Chereads / Duda Tampan : Mengejar Istri yang Kabur / Chapter 18 - Bab 18 - Dikeroyok

Chapter 18 - Bab 18 - Dikeroyok

Kini hari sudah semakin gelap, Lin Xiao Yi rasanya ingin menangis karena tidak ada satupun restoran yang sudi menerimanya. Ia sudah berkeliling dan masuk hampir ke semua restoran terkenal di kota Hangzhou. Namun hasilnya nihil, bahkan beberapa kali sampai diusir dengan paksa.

Xiao Yi kemudian berjalan tanpa arah dan tujuan di jalanan yang lumayan sepi karena belum ingin pulang. Hanya ada suara jangkrik yang saling bersahutan serta suara angin yang melambai.

Lin Xiao Yi melangkahkan kakinya sembari menendang bekas minuman kaleng hingga menimbulkan suara cukup menggema. Kepalanya tertunduk dengan kedua tangan yang saling menyilang untuk merapatkan sweaternya karena udara terasa cukup menusuk kulitnya.

"Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan?" ujar Xiao Yi dengan nada sendu. Matanya sudah mulai berair tapi Xiao Yi segera mengusap sudut matanya. Tidak mendapatkan pekerjaan bukan berarti dunia runtuh.

Xiao Yi sekarang bukanlah Xiao Yi yang dulu. Di masa lalu ia selalu lemah dan tertindas. Dirinya tidak akan menjalani hidup menyedihkan seperti dulu lagi.

Lamunan Xiao Yi langsung buyar ketika tiba-tiba saja ada cahaya yang sangat menyilaukan dari arah berlawanan. Ada gerombolan motor yang datang dengan suara cukup keras melaju ke arah Xiao Yi seperti sedang kejar-kejaran. Beruntung Xiao Yi segera minggir sehingga tidak tertabrak oleh mereka. Jika terlambat sedikit saja minggir, mungkin dirinya sudah mati.

"Dasar tidak ada otak!" umpat Xiao Yi dengan suara keras ketika motor-motor itu melewatinya.

Keadaan jalanan yang tadinya sangat sepi kini berubah menjadi seperti tempat balapan. Rupanya segerombolan motor yang sama tengah mengejar sebuah pengendara Ducati yang sudah melaju di depannya.

Xiao Yi tidak bisa melihat dengan jelas wajah mereka karena tertutup oleh helm. Hanya pengendara motor Ducati saja yang tidak memakai helm. Sehingga samar-samar Xiao Yi masih bisa melihat wajahnya. Jika dilihat dari kejauhan sepertinya masih usia remaja.

Segerombolan motor Kawasaki memojokkan pengguna motor Ducati yang ada di depannya hingga terpaksa berhenti karena sudah berhasil dikepung.

"Mau lari kemana kau? Anak baru tapi berlagak sombong dan mencari gara-gara!" ucap salah seorang di antara pengendara Kawasaki yang memakai baju merah.

Pengendara Ducati yang terpojok itu terpaksa turun dari motornya. Ia hanya diam saja dengan mata yang memandang awas karena sudah terkepung. Orang yang mengepungnya berjumlah sepuluh orang sehingga sangat sulit untuk kabur.

Lin Xiao Yi melangkahkan kakinya mendekati mereka. Belum saja dirinya sampai, perkelahian sudah terjadi. Sekelompok pengendara Kawasaki llantas menyerang pengendara Ducati yang hanya seorang diri. Mereka memukul secara bergantian pada mangsa yang sudah terpojok. Meskipun pengendara Ducati melawan tapi tidak mungkin bisa menang. Yang ada malah menjadi amukan mereka.

"Hei kalian, jangan beraninya keroyokan. Dasar pengecut!" teriak Xiao Yi agar mengalihkan mereka dari pengendara Ducati yang sudah tergeletak di jalan.

Sekelompok pria penyerang itu menoleh ke arah Xiao Yi dengan tangan yang mengepal. Meskipun remang-remang tapi Xiao Yi bisa mengetahui jika mereka juga sepertinya seumuran dengan pengendara Ducati.

"Tidak usah ikut campur urusan kami!" teriak salah seorang di antara mereka yang terdengar marah karena merasa terganggu dengan kedatangan Xiao Yi.

Xiao Yi menghela nafas panjang. Berusaha meredam rasa takutnya karena dirinya sudah lama tidak berlatih ilmu bela diri. Semoga saja mereka hanya remaja ingusan yang tidak ahli bela diri. Jangan sampai niatnya menolong justru menjadi korban.

"Pantaskah kalian mengeroyok seseorang yang sendirian?" cibir Xiao Yi dengan sengit sembari mengamati satu per satu wajah di antara mereka.

"Kami tidak peduli. Dia harus diberi pelajaran karena sudah membuat ulah dengan salah satu anggota kami," ucap seorang remaja yang memakai baju merah dengan berapi-api.

"Tidak usah pedulikan wanita itu karena hanya membuang-buang waktu saja."

Xiao Yi sepertinya tidak berhasil mengalihkan perhatian mereka hingga pengendara Ducati yang sudah duduk di aspal kembali dihajar oleh mereka.

Xiao Yi lantas berlari kemudian menendang salah satu di antara mereka hingga tersungkur ke aspal. Dengan kemampuan bela dirinya yang lumayan, Xiao Yi berhasil membuat beberapa orang terjerembab dengan menggunakan kaki dan kekuatan tangannya.

Gadis itu bahkan bisa menangkis lawan menggunakan lengannya. Bersyukur karena apa yang dipelajarinya beberapa waktu lalu cukup berguna.

"Sebaiknya kita pergi dari sini," ujar salah seorang di antara mereka yang sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Sekelompok remaja itu tampak ketakutan melihat sorot mata Xiao Yi yang berapi-api. Mereka seperti tengah melihat hantu wanita.

"Lain kali kami akan membuat perhitungan denganmu," ancam remaja berbaju merah pada Xiao Yi dengan tergagap karena kakinya terasa sakit setelah ditendang oleh Xiao Yi.

"Dengan senang hati aku akan meladeni kalian," ucap Xiao Yi sembari berkacak pinggang dan tersenyum miring. Ia bisa bernafas lega karena berhasil membuat mereka kapok. Mudah-mudahan saja mereka tidak mengulangi perbuatan buruk itu kepada siapapun.

Xiao Yi terus mengamati ketika mereka mulai menaiki motor dan perlahan meninggalkan jalanan sepi itu. Kini suasana kembali seperti semula yang terasa sangat sunyi. Suara bising telah sirna seiring berganti dengan angin yang bertiup cukup kencang.

"Kau tidak apa-apa?" Xiao Yi berjongkok untuk melihat keadaan remaja pria yang tergeletak di aspal. Luka memar terlihat sangat jelas di wajahnya.

"Untuk apa kau menolongku? Seharusnya biarkan saja aku mati," tukas remaja itu dengan sarkas.

Xiao Yi hanya menghela nafas berat sembari mengusap dada. Cukup kesal rasanya, karena dirinya cukup lelah bertarung tapi tidak dihargai.

"Jika kau ingin mati nanti saja setelah aku menolongmu agar aku tidak merasa berdosa," ujar Xiao Yi yang langsung membantunya berdiri.

"Apa kau masih bisa duduk?" lanjut Xiao Yi.

"Aku tidak selemah itu," ujarnya dengan nada ketus. Membuat Xiao Yi ingin sekali memukul kepalanya.

"Jika kau masih bisa bertahan, kita akan pulang menggunakan motormu," ujar Xiao Yi. Melihat sebuah motor sport yang sepertinya harganya cukup merogoh kantong, tidak mungkin membiarkannya teronggok di sana.