Setelah menidurkan Mei-Yin di kamarnya, Xiao Yi menuruni anak tangga menuju ksntsi bawah. Hari tugasnya hanya menidurkan Mei-Yin karena akibat luka di kakinya, Ling Zhi membantu mengasuh Mei-Yin.
"Aduh," rintih Xiao Yi. Ternyata lututnya agak terasa sakit meski sudah diobati. Kedua siku dan lututnya penuh dengan plester.
"Ini semua gara-gara pria tua itu, rasanya aku ingin pergi saja dari rumah ini," gerutu Xiao Yi sembari mengerucutkan bibirnya.
Ternyata nasibnya setahun lalu sampai sekarang tetap masih sama. Pada akhirnya ia akan terjebak pada pria tua juga. Namun setidaknya Li Zheng Yu lebih muda sedikit dari suaminya dulu.
Xiao Yi menggelengkan kepalanya. Bergidik ngeri bagaimana bisa memikirkan jika pria bau tanah yang sudah menikah dengannya.
Meski lututnya terasa kaku tapi Xiao Yi tetap melangkah menuju dapur untuk mengambil minum. Suasana rumah sudah sepi karena para pelayan sudah tertidur.
Hanya dirinya seorang yang malam-malam masih keluyuran mencari sesuatu untuk dimakan. Perutnya sangat lapar karena tadi tidak selera makan memikirkan satu malam menjadi satu tahun.
Xiao Yi menemukan beberapa bahan di dalam kulkas. Salah satunya bahan kesukaannya. Apalagi kalau bukan mie kuning. Mata Xiao Yi langsung berbinar saat melihatnya. Perutnya juga semakin meronta karena sudah tidak sabar minta diisi.
Rencananya Xiao Yi akan membuat satu porsi Mie Kuah Jamur Pedas dengan beberapa aneka macam seafood dan sayuran. Bahan kaldu utamanya tentu saja adalah Jamur.
Xiao Yi mulai berdiri di depan kompor untuk memasaknya. Tidak butuh waktu lama karena membuatnya bukanlah hal yang sulit. Dengan mata terpejam Xiao Yi bahkan bisa memasaknya.
Tidak berapa lama kemudian Xiao Yi sudah menaruh Mie Kuah ke dalam mangkuk. Aroma dan penampilannya sangat menggugah selera.
Xiao Yi sudah tidak sabar ingin menikmatinya. Namun sayang sekali karena tiba-tiba saja ingin pergi ke toilet. Mendadak perutnya terasa sakit.
Dengan langkah tergesa-gesa Xiao Yi menxari toilet yang berada di belakang.
Li Zheng Yu baru saja masuk ke dalam rumah. Dihempaskan tubuhnya di atas sofa sebelum menaiki tangga menuju kamarnya. Tubuhnya terasa pegal-pegal karena banyak pekerjaan serta mengharuskannya untuk lembur.
Indra penciumannya menghirup aroma makanan yang menggugah selera dari arah dapur. Kaki Li Zheng Yu terasa sangat ringan masuk ke arah dapur. Perutnya juga terasa perih karena ia lupa belum makan malam.
Biasanya Li Zheng Yu akan makan malam di kantor jika sedang lembur. Namun hari ini, ia benar-benar lupa.
Li Zheng Yu mendekati meja makan. Alisnya saling bertautan saat melihat semangkuk Mie yang terlihat sangat enak. Pria itu menolehkan ke kanan dan ke kiri, tidak ada siapapun di sana. Mungkin mie itu memang sengaja disediakan oleh pelayan untuknya.
Ia kemudian menggeser kursi agar memudahkannya untuk duduk. Tanpa pikir panjang Li Zheng Yu menyantap mie tersebut dengan sangat lahap. Keringat membasahi dahinya karena mulutnya terasa panas. Rasa mie kuah itu terasa agak pedas tapi membuatnya ingin lagi dan lagi menyantapnya.
Bunyi suara yang dihasilkan saat menyantapnya terdengar sangat enak dan membuat siapa saja yang dengar akan menelan ludah. Sudah lama Li Zheng Yu tidak menikmati olahan mie karena ia tidak terlalu menyukainya.
Namun rasanya malam ini mie yang dimakan berbeda dari sebelumnya. Sesekali pria itu mengipasi mulutnya tapi tidak mau berhenti hingga kini tersisa kuahnya saja. Jika tidak kekenyangan mungkin Li Zheng Yu akan menghabiskan semuanya.
Xiao Yi baru saja keluar dari toilet. Kini perutnya sudah terasa nyaman seperti sedia kala. Lambungnya sekarang benar-benar sudah minta diisi karena perutnya terus berbunyi.
Xiao Yi menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang tengah duduk membelakanginya. Pandangannya langsung berpindah ke mangkuk mie yang tadi disediakan olehnya.
Matanya langsung membulat sempurna saat melihat mangkuk itu sudah kosong. Hanya tinggal kuahnya saja yang tersisa.
"Tuan Li!" teriak Xiao Yi dengan suara sekeras mungkin. Dadanya naik turun menahan amarah yang sudah ada di ubun-ubun.
Li Zheng Yu terlonjak kaget. Seketika langsung menegakkan kepalanya yang sedang bersandar di sandaran kursi.
"Xiao Yi, apa yang kau lakukan? Kenapa kau berteriak?" ujar Li Zheng Yu dengan polos dan tidak sadar dengan apa yang telah dilakukannya.
"Tuan Li, kenapa kau menghabiskan makananku?" ujar Xiao Yi histeris sambil menghentakkan kakinya di lantai seperti anak kecil yang meminta mainan kepada ayahnya.
"Ini milikmu?" tanya Li Zheng Yu sembari menyodorkan mangkuk ke arah Xiao Yi yang sudah kosong.
"Beraninya kau menghabiskan semuanya padahal aku sudah kelaparan? Kau tidak tahu betapa aku sudah sangat ingin memakannya," ujar Xiao Yi dengan amarah yang sudah di ubun-ubun.
Xiao Yi sangat kesal karena makanan yang dibuatnya sudah dihabiskan bahkan tanpa permisi atau meminta. Tadi pagi sudah membuatnya terluka sekarang pria itu membuatnya kelaparan.
"Kau bisa membuatnya lagi. Bukankah bahannya masih tersedia di dalam kulkas?" ucap Li Zheng Yu dengan santai. Perutnya kini benar-benar terasa sangat kenyang hingga berulang kali ia mengusap perutnya.
"Kau pikir tidak butuh waktu untuk membuatnya? Kau memang pria menyebalkan," ujar Xiao Yi dengan mata berkaca-kaca hendak menangis.
Bayangannya untuk makan makanan kesukaannya kini pupus sudah. Jika tidak sedang kelaparan mungkin Xiao Yi tidak akan marah tapi situasi saat ini memang berbeda.
Memang tidak sulit untuk membuatnya lagi tapi Xiao Yi sudah tidak berselera untuk makan meskipun perutnya sangat lapar.
Xiao Yi menghentakkan kakinya kemudian melangkah pergi meninggalkan ruang makan. Jika tidak ingat Li Zheng Yu lebih tua darinya, sekarang juga ingin memukul kepalanya.
"Xiao Yi, tunggu!" panggil Li Zheng Yu tapi gadis itu tidak menolehkan kepalanya sama sekali. Kini perlahan sudah menghilang di balik tembok.