"dia—bukan siapa siapa aku"
"Kalo bukan siapa siapa,kenapa saat di tanya seolah kamu mengenal,tapi pura pura tak kenal"
"AKU MEMANG TAK TAHU SIAPA DIA"jawab kiana yang tersulut emosi
"JAWAB KIANA,TAK MUNGKIN KAMU TAK TAHU-!"
"AKU MEMANG TAK TAHU SIALAN"
"KELUAR DARI RUMAH INI"
"TETEH GA BISA NGUSIR AKU DARI SINI"bentak kiana,dadanya sedari tadi naik turun karna terlalu emosi.
Lala menampakkan smirk nya lalu.
"Kalau begitu teteh yang keluar dari rumah ini"
Kiana membatu dengan perkataan tetehnya,Lala tak mungkin mau kalah dalam hal perdebatan.
'mungkin hanya menggertak'benak kiana
"Teteh ga pernah main main"
Lala keluar dari kamarnya kiana,lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap siap.
Kiana terbatu,benarkah kakanya akan melakukan hal itu?Lala memang tidak pernah main main dalam perbuatan,ia selalu menepati apa yang ia katakan,apakah seburuk itu kejadian hari ini?.
Air mata kiana menetes, bagaimana nasib dirinya tanpa tetehnya?apa ini semua salahnya?
***
Lala bersiap dengan ransel yang berisi barang keperluannya,beruntungnya nanti malam orangtuanya akan pulang,jadi tak perlu khawatir soal si kiana yang akan berbuat tidak tidak.
Lala mengambil kunci motornya,bergegas untuk keluar dari rumah.ia tak berpamitan pada kiana,atau siapapun,ia sekedar menghubungi orang tuanya untuk izin,selepas itu ,ia tidak mengabari siapapun,sekolah?sekolahnya menetapkan ship,karna akhir akhir ini banyak siswa yang nilainya sangat miris sebab libur panjang,ship ini untuk membuat mereka menjadi konsentrasi seperti sediakala,ada untungnya juga.karna Lala mendapat hari Sabtu dan Minggu.
Lala menuju ke tempat yang dulu ia bangun,dulu ia pernah membangun rumah kecil di atas pohon,bukan di atas,lebih tepatnya di bagian batangnya.lala membuat rumah pohon itu untuk menenangkan diri jika sewaktu waktu emosinya begitu meledak,dan sekarang lah emosi Lala sangat meledak,sialan.daerah tempat Lala mendirikan pohon itu sangat aman,karna ia mendirikan nya di tempat seperti pedesaan,dimana orang akan selalu berlalu lalang.bukan kampung halaman Lala,tapi Lala akrab dengan penghuni pedesaan ini,terkadang ia menyapa mereka dengan senyuman manisnya.terkutuk lah kalian yang mengatakan bahwa Lala adalah seorang yang pelit senyum.
sampai lah ia di tempat rumah pohon itu,ada satu dua orang menyapanya,itu adalah penghuni pedesaan ini,sangat menyenangkan saat disapa,karna jarang sekali ada orang yang menyapa Lala.
Lala naik ke rumah pohonnya dengan menggunakan tangga tali yang ia buat,pohonnya lumayan tinggi supaya tak ada maling yang masuk,sangat nyaman dan aman.ia masuk ke dalam rumah pohonnya,tidak luas,tapi bisa menampung Lala sekedar tidur ,jika ingin mandi atau buang air kecil,ia bisa menumpang toilet kepada salah satu penghuni pedesaan,mereka sangat ramah,jadi tak mungkin menolak permintaan tolong Lala.ia menarik tali yang menjuntai ke bawah,yang tadi ia gunakan untuk menaiki pohon ini,lalu ia gulung dan di letakan di pinggir.ia menutup akses tempat ia naik ke rumah pohonnya dengan pintu kecil buatannya,jadi anggap saja itu sebagai pintu buka tutupnya.lala menggelar tikar yang ia bawa dari rumah,rumah pohon ini sangat aman,tidak ada serangga,dan tidak panas,karna Lala membuatnya dengan desain yang sempurna,ya walau ia tak ada bakat menjadi arsitek,hahah.rumah pohonnya kokoh jadi tak perlu khawatir kalau ada hujan atau angin yang lumayan kencang.ia beranjak ke tempat jendela yang bolong yang belum sempat ia tancapkan kain untuk menutupi lubangnya,ia melamun,berusaha menenangkan tapi tak mampu,jadilah ia melamun.
"Seandainya kalian jadi gua?kalian bakal ngelakuin apa?hati gua kecewa,tapi ga mungkin gua ga maafin.walau udh di maafin,tetep aja hati gua masih ada sedikit rasa itu,rasa kecewa yang selalu menghantui gua,sampai gua susah buat buka hati,buka pembicaraan,buka mulut soal keadaan gua,terlalu sia sia kalo jelasin itu semua ,ke orang yang bahkan ga ngerti sama sekali dengan keadaan hati gua."monolognya
Lala menghela nafas lalu ia mengambil ranselnya,mengambil kain yang lumayan kecil untuk menutupi lubang itu,kain itu memiliki bolong2 untuk di jadikan ventilasi oleh Lala,jadi saat ia tidur oksigen tetap masuk ke dalam rumah pohonnya.ia juga mengambil paku kecil untuk menancapkan kainnya,kainnya ia pasang dengan sempurna,rapih.dan tak ada angin yang berlebihan masuk ke dalam rumah pohonnya.
Setelah selesai memasang kain untuk menutupi jendela,ia duduk kembali,lalu mengambil ponsel nya.lala menghubungi kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum mah"
"Waalaikumsalam teh"jawab mamah Lala di ujung telefon sana
"Teteh nginep di rumah temen teteh ya"
"Loh?kiana gimana?"
"Entah"
"Kamu tuh ya teh,harusnya peduli sama Ade mu"
"Ngapain aku peduli,kalo dia ga bisa dengerin apa kata ku"
"Ya kamu bicaranya terlalu keras,kalo ga keras, kebiasaan main tangan"
"Biar jera mah"
"Ga gitu juga,ya omongin pelan pelan"
"Kalo udah ngerasa dewasa ,ga perlu di omongin pasti langsung sadar kesalahan nya."
"Dia masih kecil"
"Kalo masih kecil ga mungkin dia pacaran"
"Kiana pacaran?"
"Tanya sendiri sama orangnya mah"
Lala memutuskan telpon sepihak.ia menghela nafasnya.berusaha mengatur deru nafasnya.baru tadi ia bersikap baik kepada adiknya,menggendong adiknya,terasa seperti Kaka yang bertanggung jawab,tetapi di patahkan oleh sebuah kenyataan yang begitu omongkosong baginya.
Sudah pukul 18.00 ia turun dari rumah pohonya,berjalan menuju rumah salah satu penghuni desa.lala mengetuk pintunya,lalu terlhat sebuah perempuan membuka kan pintunya.lala berusaha ramah,Lala tersenyum.lalu perempuan yang membuka pintu itu juga tersenyum lalu bertanya.
"Iya ada apa tuan?"tanya perempuan itu,Lala yang di panggil tuan seperti gugup.
"H-hem maaf saya perempuan"
"Maaf kan saya nona"ucap perempuan itu sambil menunduk memohon maaf.
Lala juga ikut menunduk untuk pertanda ia menghargai ucapan maaf perempuan itu.lalu Lala mengatakan inti ia mengapa mengetuk pintu rumah itu.
"Boleh saya menumpang untuk beribadah?"tanya Lala
Perempuan itu mengangguk lalu membuka lebar pintu rumahnya,lalu mempersilakan Lala masuk ke dalam rumahnya.rumahnya beratap rotan dan beralas tanah,namun Lala merasa nyaman nyaman saja.tak ada hal yang harus ia merasa jijik,justru Lala suka dengan keadaan sederhana.
Setelah selesai ia beribadah,ia juga izin untuk mandi.dan pemilik rumah itu mengizinkan.
Setelah selesai beribadah dan mandi,ia berterimakasih sangat berterimakasih kepada pemilik rumah itu.lalu pemilik rumah itu hanya mengangguk sambil tersenyum.
Lala kembali ke area rumah pohonnya,ia menaiki motor ninjanya,lalu mengendarai nya keluar dari pedesaan itu,Lala ingin mengunjungi suatu tempat yang menurut nya akan membuat emosinya benar benar lenyap.