Setelah keputusan diambil bahwa kami akan mendirikan tenda alih-alih mencari penginapan, perjalanan kami pun dimulai kembali. Aku terus merenung di kereta karena tak bisa berhenti memikirkan reaksi Zero tadi. Sepertinya dia memang tersinggung karena aku terus membahas tentang Khadgar, Lyon dan Mage yang dulu pernah menjadi musuh kami padahal tentu saja Zero tidak mengingat mereka. Seharusnya aku tidak terus-terusan membahas tentang pengalaman kami dulu di saat hanya aku seorang yang mengingatnya.
"Kak Giania."
Begitu suara Shera mengalun memanggil namaku, refleks aku menoleh padanya. "Ya, kenapa?"
"Kakak kenapa diam saja?"
Aku menggelengkan kepala seraya mengulas senyum karena aku tak ingin membuat Shera khawatir, sepertinya gadis ini menyadari aku yang tiba-tiba berubah murung.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan apa yang harus kami lakukan saat menghadapi Maretha nanti di istana. Dia tinggal di istana bukan sekarang?"