Entah berapa lama aku tertidur, bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya. Langit itu telah kembali bersinar terang tanpa kusadari kapan dia menghitam. Aku bahkan tidak merasakan udara dinginnya malam. Mungkinkah aku begitu lelap tertidur sehingga melewatkan malam yang pastinya sangat mencekam.
Ingatan terakhirku adalah ketika aku berbincang-bincang dengan Zero, hingga aku mengungkapkan isi hati dan pemikiranku padanya. Entah apa yang Zero pikirkan tentang aku semenjak mendengar curahan hatiku semalam. Oh, ya, aku baru ingat Zero mencoba menenagkanku dengan memelukku. Tunggu sebentar, apa mungkin semalam aku tidak merasakan dingin dan bisa tidur nyenyak karena Zero yang memelukku semalaman? Memikirkan hal ini seketika wajahku memanas, jika bercermin aku yakin wajahku sekarang sudah memerah layaknya kepiting rebus.
"Giania, kau sudah merasa baikan?"