Aku terus berlari tanpa tujuan karena sungguh aku tak tahu ke mana harus pergi sekarang. Aku hanya ingin menjauh dari Canela yang terus saja mengatakan kata-kata pedas yang membuat hatiku sakit bagai tertancap belati tak kasat mati.
"Giania!"
Laju lariku berhenti saat tanpa sengaja aku mendengar teriakan seseorang memanggilku. Aku pun menoleh ke arah sumber suara, dan terkejut saat menemukan sosok seorang pria yang sangat familiar bagiku kini tengah berdiri tak jauh dariku. Aku membekap mulut karena tak menyangka akan bertemu dengannya di sini. Tapi yang jadi pertanyaannya, kenapa bisa dia datang ke desa ini?
Pria itu yang tidak lain merupakan sahabat masa kecilku, Octans, kini berlari menghampiriku.
"Giania, ternyata benar yang kulihat berlari tadi memang kau," ucapnya dengan napas terengah-engah, wajahnya berbinar begitu melihatku.