Naomi Yushita memijit alisnya. Dia sama sekali tidak dapat berpikir. Segala sesuatunya tampak gelap dan berbahaya.
"Kau benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu, Tomohiro. Kau menjual Hanako untuk melunasi hutang-hutangmu? Ya, Tuhan!"
Tomohiro mendesah. "Naomi, jangan berkata kasar begitu. Aku tidak menjual Hanako. Sebaliknya, semua ini aku lakukan demi kebaikan Hanako dan untuk menolong Ryoma. Naomi, kau dan aku sama-sama tidak setuju dengan hubungan Hana dengan Yusuke. Ini adalah jalan untuk memisahkan mereka berdua sebelum terlambat," sahut Tomohiro. Pria bertubuh jangkung dan memiliki wajah oval yang cukup tampan dan kulit putih pucat yang halus.
"Tapi, Tomo, aku ragu apakah Ryoma akan berhasil. Hana sangat keras kepala dan dia gadis yang berpegang teguh pada pendiriannya. Aku khawatir jika Ryoma justru mendapat masalah dengan Hanako dan dipermalukan di depan keluarga Sakazaki," kata Naomi. Gadis berusia dua puluh tiga tahun yang berpenampilan sederhana dan berpotongan rambut pendek. "Kita berdua tahu persis bagaimana sifat Hanako Sudo jika dia tidak menyuka seseorang. Aku benar-benar khawatir dengan Ryoma."
"Aku dapat memastikan jika itu semua tidak akan terjadi, Naomi. Karena jauh sebelumnya aku telah mengatur rencana. Segala sesuatunya pasti akan beres dan berjalan sesuai rencanaku."
Naomi seketika menatap Tomohiro yang duduk di hadapannya dengan tajam dan menyelidik. "Apa maksud perkataanmu itu, Tomo? Aku mencium sesuatu yang busuk di sini."
Dengan santai Tomohiro tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya pelan. "Intuisimu memang menakjubkan. Kau benar. Beberapa hari yang lalu, saat Ryoma untuk pertama kalinya memberitahuku akan kesulitan dan rencananya, diam-diam aku pergi ke Shibuya untuk menemui kakak perempuan Yusuke, Hanami Sakazaki. Aku meyakinkannya jika Hanako sama sekali tidak cocok dengan Yusuke. Aku juga menyebut-nyebut soal pertengkaran yang sering terjadi di antara mereka. Selain itu, aku juga meyakinkan Hanami jika Yusuke menikahi Hanako maka itu tidak akan baik untuk rumah tangga mereka. Dan di atas segalanya, aku juga memberitahu Hanako yang akan menuntut janji Yusuke untuk bertunangan lalu menikah dalam waktu dekat setelah Yusuke mendapatkan izin praktiknya, bisa mempengaruhi karier Yusuke sebagai seorang pengacara. Karena kosentrasi Yusuke nanti akan terbagi menjadi dua. Dia akan gagal mencapai impian yang seharusnya dapat dia capai."
"Selanjutnya bisa kutebak. Hanami termakan omong kosongmu," komentar Naomi setelah Tomohiro selesai bercerita.
"Sudah pasti begitu, Naomi," sahut Tomohiro sambil tertawa terbahak-bahak. Dia meraih gelas sakenya lalu minum beberapa teguk. "Keluarga Sakazaki merupakan keluarga yang cukup terpandang di Shibuya. Sejak pertama mereka sudah tidak begitu menyukai Hanako. Tidak hanya karena Hana berbeda kelas dengan mereka, tapi, terutama sekali karena Hanako terlalu modis dan berani dalam berpakaian. Hal itu sangat membuat risi ibu dan kakak perempuan Yusuke Sakazaki."
"Jadi kau diam-diam berupaya merusak hubungan Hanako dengan Yusuke dari dalam?"
"Kedengarannya memang jahat. Tapi, Naomi. Semua yang aku lakukan ini demi kebaikan Hanako sendiri. Jika Hanako sampai menikah dengan Yusuke, aku tidak yakin keluarga Sakazaki akan menerimanya dengan baik," sahut Tomohiro. "Tapi, sebaliknya dengan Ryoma. Meskipun di permukaan dia tampak menyebalkan dan seperti tidak punya hati, sebenarnya dia tidak terlalu buruk. Arogansinya sebenarnya tidak lebih dari semangat yang terlalu berlebihan. Aku cukup mengenal Ryoma. Dia temanku sewaktu aku SMA. Aku mengenalnya sudah cukup lama. Itu juga alasan besar mengapa dia memberiku pinjaman uang dengan jumlah sangat besar."
Naomi mengerutkan dahinya. "Kau yakin, benar-benar yakin jika Ryoma Otsuka sebaik yang kau kira?"
"Apa maksudmu, Naomi?"
"Aku pernah mendengar gosip mengenai afair antara Ryoma dengan seorang model ternama bernama Kazuha. Aku tidak tahu apakah gosip itu benar atau tidak, tapi, yang jelas pada saat itu, yang aku tahu Kazuha sudah mempunyai kekasih bernama Matsuyama Kido. Dia seorang pengusaha real estat di Nagoya," kata Naomi.
"Tapi, kau sendiri tidak dapat memastikan kebenaran kabar yang beredar itu?"
Naomi menggeleng sedih. "Tidak, tak ada konfirmasi apa pun dari pihak Kazuha. Yang aku tahu antara Kazuha dan Ryoma memang berteman. Hanya sebatas itu. Ya, memang bisa jadi itu hanya gosip bohong," ujar Naomi. "Lalu, bagaimana dengan kau? Maksudku, Ryoma itu temanmu. Apa dia tidak menceritakan sesuatu padamu?"
"Soal Kazuha?"
"Ya, tentu saja. Apa yang dia beritahukan padamu? Apakah berita yang beredar itu benar?"
Tomohiro menggaruk rambutnya. "Sayang sekali, Kazuha. Ryoma sama sekali tidak mengatakan apa pun padaku. Dia tipikal orang yang sangat tertutup. Terutama jika itu menyangkut masalah pribadinya. Yang aku tahu, sampai sejauh ini Ryoma belum memiliki pasangan. Karena itulah, dia melakukan ini."
"Aku masih tidak mengerti, semuanya terasa sangat tidak masuk akal. Untuk orang seperti Ryoma Otsuka yang memiliki segalanya, wajah tampan, karier yang bagus, kekayaan, popularitas, tapi masih tidak punya pasangan. Sebenarnya, apa yang dia cari? Atau jangan-jangan dia ada kelainan," sahut Naomi. Dia memiringkan sedikit kepalanya, menatap lurus ke arah Tomohiro dan mengamati ekspresi pria itu dengan saksama. "Apa Ryoma seorang penyuka sesama jenis?" tanyanya lama kemudian.
Mendengar pertanyaan Naomi seketika wajah Tomohiro menjadi berubah sama sekali. Dia mengibaskan tangannya seperti mengusir pikiran buruk yang ada di kepala Naomi. " Jangan bicara yang bukan-bukan, Naomi. Kau bisa terkena masalah serius jika sampai Ryoma mendengar itu," tegur Tomohiro. "Ryoma sama sekali tidak punya kelainan apa pun. Dia hanya terlalu selektif dan terlalu mencintai pekerjaannya di banding apa pun."
Naomi Yushita mengerucutkan bibir. Dia telah mengenal Tomohiro sekitar empat tahun lebih. Toko parfum Tomohiro berada persisi di sebelah toko bunganya. Sejak pertama Naomi melihat Tomo, dian-diam dia telah jatuh cinta. Akan tetapi, Tomohiro pria yang sulit. Sama seperti Ryoma Otsuka, Tomohiro juga memiliki kepribadian yang sangat tertutup. Bahkan, sampai sekarang pun, Naomi Yushita belum tahu apa-apa soal Tomohiro. Di satu sisi, Tomo adalah orang yang terbuka. Tapi, di sisi lain dia sangat tertutup dan menjaga jarak. Kepribadiannya jauh berbanding terbalik dengan adik perempuannya, Hanako Sudo. Hanako seorang gadis muda yang periang, penuh semangat, dan sangat terbuka. Pribadinya yang mudah bergaul membuat Hanako memiliki banyak teman.
"Jadi, sekarang bagaimana? Apakah kau sudah mendapat kabar terbaru dari Ryoma?" tanya Naomi.
Tomohiro mengangguk sekilas lalu berkata, "Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tua Ryoma di Ikebukuro. Mereka akan melangsungkan pertunangan."