Sudah satu bulan saka bersekolah
Di SMA Merpati ini setelah waktu itu mengantar Alya pulang kerumah nya, begitupun dengan Ayla seperti biasa menjalankan sekolahnya seperti sekarang ini.
" Selamat pagi anak anak " sapa bu Yuhi memasuki kelas untuk mengajar kepada anak didik nya mengenai pembelajaran seni budaya.
" Pagi bu " semua siswa dengan serentak sudah duduk rapi ditempat nya berada memperhatikan guru yang berada didepan nya dengan serius serius karna guru Yuhi termasuk guru disiplin tak suka jika ada yang bermain main dalam pelajaran nya berlangsung.
" Sekarang ibu akan bagi tugas kelompok nyanyi terdiri dari dua orang, kebetulan jumlah siswanya sama jadi kelompok nya teman sebangku kalian gak ada protes kalo gak nilainya ibu kasih nol mengerti " ucap bu Yuhi yang merupakan guru bk terkiller di sekolahnya jika memberi hukuman tak tanggung tanggung termasuk nilai.
" Mengerti bu " semua siswa dengan patuh tak ada yang berani protes karna mereka cukup takut walau ada yang ingin mengutarakan pendapatnya pun di urungkan kembali takut kena imbas nya nanti.
" Oke kalo gitu tugasnya minggu depan dikumpul kan siap gak siap harus mengumpulkan karna waktunya sudah selesai silahkan kalian boleh pulang jangan lupa kerjakan tugas saya dengan baik, selamat bertemu minggu depan permisi. " setelah mengatakan itu bu Yuhi pun keluar kelas membuat semuanya yang berada dalam kelas bernafas lega hufff.
Satu persatu penghuni kelaspun keluar menyisakan Saka dan Ayla yang sedang membereskan bukunya mereka tidak suka berdesakan jadi memperlambat membereskan nya.
" Ka dimana ngerjain tugasnya " hanya deheman yang dibalasnya tanpa minat menatap gadis di sampingnya yang sangat cerewet.
" Ka ih jawab ke bukan nya hm dimana kapan gitu ish " sambil mengerucutkan bibirnya sebal karna tak mendapat jawaban yang pasti dari Saka membuatnya kesal.
" Serah " Saka menatap Ayla malas ngelengos pergi keluar kelas menuju parkiran sekolah meninggal kan gadis itu sendiri di dalam kelas.
" SAKA TUNGGUIN IH HOS HOS HOS " denganngos ngos san akhirnya bisa mengejar Saka yang berada jauh didepan nya.
" Ka gimana sekarang aja mumpung masih sore baru jam dua sore gimana ka, tempatnya aku ngikut aja deh asal sama kamu " sambil mengedip kan matanya genit menatap Saka membuat sang empu menatap sengit padanya.
"Genit lo jadi cewe" langsung naik keatas motor miliknya, Ayla sambil nyengir gak jelas langsung ikut naik motor ninja biru kesayangan Saka dan meleset pergi membelah jalanan ibu kota hingga sampailah di sebuah hutan yang gelap dan sepi.
" Ka ini dimana ko serem hutan nya, mana sepi lagi kamu gak akan buang aku kan, ka gak latihan nya disini kan ka " sambil megang erat tangan Saka takut meminta perlindungan, Saka yang kaget menetralkan wajahnya seperti semula yaitu datar.
" Bawel gua buang juga lo " tanpa melihatnya terus berjalan kedepan kemana kaki nya melangkah untuk menuju tempat tujuan nya.
" Ih aku kan cuma nanya jutek mulu perasaan senyum ke aku kangen senyuman kamu tau gak " berbicara sangat lirih agar tak ada yang mendengarnya namun Saka mendengar nya dengan jelas karna jarak diantara nya cukup dekat.
" Emang gue pernah senyum gitu " ucapnya tersenyum miring sambil melihat kearah lawan bicaranya yang juga menatap ke arahnya hingga kedua nya terpaku dengan tatapan saling terkunci akan sadar hal itu mereka pun saling membuang muka kearah lain suasana terasa canggung dan mencekam dari mereka.
" Lo dah sampe ka kirain sendirian tau nya bawa cewe kesini tumben, biasa nya anti cewe ka" tutur bisma sambil jalan mendekat kearah danau membiarkan dua sejoli ktu berdua mungkin butuh waktu.
" Nemu dijalan mau gue sumbangin ambil gih " balas nya cuek tanpa memikirkan gadis di samping nya sambil duduk dibawah pohon dengan santainya tak bersalah, Ayla yang mendengarnya melotot tak terima enak saja Saka bilang dia nemu dijalan mau disumbangin dikasih keorang begitu aja, emang nya dia barang apa dasar gunung es.
" Eh gunung es enak aja kamu bilang emangnya aku barang apa ih nyebelin " sambilduduk disamping Saka dengan tak sabaran karna kesal namun tak bisa marah nanti dia sendiri yang kena amuk.
" Terserah gue lah mulut siapa kok lo yang repot hah! " ucapnya dengan sewot mulai menutup matanya mencoba meredakan amarah yang mulai muncul di ubun ubun agar tak meledak begitu saja terlebih lagi pada seorang wanita.
" Ih kamu yang kenapa jadi sewot sih kan harus nya aku dasar curang gunung es is nyebelin itu nama nya gak adil tau gak " rancaunya mengerucutkan bibir sambil bersidekap dada.
" Bibir lo gak usah maju maju tambah jelak ke bocah " sambil meliriknya sekilas kembali menutup matanya.
" SAKA BIANKARA auah gelap " sambil berjalan ke tempat Bisma dan Satria berada dekat danau dan duduk disana, Saka yang penasaran membuka matanya dan mengikuti gadis itu duduk di samping Ayla, mereka berempat sama sama memandang kearah danau tidak ada percakapan diantara mereka hanya ada suara percikan air dan hewan yang ada disana mereka sibuk dengan pikiran masing masing hingga ada suara hanpone yang membuyarkan pikiran mereka dan menatap sumber suara dengan penasaran.
" Eh ay hanpone lo tu bunyi dari siapa " bisma dengan penasaran memperhatikan Ayla dalam diam termasuk yang lain nya.
" Dari mamah bentar aku angkat dulu " mereka hanya mengangguk sebagai jawaban dan memperhatikannya dengan serius terutama Saka.
" Halo iya ma "
"..........."
" Iya duduk sama saka "
"..........."
" Iya dah mah "
" Apa kata mamah lo " ucap bisma
" Disuruh pulang sekarang " sambil melirik Saka yang menaikan sebelah alis tanda tak paham.
" Is anterin kan kesini nya bareng kamu jadi pulang nya juga harus sama Saka dong " sambil mengedipkan matanya lucu kearah Saka.
" Mata lo minta dicolok hah!!! " sambil pergi melewati Ayla lalu ikut lari menyusul nya karna mulai menjauh, duiperjalanan tiba tiba Ayla berhenti lalu balik badan menghadaap Saka yang juga ikut berhenti dibelakangnya melihat Ayla aneh.
" Ka sebenernya aku mau ngomong " ucapnya menggigit bibir bawahnya gugup sedari tadi jantungnya terus saja maratonan di dalam apa lagi sudah beberapa kali ia bertatapan dengan Saka langsung duhhh.
Saka dengan sabar mendengarkan gadis yang ada di depan nya yang sedari tadi tak henti hentinya bicara membuat telinga nya panas saja mendengar ocehan tak bermutu itu bagi nya namun ia juga tak bisa marah padanya nanti jika dia nangis ia sendiri yang akan di salahkan menuduhnya macam macam jadi serba salah dan lebih memilih diam itu yang terbaik.