ai Zhiyi tahu bahwa ia salah bicara, jadi ia mencoba untuk meminta maaf. Namun, begitu mulutnya sedikit terbuka, bibirnya segera dibungkam dengan bibir yang menimbulkan rasa nyeri tiba-tiba sehingga membuatnya terkejut. Ia mengetahuinya dengan jelas bahwa ia sudah terlambat untuk berkata apa-apa lagi dan hanya bisa menatap langit-langit kamar dengan mata berkabut.