"Like fire the wind blow with anger... the evil sleep the evil wake the evil laugh."
Ayat hina itu terlontar dari mulutku ketika aku sadar, menyerah bukanlah kepribadianku. Lagi pula, mungkin tubuhku tidak bisa bergerak tapi mulutku masih bisa berucap untuk membacakan mantra sihir yang sudah kukuasai.
Sihir yang kugunakan barusan bereaksi sesuai harapanku. Angin yang berhembus dari ilmu sihir yang kugunakan sedikit demi sedikit berhasil memadamkan apinya. Meski setelah itu tubuhku kembali tak bisa bergerak karena merasakan efek dari penggunaan sihir tadi. Setidaknya aku tidak mati karena dilahap api, setidaknya aku masih bisa hidup beberapa menit lagi, bukan?
Decker tampak memasang wajah kecewa, mungkin tadi dia begitu yakin aku akan mati karena sihir api miliknya tapi kenyataannya aku tak menyerah semudah itu.