"Aku salut dengan keberanianmu membuatku ingin tahu seberapa kuat dirimu hingga bisa lulus dari dua ujian sebelumnya."
"Jika anda memang ingin mengetahui seberapa kuatnya aku, maka silakan sebutkan sekarang juga ujian ketiga yang harus kuhadapi." Aku tahu kata-kataku ini menyiratkan aku telah mengibarkan bendera perang padanya. Aku tidak peduli, aku hanya sudah muak berbincang dengannya. Dibandingkan dua rekannya, sosok Decker ini yang paling menyebalkan menurutku.
"Kau berhasil menjawab semua pertanyaan Votan pada ujian pertama. Kau juga berhasil mengalahkan rasa takutmu pada ujian kedua. Tapi jangan harap kau bisa menang melawanku," ujarnya sombong dan penuh keyakinan.