Zero terdiam ketika secara tiba-tiba aku berlari ke dalam pelukannya. Aku terlalu bahagia karena akhirnya dia telah mendapatkan kembali kesadarannya.
"Syukurlah, Zero. Syukurlah. Aku sangat takut. Takut kau tidak akan kembali," kataku sambil kembali terisak dalam tangis, tapi kali ini berbeda karena ini adalah tangisan kebahagiaan karena Zero telah kembali seperti sediakala.
Aku pikir Zero akan mendorongku karena tidak suka aku memeluknya seperti ini. Namun, tanpa diduga dia tak menolak bahkan dia pun balas memelukku, kurasakan kedua tangannya kini melingkar di punggungku.
"Maafkan aku," gumamnya pelan.