Eternal Kindness - Princess Giania And The Witch From The Past

🇮🇩Ellakor
  • 329
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 158.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - KEARIFAN PART 1

"Pulanglah kalian!!! Apa pun yang kalian lakukan padaku, aku tidak akan menuruti perintah raja!"

"Putri Giania, membawa anda kembali ke kerajaan adalah tugas yang diberikan kepada kami, kami tidak akan semudah itu menyerah."

"Sudahlah, Ivan. Percuma bernegoisasi dengannya, kita bawa paksa saja dia. Kalian berdua, cepat seret tuan putri kemari dan ikat kedua tangannya," titah Charls, pada dua prajurit yang berdiri tak jauh darinya.

"Tidak akan semudah itu!"

Aku mengeluarkan pedang yang sejak awal kepergianku dari istana terus aku sarungkan di pinggang. Ini adalah pilihanku, akan kuhadapi mereka. Pedang ini memang terasa lebih berat dari pedang yang biasa aku pakai ketika latihan. Tapi hal ini sama sekali tidak akan mengurangi sedikit pun kemampuanku.

Melihatku yang sedang bersiap bertahan dengan pedang yang aku genggam kuat dengan kedua tangan, dua prajurit itu pun terlihat sangat terkejut kemudian menghentikan langkahnya.

"Jangan berhenti, cepat tangkap dia hidup atau mati!"

Setelah mendengar perintah dari pria yang bernama Ivan, dua prajurit itu langsung mengeluarkan pedangnya dan bersiap untuk menghadapiku. Dengan keahlian pedang yang aku pelajari selama ini, jika hanya dua prajurit yang menyerang, aku masih bisa bertahan dari serangan mereka.

Teng ... Teng ... Teng ...

Aku tepis semua serangan pedang yang dua prajurit itu arahkan padaku. Sedikit saja celah dan kesalahan yang dua prajurit itu lakukan, benar-benar kumanfaatkan untuk menyerang balik. Tapi dua prajurit itu sepertinya benar-benar terlatih. Mereka tak sedikit pun memberikan kesempatan kepadaku untuk melakukan serangan balik.

Serangan mereka terasa semakin kuat dan cepat. Jika terus seperti ini, aku akan kalah. Ternyata kemampuan pedangku masih jauh di bawah kemampuan dua prajurit itu. Tapi aku tidak akan kalah, akan aku lakukan apa pun untuk mengalahkan mereka. Sambil terus menepis serangan mereka, aku pun berusaha untuk menatap kedua mata salah satu prajurit itu.

"Sleep in sad ... sleep deep and breath ... our heart like evil of art ..."

Aku merasakan angin berembus dengan kencang dari arah belakang dan aku benar-benar merasakan dingin di bagian pundakku. Sambil terus menatap kedua mata salah satu prajurit, aku pun terus mengucapkan ayat hina.

Brak

Prajurit itu langsung terjatuh dan sepertinya tidak sadarkan diri. Prajurit yang satu lagi pun terlihat sangat terkejut dan ketakutan karena rekannya telah kutumbangkan dengan mudah. Kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan. Tanpa berpikir panjang, aku langsung melakukan serangan balik. Aku ayunkan pedang ke arah pedang prajurit yang masih berdiri mematung, menatap rekannya yang tergeletak di tanah. Pedang prajurit itu terlempar cukup jauh. Spontan dia langsung mundur dan terlihat memasang kuda-kuda dengan posisi bertahan. Melihat hal itu, aku tidak tinggal diam. Aku pun langsung bergerak, melompat ke arah belakang untuk bertahan kembali. Aku tidak akan gegabah, ini adalah pertarungan nyata. Aku harus merencanakan sesuatu agar memenangkan pertarungan ini.

"Ivan, apa kau tahu hal ini?"

"Iya Charls, itu sihir hina. Ternyata memang benar apa yang raja curigai selama ini"

"Tapi, dia seorang putri, tidak mungkin ... ini tidak mungkin ..."

"Charls, aku rasa ini di luar dari kemampuan kita, tapi aku tidak akan semudah itu menyerah. Hasil adalah segalanya, akan kubawa tuan putri pulang," ucap Ivan, penuh tekad. Dia menatap seluruh prajuritnya yang tengah menunggu perintah. "Semua prajurit, bersiap dan kepung tuan putri!" teriak Ivan, akhirnya memberikan komando.

Walapun dari jarak yang cukup jauh, aku masih bisa mendengar percakapan dua pemimpin pasukan itu. Sepertinya mereka tidak mau menyerah. Aku baru tersadar posisiku saat ini sedang terpojok. Pasukan berjumlah 20 orang itu

sedang mengepung dan terus berjalan sambil mengarahkan pedang ke arahku, membuatku tidak mempunyai pilihan selain terus berjalan mundur, sampai akhirnya punggungku menabrak sesuatu dan menghentikan langkahku. Di belakangku ternyata berdiri sebuah pohon raksasa. Untuk sesaat aku berpikir mungkin inilah akhir hidupku.

Ayat yang berhasil kugunakan tadi, itu adalah percobaan pertama setelah aku mempelajarinya secara diam-diam di Istana. Saat ini lidahku benar-benar kaku, aku sama sekali tidak bisa mengucapkan sesuatu. Aku tak tahu akibat dari ayat itu ternyata bisa membekukan kemampuan bicaraku. Aku tidak bisa mengucapkan ayat hina itu lagi sekarang. Apa yang harus aku lakukan?

Tiba-tiba sebuah suara terdengar, suara seseorang yang kuyakini berasal dari atas pohon yang tumbuh menjulang tinggi di belakangku.

"Hei nona, apakah kau baik-baik saja?" tanya orang asing itu. "Kalian semua hentikanlah, sepertinya nona ini tidak mau menuruti perintah kalian. Kalian pulanglah dan biarkan nona ini pergi "

Kemudian ....

Brak!

Orang itu tiba-tiba muncul dan berdiri di depanku dalam posisi memunggungi. Sepertinya dia langsung melompat turun dari pohon. Aku tidak mengenal orang ini. Apakah dia datang untuk menolongku?

"Nona, apa kau baik-baik saja? Hidungmu berdarah," tanyanya.

"A ... a ... a ..."

Aku masih belum bisa bicara, lidahku masih sangat kaku untuk bisa kugerakan dan berbicara.

"Kau masih belum bisa bicara, ya?"

Aku bisa mendengar gumamannya dengan jelas, sepertinya dia mengetahui kondisiku saat ini. Apakah dia tahu soal sihir hina?

"Nona, aku tahu ...."

Tanpa mempedulikan prajurit-prajurit yang tengah mengepung kami, orang ini dengan tenangnya terus mengajakku bicara. Siapa sebenarnya dia?

Sambil terus berbicara, orang itu kemudian membalikan tubuhnya menghadap ke arahku. Dia mengambil sehelai

kain dari kantong celananya kemudian mengusap dan membersihkan darah yang menetes dari hidungku.

"Aku tak bisa membiarkan ini terjadi, seorang gadis dikepung dan diserang oleh banyak prajurit, rasanya sangat tidak adil. Nona, Anda beristirahatlah sejenak, duduklah sambil bersandar ke pohon dan ... nikmatilah pertunjukanku ini"

Mata pria ini ... indah. Tak pernah aku melihat mata seseorang seindah ini, seperti bebatuan yang berkilauan. Aku terus berusaha untuk berbicara padanya tapi lidahku masih tidak mampu untuk kugerakan. Bermaksud untuk mengingatkan, aku arahkan jari telunjuk ke arah prajurit-prajurit yang hendak menangkapku. Setelah selesai membersihkan darah di hidungku dengan sapu tangannya, pria itu pun berbalik dan melihat ke arah prajurit-prajurit itu.

"Kalian pergilah ... gadis ini tidak mau mengikuti kalian."

"Siapa Anda? Berani-beraninya menghalangi kami," sahut salah seorang prajurit.

"Aku hanya seorang pengembara, namaku .... "

"Ck ... banyak bicara, kalian semua serang dan habisi bajingan itu!"

"Haah, Ivan ... hari ini sepertinya kau sedang badmood?"

"Diam kau, Charls!!!" bentak Ivan, dia kembali memberikan perintah pada semua prajuritku untuk menyerang pria misterius itu.

Setelah mendengar perintah dari Ivan, dua puluh prajurit itu pun serempak menghunuskan pedang dan berlarian ke arah sang pria asing, berniat untuk membunuhnya. Namun ...

Crraaat!

Bruk!

Craaaaaat!

Trak!

Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku lihat ini. Darah menyembur ke mana-mana. Suara retakan tulang, jatuhnya tubuh manusia, kepala yang menggelinding di tanah.

"Kyaaaaaaa!!"

Aku pun berteriak sekuat tenaga, seakan lupa akan lidahku yang sedang membeku. "Tidaaaak. Apa yang kau lakukan?!"

Seketika pria itu menghentikan serangannya, sedikit lagi tampaknya dia akan memenggal pria yang bernama Ivan. Namun, teriakanku barusan menghentikan gerakannya. Tersadar melihat pria itu menghentikan gerakannya, Ivan dan Charls langsung berlari dan menaiki kuda untuk meninggalkan semua pasukannya yang telah mati. Tidak mempedulikan Ivan dan Charls yang telah pergi, pria itu menoleh, mengarahkan tatapan tajamnya ke arahku.

Mata itu... dan bibir yang sedang mengucapkan sesuatu, mungkinkah ayat hina?